ONE NIGHT IN DUBAI - 01

1249 Words
ONID.01 PROLOG Malam itu… Kamu bilang aku cinta, mungkin aku dan kamu tidak memilikinya Tapi saat hujan turun dari langit, aku merasa hidup bersamamu Kini, mulai saat ini… Jantungku berdetak untukmu, kamu adalah segalanya untukku Dan aku bisa mati untukmu, mungkin aku bisa Satu malam di Dubai waktu itu… Membuatku selalu teringat akan tentangmu meski mata ini telah terpejam Aku dan kamu, jangan mengucapkan kata selamat tinggal Satu malam di Dubai waktu itu akan selalu menjadi kenangan indah bagiku Dan kamu akan selalu di hati, tak tergantikan -Exel Wang-   Aku yang sedang duduk di ruang kerjaku tidak dapat bekerja dengan baik. Aku menggerakkan kursi kerja ke kiri dan ke kanan sambil mengetik salah satu puisi yang telah lama ku tulis. Aku akan selalu menulis puisi setiap kali memikirkan wanita yang selalu mengganggu pikiranku itu. Setelah puisi itu ku rasa lengkap, kemudian aku mengirimkan pesan yang berupa puisi itu untuk mengungkapkan segala perasaanku pada Ariella, gadis yang telah mencuri dan membawa jauh pergi  hatiku meninggal Fayette Griffin.   Seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai pramugari dari salah satu maskapai penerbangan terkenal di dunia. Pramugari terbaik dan tercantik yang selalu melayani para penumpang  First Class di beberapa rute penerbangan Internasional. Aku bertemu beberapa kali dengannya di setiap perjalanan bisnis. Pramugari cantik yang tenang, lembut dan selalu ramah itu mencuri hatiku.   Pramugari itu tidak pernah memperhatikan penumpang yang selalu duduk di First Class sepertiku dalam setiap perjalanan. Tapi aku selalu memperhatikan pramugari yang sangat menarik dan telah mencuri hatiku tersebut setiap kali kami bertemu. Hingga akhirnya takdir mempertemukanku dengannya dengan cara tak terduga. Aku, Exel Wang  yang sedang dalam perjalanan bisnis bertemu dengan pramugari cantik itu yang sedang berlibur di kota Dubai.   Namun sayang, aku baru mengetahui nama, alamat dan dekat dengan pramugari cantik yang bernama Ariella itu setelah aku menjadi suami Fayette Griffin. Apa aku harus berusaha untuk tetap setia menjadi suami Fayette Griffin? Atau malah memilih Ariella sang pramugari yang telah membawa pergi hatiku dan mengejarnya hingga ke ujung dunia? -EXEL WANG- ****     Aku telah duduk lama di pinggir tempat tidur dengan jantung yang berdebar tak karuan. Setelah berjam-jam berkeliling dan menyapa para tamu undangan di resepsi pernikahan, tubuhku terasa lelah. Tapi aku tidak bisa tidur lebih awal, karena malam ini adalah malam pertamaku bersama Exel Wang.   Setelah sekian lama menunggu sambil membaca novel favourite-ku, pintu kamar pengantin pun akhirnya terbuka. Terlihat Exel Wang memasuki kamar dengan langkah gontai tak bersemangat. Sepertinya malam ini ia sedikit mabuk dan aku dapat mencium wangi anggur di udara. Aku menyadari akhir-akhir ini sebelum hari pernikahan, Exel Wang kurang bersemangat dan tidak banyak berbicara danganku.   Sudah beberapa bulan terakhir aku tidak lagi melihat sosok Exel Wang yang selalu bersikap hangat padaku. Mungkin lelah dan banyak pikiran, karena akhir-akhir ini ia terlalu sibuk bekerja. Satu tahun terakhir ia selalu bolak-balik keluar negeri untuk urusan bisnisnya. Dan mungkin hari ini di hari pernikahan kami ia juga masih memikirkan hal itu. Meski pun ia selalu tersenyum dan menyapa para tamu dengan ramah, tapi aku merasakan ada hal yang berbeda di dirinya.   “Kenapa kamu belum tidur?” Exel Wang bertanya sambil menutup pintu kamar. Ia berjalan kearah lemari dan mengambil piyamanya.   Aku tersenyum dan menjawab, “Aku sedang menunggumu.”   Exel Wang tidak menanggapi ucapanku. Ia membuka beberapa accessories groom yang menempel di tubuhnya. Kemudian dengan santai berjalan ke kamar mandi dengan sehelai handuk dan piyama yang masih terlipat tanpa menoleh padaku. Saat ini aku merasa sedang berhadapan dengan orang asing, bukan Exel Wang yang aku kenal dulu.   Satu jam kemudian Exel Wang keluar dari kamar mandi dengan memakai piyama. Ia masih berjalan dengan tenang tanpa ada ekspresi apapun di wajahnya. Ia melangkah ke depan berjalan mengahmpiriku yang masih duduk di pinggir tempat tidur.   “Tidurlah, hari sudah larut malam.” Exel Wang mengacak rambutku dengan lembut lalu memakaikan selimut di tubuhku.   Dengan spontan aku memberanikan diri untuk menyentuhnya terlebih dahulu. Aku mengulurkan tanganku memegang tangannya yang baru saja memasangkan selimut di tubuhku dan hendak pergi. Ia menoleh padaku dengan menggerakkan alisnya seolah sedang bertanya. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya, “Sayang, apa kamu tidak menginginkanku?”   “Maksudmu?” Exel Wang bertanya dengan wajah bingung.   Aku yang tadi sudah berbaring bangkit kembali dan duduk bersandar di tempat tidur. Sedangkan salah satu tanganku sedang memegang tangan kanan Exel Wang yang sedang berdiri, “Maksudku… Sayang, ini adalah malam pertama kita sebagai suami istri. Apa kamu tidak menginginkanku dan tidur bersamaku.”   Exel Wang menghela nafas panjang lalu duduk di sampingku di atas tempat tidur. Ia menatapku cukup lama dan kemudian menggerakkan bibirnya dengan wajah tenang, “Fayette, maafkan aku.”   “Kenapa kamu minta maaf? Apa ada sesuatu yang salah?” Aku bertanya dengan penasaran.   “Fayette, mungkin ini sangat berat untukmu dan aku. Tapi aku tidak ingin membohongimu. Maaf aku tidak bisa menyentuhmu, aku tidak mencintaimu lagi. Dan aku rasa perasaanku terhadapmu selama ini bukanlah cinta, tapi hanya kasih sayang sebagai sahabat.”   Mendengar ucapan Exel Wang yang berterus terang, membuatku seperti di sambar petir di siang bolong. Tidak ada angin dan tidak ada hujan, ia mengatakan hal itu di malam pertama kami. Seketika hatiku hancur berkeping-keping tak bersisa. Tapi aku berusaha menahan tangis kekecewaanku di depan Exel Wang, karena aku sangat mencintainya.   Setelah mengucapkan hal itu, ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar ruangan meninggalkanku sendiri di kamar pengantin yang dingin ini. Selama ini aku tidak pernah berpikir buruk padanya. Bahkan bagiku tidak masalah jika selama ini banyak wanita yang menyukainya dan mendekat padanya. Ia juga tidak pernah marah dan melarang jika ada pria mendekatiku. Yang aku tahu ia dan keluarga Wang selalu bersikap baik dan hangat padaku. Aku pikir hubungan baik antara keluarga Griffin dan keluarga Wang, serta perjodohan yang telah berlangsung semenjak kami remaja akan membawa kami menjadi pasangan suami istri yang sempurna. Kini semua mimpi indahku hilang seketika. Yang ada hanya rasa kecewaku dan kamar pengantin yang dingin ini.   Jika bukan cinta, lalu perhatiannya selama ini apa? Jika tidak cinta, kenapa menikah? Jika bukan aku yang ia cintai, lalu siapa? Ucapku membatin sambil menangisi nasibku sendiri. -FAYETTE GRIFFIN- ****     Setelah beberapa bulan bertugas sebagai pramugari yang melayani penumpang di First Class untuk penerbangan Internasional, akhirnya aku mengambil cuti selama dua minggu. Waktu cuti yang tidak seberapa itu aku gunakan untuk berkumpul dengan keluargaku di Hong Kong dan berlibur. Hari ini adalah hari pertama aku cuti dan saat ini aku masih berada di Istanbul, Turkey. Sebelum kembali ke Hong Kong bertemu Daddy, Mommy dan adikku Steve, aku memilih untuk berlibur terlebih dahulu. Dan destinasi liburanku kali ini adalah kota Dubai, salah satu kota termegah di dunia.   Namun dari awal perjalan dari kota Istanbul menuju kota Dubai, banyak hal-hal menarik yang aku alami. Aku bertemu dengan seorang pria yang merupakan loyal passenger di maskapai penerbangan tempatku bekerja. Aku sering bertemu dengannya saat ia menjadi penumpang First Class di beberapa rute Internasional. Dan kali ini aku kembali bertemu dengannya, bukan sebagai penumpang dengan pramugari, tapi sebagai sesama penumpang.   Banyak hal tak terduga yang aku temui saat melakukan perjalanan liburan kali ini. Selain bertemu dengan pria yang terlihat playboy itu di bandara, kami juga duduk di kursi yang bersebelahan di maskapai yang sama. Hingga setelah sampai di kota Dubai, ternyata kami juga menginap di hotel yang sama yaitu Burj Al Arab.   Dan dari sinilah awal perjalanan kisah cintaku yang seperti roller coaster. Bersama pria dari benua lain yang nekat mengejarku hingga ke ujung dunia, kemana pun aku terbang. Ia pernah berkata padaku, “Aku akan membawamu terbang, meski  kamu telah terbiasa dengan awan.” -ARIELLA DALEX SARALEE- ________________ Author : Ini adalah kisah cinta generasi kedua dari ketiga novel yang telah Miss M publish yang di persatukan dalam satu novel yang berjudul ONE NIGHT IN DUBAI Di sarankan pada reader untuk membaca ketiga novel karya Miss M lainnya terlebih dahulu : - My Love Lost And Grew In Hong Kong - Killed By Love - I'm Not An Ugly Duck 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD