prolog

365 Words
Enjoyy guyss *** "Kei.. kamu harus ngerti gimana keadaan aku sekarang." Reihan menatap Keira dengan mata yang lembut. Sedangkan Keira malah menatap Reihan dengan pandangan tidak bersahabat. "Aku? Aku yang harus ngerti keadaan kamu. Tapi kapan Rei, kapan kamu ngerti keadaan aku." Keira meneteskan air matanya. " kamu enggak pernah sedikit aja ngasih waktu kamu buat aku. Aku ini calon istri kamu. Bukan, setidaknya aku ini perempuan. Aku enggak pernah sama sekali ganggu atau marah sama kamu. Aku ngerti kalau dia lebih butuh kamu dari pada aku. Tapi aku cuma butuh waktu kamu 30 menit aja. Kamu enggak bisa." Reihan mencoba untuk memegang bahu Keira. Tapi Keira langsung mundur beberapa langkah dari Reihan. "Kei.." Keira mengangkat tangannya, menghentikan ucapan Reihan. "Cukup Rei. Aku capek. Capek terus kaya gini. Aku cemburu Rei, aku cemburu sama sahabat kamu itu. Aku juga perempuan Rei. Aku masih punya hati. Aku masih bisa ngerasain yang namanya cemburu dan sakit hati. Kamu selalu ada buat dia Rei, kamu ingat tunangan kita hari itu, kamu nyuruh Alex untuk cari cincin pertunangan kita. "Hanya karena sahabat kamu itu demam dan kamu harus ngurusin dia, aku masih bisa mentolerirnya. Tapi hari ini, kamu nyuruh Alex lagi untuk nyoba baju pengantin yang akan kamu pake. Aku enggak bisa mentolerirnya. Yang nikah sama aku itu kamu Reihan. Bukan Alex." Reihan mencoba untuk mendekatkan diri ke Keira. "Kei, aku minta maaf. Tapi tadi Riska, dia lagi butuh aku Kei." Keira menatap Reihan tidak percaya. Dia tertawa sinis. "Dia butuh kamu? Jadi aku enggak butuh kamu? Kenapa dia harus hadir Rei. Karena dia hubungan kita jadi kayak gini. Dia itu parasit untuk hubungan kita." "KEIRA!" Reihan memegang bahu Keira kuat. Dia mengeraskan rahangnya. Menatap Keira marah. "Jaga ucapan kamu. Dia bukan parasit seperti yang kamu bilang. Jangan pernah aku dengar kamu bicara buruk tentang dia. Kamu egois Kei. Harusnya kamu ngert-" Keira menghempaskan kedua tangan Reihan dari bahunya. "Baik kalau gitu. Kita batalkan saja pernikahan kita." Reihan menatap tajam Keira. "Jangan bertingkah seperti anak-anak Keira." "Kenapa Rei? Lagian undangan belum disebar kan. Kita butuh sendiri dulu. Aku perlu sendiri. Kita pikirkan tentang diri kita sendiri. Kamu yang egois atau aku yang egois." Keira melangkah menjauh dari Reihan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD