Part 1

1388 Words
Pagi hari yang cerah membuat semangat untuk beraktifitas. Angin berhembus lembut membisikan setiap nada Tuhan yang sangat indah. Matahari tak kalah bersemangat menyinari bumi, seperti mendukung hari yang ceria ini. Tahun ajaran baru menjadi tradisi setiap tahunnya. Dimana generasi lama di gantikan oleh generasi baru.   Hari ini hari pertama ospek di sebuah universitas ternama di Bandung. Vegasus University, semua calon mahasiswa dan mahasiswi sangat ingin masuk ke universitas ini. Selain fasilitas dan dosennya professional. Universitas ini juga di penuhi dengan mahasiswa yang borju dan elit. Vegasus, bukan hanya universitas saja ada juga Vegasus International High School, Vegasus International Junior School dan ada juga play grupnya. Di tengah kemewahan sekolah ini, tak hanya orang kaya saja yang bisa masuk di sekolah ini. Tapi orang yang biasapun bisa masuk universitas ini dengan mendapatkan beasiswa.   “Hoooaaam,” rasanya masih ngantuk sekali seorang gadis berparas cantik ini. Ia sangat lelah mempersiapan ospek hari ini. Ingin rasanya tarik selimut lagi, untuk menyelami indahnya bunga tidur. Tapi, sayangnya waktu menujukkan sudah pukul lima lewat lima menit. Jika tak segera bergegas siap-siap, mungkin saja ia akan terlambat.   “It’s show time, semangat Renatha!” ucapnya memberi semangat pada dirinya sendiri. Renatha Charolina Smith, anak bungsu dari tiga bersaudara ini sangat on time. Ia tidak mau pertama ospeknya datang terlambat. Segera ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.   Dua puluh menit kemudian.   Renatha sudah siap dengan pakaian putih abunya, rambut di kuncir delapan lengkap dengan hiasan pita warna warni, belum di tambah pipinya yang di corat coret dengan tinta merah. Sepatu tali raffia, tas karung, tak lupa juga name tag bertuliskan ‘Cabe’ berikut dengan kalung cabenya. Ada-ada saja ospek jaman sekarang.   Namun semua itu tak menghilangkan kecantikan Renatha. Bagaimana bisa, Renatha itu primadona saat ia masih SMA. Sampai-sampai Reno sang juara seklolah jatuh hati padanya. “Reno…” lirihnya. Renatha melihat cincin yang melingkar di jari manisnya. Di sana ada inisial ‘R’. Rasanya sangat pahit bila ia melihat cincin itu. Setelah dua tahun ia merasakan sakit yang teramat sangat menghujam hatinya. Namun tetap saja cincin itu masih ia pakai. Flash Back. Dua tahun yang lalu.   “Cincin ini adalah symbol cinta kita karena R untuk R. Aku janji Re, setelah aku lulus kedokteran di New York nanti aku akan langsung melamar kamu. Setelah itu kita akan tinggal di sana. Bersama impianku, impian terbesarku. My heart is just for you Renatha. I am promise,” ucap Reno saat itu begitu hangat dan sangat teduh. Sepertinya ia sangat serius dengan ucapannya.   “Ren, kenapa sih kita ga tinggal di Indo aja, kamu tahu kan aku harus melanjutakan usaha papah. Kak Yusi, udah jadi dokter di rumah sakit Internasional Bandung. Kak Rinni dia dah jadi model dan kayanya bentar lagi bakalan jadi artis sinetron deh. Otomatis kan aku yang harus jadi penerusnya,” kilah Renatha.   Reno mengenggam kedua tangan Renatha. “Kamu tahu kan Re, kalo New York itu impianku. Begitu juga fakultas kedokteran disana. Ayah aku pengen banget aku bisa kuliah dan jadi dokter di Negara maju itu. Kita sama-sama di paksa orang tua kita untuk menuruti apa kemauan mereka. Tapi, kalo nanti setelah kita menikah mau engga mau kamu harus ikut aku Re,” jelasnya.   “Tapi kamu janji kan ga bakalan macem-macem selama di sana. LDR ga gampang loh sayang. Awas aja kalo sampe kecantol sama cewek lain. Niiiiihh!!” amcam Renatha seraya menunjukan kepalan tangannya.   “Hahaha lucu banget yah pacarku ini, iya sayang aku janji. Tenang aja Re, kan sosial media sekarang banyak ada f******k, Twitter, line, WA. Kita bisa video call, chatting, email bahkan teleponan. Apa jangan-jangan kamu nih yang baklan selingkuhin aku hhahaha,” senang sekali Reno, jika sedang mengoda kekasihnya itu. Renatha mencuil hidung Reno sampai merah.   “Uhhuk uhuk… Sakit tahu. Iya maaf deh maaf,” saking asiknya menertawakan Renatha sampai Reno terbatuk-batuk. “Just for you Renatha. Hati aku hanya untuk kamu. Engga ada niat sedikitpun buat mengkhianati kamu. Apa lagi sampai ngeduain kamu. I am promise,” ulang Reno.   Renatha membuka paksa matanya. Ia menarik napas dalam-dalam. Masih sangat terngiang ucapan Reno saat itu. Rasanya begitu manis dan menenangkan jiwa. Tapi, semua itu hanya dusta belaka. Sekarang Reno meninggalkan Renatha sendirian. Lupa dengan janji akan terus komunikasi dengannya. Rasanya sakit sekali. Renatha melepas cincin itu kemudian menyimpannya di kotak merah berbentuk hati.   “Good bye masa lalu. Thank you Reno atas kenangan indah sekaligus kenangan terburuk bagi aku.” Renatha pergi sambil menata hatinya. Hari ini tidak boleh ia lalui dengan kesedihan. Renatha harus semangat di hari pertama ospek.   ********   Vegasus University.   Semua calon mahasiswa sudah berkumpul di lapangan. Upacara pembukaan ospekpun telah di laksanakan. Ini saatnya ospek pertamanya. Pasti akan sibuk sekali. Semua mahasiswa naru harus bisa beradaptasi cepat dengan tempat baru mereka. Satu per satu saling mencari teman. Memperkenalkan dirinya masing-masing. Ada yang mudah mencari teman, ada juga yang hanya nyaman dengan kesendiriannya.   “Ren! Rena!” panggil seorang cewek chainis bermata sipit sambil berlari. “Akhirnya kita bisa masuk sini yah, oh iya si kembar Inti sama Inka masuk sini juga loh Tha,” Silvi sangat senang sekali bisa bertemu lagi di universitas yang sama. Silvi, Inti dan Inka adalah sahabat Renatha waktu di sekolah di Jakarta. Memang mereka berempat janjian untuk masuk ke Vegasus University. Tidak menyangka bahwa Tuhan mendengarkan do’a mereka. Mereka di persatukan lagi dalam universitas yang sama.   “Ya Allah sukriya. Meh hum aca nigta hai,” emmhh seperti biasa Inti mengeluarkan bahasa India yang tentunya tidak di mengerti oleh sahabat-sahabatnya.   “Biasaan deh Inti, speak Indonesia aja keles,” protes Silvi seperti biasa. Ya, mengerti. Si kembar ini memang sangat menyukai India. Tapi Silvi paling tidak betah kalau mereka sudah mengeluarkan bahasa Indianya. Sudah jelas Silvi tidak akan mengerti.   Renatha hanya senyum senyum saja melihat tingkah laku sahabtanya itu. Mereka memang sangat lucu. Inti dan Inka memang maniak India. Sampai-sampai hampir semua film India sudah ia tonton. “Sukriya ya Allah. Keren banget universitasnya. Semoga kita bisa betah di sini dan lulusan terbaik juga dari universitas ini” Inka terkagum-kagum dengan Vegasus University. “Tha, lo masuk fakultas bisnis kan sama kaya kita?”   “Iya dong Ka, kalian juga kan?” “Iya dong,” ucap mereka bebarengan.   “HEH! Kalian sini!” teriak senior yang sepertinya sedari tadi memperhatikan mereka berempat. “HEI CABE! Ikut gue!” senior itu memanggil nama Renatha dengan sebutan cabe. Dengan terpaksa Renatha harus menghampiri senior itu.   “Kita akan bagi kelompok, cewek dan cowok. Di akhir ospek bakalan ada persami (perkemahan satu minggu) dan lo akan gue pasangin sama Terong. Biar kaya terong di cabeiin hahaha,” jelasnya. Senior itu ngoceh terus sampai Renatha saja bosan mendengar ocehannya. Tapi tunggu siapa Terong? Semoga saja dia bisa di ajak kerja sama di persami nanti. Lagian idea siapa sih buat pakai nama-nama norak seperti ini? Sudah jelas orang tua kita, telah memberi nama kita dengan bagus dan sempurna. Ini malah di ubah jadi nama aneh. Ya Cabe lah, Terong lah. Ampun deh.   “Tuh si Terong lagi gue hukum. Lo bantuin dia bersihin gudang. Enak aja hari pertama udah telat,” perintahnya. Renatha mengerutkan dahinya. “Loh kak aku kan ga salah. Masa iya aku ikut di hukum juga?” protes Renatha. Memang Renatha tidak salah kok. Dia masuk tepat waktu. Masa iya Renatha harus di hukum juga. Itu kan salah si Terong.   “Itu kan si Terong team lo. Jadi lo harus bantuin, pergi dulu. BYE!” tanpa basa basi senior itu meninggalkan Renatha di depan gudang. Dengan ragu Renatha menghampiri si yang katanya ‘Terong’. Sedikit kesal sih, harusnya kan hari pertama ospek menyenangkan. Ini malah harus di hukum bersama orang yang baru ia kenal. Si Terong lagi.   “Sini biar gue batuin,” Renatha sedikit keki. Cowok itu kalau di lihat tinggi juga, sangat ideal bagi ukuran seorang cowok. Tubuhnya juga atletis banget. Wow! hari pertama ospek Renatha dapet berkah nih. Kayanya ni si Terong ganteng deh. Renatha seakan lupa kekesalanya, karena ikut dihukum di hari pertamanya.   Cowok itu menoleh. Saat itu juga mereka berdua tekejut bukan main. Sepertinya wajah yang ada di depannya ini sangat familiar bagi mereka berdua. Seakan wajah lama yang sudah terpatri dalam sanu bari mereka. “Kamu..” “Kamuu..” ucap mereka saling tunjuk. “Re…” “Reno.."                          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD