Aku Reina

1564 Words
Reina POV Perkenalkan nama aku Reina Sienta putri. Usia 16 tahun. Kata orang aku nih mempunyai tubuh yang cukup bagus. Tinggi badan 170 dengan berat badan 50. Hari ini adalah hari pertama  memasuki jenjang sekolah baru 'SMA' Yang katanya nih bakal ada drama percintaan akan dimulai. Sungguh aku sangat menantikan akan hal itu. Aku melihat ke arah cerminan dan tersenyum lebar " selesai" seragam putih abu-abu yang telah melekat di tubuh ku. Segala macam peralatan hari sekolah pertama ini tidaklah banyak, karena mungkin nanti hanya pengenal an biasa antar siswa. Aku menuruni tangga dan menemukan kedua orang tua ku dan juga Abang Iyan. "Selamat pagi" aku hampir i papa mama dan mencium pipi Meraka secara bergantian. "Selamat pagi bang" panggil ku dengan tangan hormat seakan ia bendera yang sudah berkibar. Oh ya aku kenalin dulu keluarga ku. 'Eko Bagustiana' papa ku yang paling aku sayangi. Berumur 48 tahun. Papa ku ini punya humor yang cukup baik loh... Tapi kalau mengambil keputusan papa ini yang paling bijaksana diantara kita berempat. 'laura adelia' beliau mama ku yang cukup pendiam diantara kita berempat. Mama ku ini berumur 46 selisih sedikit lah sama papa. Meskipun mama orang nya pendiam tapi beliau yang paling pengertian untuk anak-anak nya. Kalau yang satu ini agak males sih buat jelasin. Dia Abang ku yang paling bawel, paling ngeselin, paling petakilan, paling paling dia bukan manusia. Eh nggak ding.... 'bryan laksmana' umur 19 tahun kuliah ambil jurusan psikologi. Nggak tau deh kenapa dia ambil jurusan itu padahal orang nya model an kek gini. Oke sesi pengenalan selesai. "Dek duduk gih makan" ujar mama ku sembari menyiapkan makanan. Aku pun duduk dan menerima piring yang di sodorkan mama. "Terimakasih" Sekarang pun kami makan dalam diam. Selesai makan aku dan mama membersihkan tempat makan dan menaruh nya di tempa pencucian piring. "Bang kuy berangkat" seperti biasa aku sekolah diantarkan oleh babang gojek Ryan tercintul. Karena ya papa ngelarang aku buat bawa mobil sendiri. "Bentar dek kok perut Abang sakit ya?" Bang Iyan memegang perut nya dengan wajah seperti menahan sesuatu. "Bentar ya dek Abang mau mau bertelur dulu " bang Iyan lari menuju kamar mandi yang ada di sebelah dapur. Aku hanya cengo melihat bang Iyan yang tingkat kewarasan nya rendah. "Papa aku nanti kalau telat sekolah gimana nih???" Aku ngerengek ke papa. "Yaudah kamu bareng papa aja" ujar nya. "Tapi kan nggak searah" papa mengambil kunci dan menuju ke garasi. "Paaaaa kok ditinggal" aku langsung mencium tangan mama dan berlari ke arah garasi. *** SAMA NUSA BANGSA sekolah tempat dimana aku akan memulai pengalaman masa SMA ku disini. Aku turun dari mobil tapi tak lupa mencium tangan papa terlebih dahulu. Selang berapa menit papa meninggalkan sekolah ku yang sekarang. Teman dekat ku dari jaman SD menghampiri ku. "Sientaaaa" aku memanggilnya keras dan memeluk nya erat. Dia 'Sienta noushin' berumur 16 tahun. Gadis pendiam. Meskipun pendiam dia bisa menjadi teman curhat yang baik loh... Karena Sienta nih nggak bakal motong pembicaraan kalau aku sedang bercerita. "Masuk yuk" aku menarik tangan Sienta masuk ke gerbang sekolah baru ku ini. Saat pertama kali kita masuk yang ada dalam pikiran ku "masuk kelas mana nih?" Banyak siswa siswi mondar-mandir disini, tapi tidak satu pun yang aku kenali. "Kayak nya kita harus ke ruang kepala sekolah" Sienta mengangguk kan kepalanya, tanda ia setuju dengan ucapan ku. *** "Sien masih lama ya? Panas" bagaimana tidak panas 2 jam kami dikumpulkan di lapangan sekolah di jam-jam terik matahari sangat panas. "Iya deh jam 11 dikumpulin emang dipikir scincare kami murahan" ujar siswi baru yang ada di samping ku. Aku tersenyum kearah nya. Sungguh aku bukan orang yang mudah untuk berbaur. "Hai nama lu siapa?" Siswi tadi menyodorkan tangan nya untuk meminta kenalan. "Aku Reina" aku menjabat balik tangan siswi tersebut. "Gue Feroza " " temen sebelah lu siapa?"  Si Feroza  tadi melihat ke arah Sienta yang sedang acuh tak acuh. "Dia Sienta " aku menjawab pertanyaan Feroza, karena ya aku yakin Sienta nggak mungkin buat jawab. Feroza menganggukkan kepalanya faham. 2 jam berlalu. Setelah mendengar petuah dari sang kepala sekolah kita semua boleh istirahat dikantin. Aku duduk bersama Sienta dan juga Feroza. Oh ya tadi si Feroza bilang ia ingin istirahat bareng sama aku dan Sienta, karena katanya nggak ada temen yang bisa diajak gila bareng. Aneh sih emang karena ya aku sama Sienta spesies yang hampir sama. Cuma bedanya aku akan gila kalau cuma sama orang tertentu saja. BRAK... Gebrakan meja terdengar cukup keras. Buktinya banyak siswa siswi yang menatap ke arah kami. "Amel lu gila???" Aku menatap garang ke arah tersangka pembuat onar ini. "Hehehe maap-maap habisnya lu, gua udah cariin lu berdua ya, muter-muter gue eh nggak ketemu. Udah ketemu malah enak-enak makan dasar temen anting lu" Amel mengembuskan nafas nya kasar. 'Amelia eshita' temen dari SD seperjuangan bareng Sienta juga. Dia paling berbeda diantara kita ber-tiga, dia paling banyak omong. "Lu pikir kita nggak cariin?" Jawab gue membela. "Tapi perasaan kita emang nggak cari Amel loh Rei" Sienta menjawab dengan wajah watados nya. "Cih gitu boong awaslu nggak gue kasih permen baru tau rasa" Amel mendudukkan b****g nya di kursi. "Rasa apa?" Jawab gue. "Tai" ujar Amel sembari meminum minuman yang ada di meja. "Woy minuman siapa yang lu embat hey" Amel yang mendengar omongan gue terhenti. "Siapa? Lu kan?" Kampret memang ni anak. "Kenalin dia Amel bukan temen aku kok" gue memperkenalkan Amel ke Feroza. "Ini punya lu? Sumpah?" Amel bertanya sembari memasang wajah yang sedikit lucu menurut ku. "Hahaha nggak papa kok gue bisa beli lagi, Sans" Feroza menjawab dengan nada bersahabat nya. "Huh untung " Amel melanjutkan meminum jus jeruk milik Feroza. "Gila lu ya nggak punya rasa malu" gue mengejek Amel dengan nada bercanda. "Bodo yang penting gue punya sahabat yang Baek, ya gak fer?" Feroza merasa terpanggil dan mengembangkan senyumnya. "Jadi kita temenan nih mulai sekarang?" Tanya Feroza ke kami semua. "Yoi lah asalkan lu mau beliin gue makanan setiap hari" ujar Amel dengan cengengesan nya. "Gila" Feroza berbicara pelan tapi kita semua bisa mendengar dengan jelas. Tak berapa lama kita semua tertawa. Tawa menggelar dari Amel dan tawa renyah dari Sienta. *** Setelah istirahat kita semua kumpul di aula untuk mendengarkan petuah-petuah lagi dari pemilik yayasan. Sedari tadi para siswi heboh akan kedatangan anak dari pemilik yayasan ini. Dan katanya di juga bakal ngajar matematika mengganti kan guru yang sudah sangat sepuh. Hal itu sontak membuat para siswi histeris senang. "Perkenalkan dia anak saya alviano Reno alktrik bisa kalian panggil pak Alvin, dia penerus yayasan ini dan juga guru baru buat mata pelajaran matematika. Semoga kali ini kalian akan lebih semangat untuk belajar dalam semua mata pelajaran. Dan harapan saya kalian bisa menaati peraturan yang ada di sekolah ini. Sekian dari saya bila ada kesalahan mohon untuk di maafkan" suara tepuk tangan mengisi aula ini. Sesi foto bersama dengan beberapa guru dan juga pemilik yayasan mengisi akhir hari ini. Tapi para siswi sedang merasa kecewa. Karena sesi foto ini Alvin si guru pujaan hati di sekolah ini hilang. Reina merasa jengah karena Amel dan Feroza sedari tadi heboh akan kharisma Alvin. "Gila ya tu guru_" belum sempat Feroza melanjutkan kata-katanya "Kok lu bilang guru gila sih?" Reina memotong pembicaraan Feroza. "Rei plis tu guru emang gila, gila karena udah bikin gue meleleh parah" Feroza mengucapakan hal itu dengan ekspresi yang terlihat sangat bahagia. Aku hanya tersenyum masam. Kalian yang gila suka kok sama yang tua batin gue berbisik. "Eh habis ini kan pulang, daripada boring dirumah ke mal kuy" tawaran Amel mendapatkan anggukkan semangat dari Feroza. "Sorry kayak nya aku nggak bisa" kita semua spontan melihat ke pemilik suara. "Kenapa Sien? Lu mah jangan diem dirumah mulu, jalan lahh kuyyy" ucapan Amel mendapatkan gelengan dari Sienta. "Sorry aku ada urusan. Aku pergi dulu ya maaf" Sienta meninggalkan kami bertiga dengan langkah yang sedikit terburu-buru. "Temen lu Napa sih Rei?" Pertanyaan Amel hanya bisa aku jawab dengan gelengan kepala. Setelah perdebatan yang panjang. Kami sepakat untuk jalan di salah satu mall yang ada di Jakarta. Sebelum kita keluar pasti nya kita ganti baju dulu dan mandi, gila sih kalau nggak mandi badan udah lengket parah. *** "Reina pulang....." Aku menghampiri mama yang sedang sibuk dengan masakan nya. "Makan apa ma?" Tanya ku sembari makan cemilan yang ada di meja makan. "Kamu udah pulang? Mandi gih sana" aku mengerucut kan bibir ku kesal. "Ma aku nanti malam keluar ya jalan bareng temen biasa" mama meletakkan mangkuk yang berisi tumis kangkung di meja makan. "Sama Amel?" Ya selalu seperti itu. Aku keluar pasti berdua mulu sama si Amel. "Iya sama Amel juga sama Feroza temen SMA ku yang baru" mama mengangguk an kepalanya pelan. "Iya pulang nya jangan malem-malem nggak baik cewek kalau pulang larut malam" ini nih yang aku suka dari mama. Dia tuh ngejaga aku banget, jam setengah 9 belum pulang aja udah di spam di wa. Mama terlove deh... "Oke ma, aku keatas dulu ya mandi gerah" aku pun naik ke lantai dua dan melakukan ritual mandi ku. Setelah mandi aku merebahkan badan yang masih terlilit handuk saja. Sungguh ini kebiasaan buruk ku sih... "Sepi amat nih wa, nggak ada yang chat aku sihhh" setelah lihat-lihat hp yang sepi akan notifikasi aku berdiri menuju lemari mengganti pakaian  dan menuju ke kamar yang ada di samping. BRAK "Bang main masak-masak an yuk" aku duduk di punggung bang Iyan yang sedang tengkurap. "Woy turun lu badan lu berat banget" bang Iyan berusaha membuat gue turun. Pluk Gue menepuk kasar pundak bang Iyan. "Maksud lu gue gemuk gitu??" Aku yang nggak terima memukul keras pundak bang Iyan secara terus-menerus. "Yayaya lu kurus, kurus banget malah. Dosa lu nih yang berat gila parah" mendengar jawaban bang Iyan gue semakin memukul manja keras bang Iyan. Gue yang udah lelah pun duduk di samping bang Iyan yang sedang berbaring. "Dek lu tau gak?" Bang iya duduk dan bertanya dengan muka yang sedikit di serius-serius in. "Kagak, apa emang?" Bang Iyan membuka mulutnya dan... "Lu gendut an deh" setelah mengucapkan hal itu bang iyan lari ke luar kamar. "BANG IYAN SIALAN!!!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD