Prolog

250 Words
"Untuk apa kau membawaku kemari?" Vieny bertanya, tapi lagi-lagi Adrian mengacuhkannya. Pria itu membuka sabuk pengaman Vieny dan membawa wanita itu masuk ke rumah, "Aku tidak mau! Lepaskan aku sialan! Lepaskan aku!" Vieny meronta tapi tenaga Adrian jauh lebih besar darinya. Tidak mempedulikan teriakan dan makian yang Vieny lontarkan, Adrian langsung membawa Vieny ke kamar yang terletak di lantai atas. Ia langsung melempar Vieny ke atas ranjang dan mengunci pintunya dari dalam. "Mau apa kau?" Vieny mencoba bangun tapi Adrian sudah lebih dulu mendorong tubuhnya hingga ia kembali terlentang lengkap dengan Adrian yang berada di atasnya, "Lepaskan aku sialan. Lepas...." Vieny mengerjap ketika Adrian tiba-tiba saja menciumnya. Paru-paru Vieny terasa sesak, indra-indranya membeku dan jantungnya seolah berhenti berdetak, terlalu terkejut dengan apa yang dilakukan Adrian. Adrian pernah menciumnya –dulu sekali– tapi tidak lebih dari sekedar kecupan singkat di bibirnya. Tapi kali ini Adrian menciumnya, benar-benar menciumnya hingga membuat pikiran Vieny terasa tumpul. Adrian tidak hanya menempelkan bibirnya tapi juga bergerak, mencoba masuk ke dalam mulutnya. Rasanya begitu intim hingga nyaris membuatnya pingsan. Vieny balas mencium Adrian, membuka mulutnya memberi akses lebih pada pria itu. Awalnya, Vieny tidak berniat melakukannya, namun tidak sanggup menolak, bukan menolak Adrian tapi menolak dirinya sendiri, menolak keinginannya sendiri untuk merasakan bibir Adrian. Entah berapa lama mereka berciuman, Vieny tidak tahu tapi ciuman mereka akhirnya berhenti ketika Adrian mengangkat kepalanya, hingga membuat tautan bibir mereka terputus. Vieny memanfaatkan hal itu untuk menarik napas sepuasnya, sebelum kata-kata Adrian selanjutnya membuatnya lupa untuk bernapas. "Aku mencintaimu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD