Lelaki Limited Edition

1361 Words
Alea berjalan dengan wajah berseri-seri. Sesekali memandang isi toko yang berjajar di sepanjang jalan Gangnam Seoul Korea Selatan. Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Bisa berwisata ke Korea Selatan, negeri yang sering memanjakan matanya dengan para oppa yang bermain di drama-drama kesayangannya.     Sambil membawa kamera yang disangga dengan tongsis berwarna biru dengan motif doraemon, ia sedang membuat vlog perjalanannya.  Matahari yang terik seakan tak menjadi soal. Berbicara sendiri, tersenyum bahkan tertawa sendiri di depan kamera, menarik perhatian pejalan kaki lainnya. Tapi Alea seolah tak peduli. Tentu saja karena ia adalah seorang vlogger profesional, dimana urat malu harus diputuskan kalau ingin mendapatkan hasil vlog yang sangat baik. “Seru banget gaes, kalian yang suka traveling, kudu dan wajib masukin Korea Selatan, terutama kota Seoul ke salah satu destinasi kalian. Jangan lupa wisata kuliner dan memakai hanbok seperti yang sedang kupakai sekarang.” Alea menunjukkan pakaian yang ia kenakan ke seluruh followernya di Instag*am. Seorang lelaki kaukasia mendekati Alea sambil tersenyum, lalu menanyakan sebuah alamat kepadanya. Lelaki itu menggunakan Bahasa Rusia yang tak ia mengerti, membuatnya mengernyitkan dahi sambil berusaha tidak tertawa. Banyak sekali orang menyangka ia adalah seorang gadis ras kaukasia padahal sebenarnya ia asli orang Indonesia, lahir dan tumbuh besar di Tanah Jawa. Hanya saja ia memiliki kulit seputih porselen, alis putih yang selalu ditimpa pensil alis hitam atau coklat tua dan bibirnya selalu dipoles dengan lip tint merah muda yang cerah. “Sorry, I don’t understand.” Alea menggeleng cepat membuat lelaki itu menghela napas berat lalu meninggalkannya begitu saja. Sesaat Alea mematung sambil melihat punggung lelaki itu menghilang saat membelok ke kanan, lalu saat sadar masih siaran langsung di social medianya, ia pun meminta maaf kepada penontonnya. “Sori ya gaes, orang itu pasti mengira aku cewek Skotlandia hahahaha.” Tawa renyahnya kembali membuat orang memerhatikannya. Ia tahu karena banyaknya komen lucu dari netizen yang masih mengikuti siaran langsungnya. Ia melanjutkan perjalanannya menuju tempat makan yang direkomendasikan oleh beberapa followernya. Berjalan dengan langkah penuh yakin dan sesekali berbicara ke kameranya, ia sedang membuat konten untuk mengisi chanel Youtube - nya. Setelah merasa cukup dan lengannya juga lelah memegang kamera, ia pun memasukkan alat tempurnya tersebut ke dalam tas ransel biru muda kesayangannya. Ia akan mengeluarkan kamera itu jika merasa harus melakukannya, tapi sekarang ia ingin menikmati pemandangan tanpa diganggu pekerjaan yang sebenarnya juga merupakan salah satu hobinya. Membuka gawai, ia memeriksa GPS untuk memastikan tempat yang akan ia tuju. Alea mungkin salah satu orang yang nekat terbang ke Seoul bersama rombongan wisata namun di tengah jalan memilih sendirian menjelajah kota. Ia bahkan membuat Tour Guidenya tak berkutik dengan tekadnya tersebut, untung saja pemilik Tour and Travelnya tak lain temannya sendiri, karena kalau tidak pasti tak ada Tour and Travel yang mau mengambil resiko buruk dengan membawa wisatawan sepertinya. Sebelum ke tempat makan, ia ingin mengunjungi sebuah gerai kosmetik yang sedang naik daun. Membeli beberapa produk pesanan para followernya karena ia membuka jasa titip. Keuntungannya tak banyak, tapi lebih dari cukup untuk menambah uang saku selama berwisata. Berjalan di pertokoan yang ramai, ia berhenti di depan gerai pakaian untuk mematut dirinya di depan kaca yang memantulkan bayangannya. Rambutnya yang berwarna putih ia kepang dua, dengan bandana coklat tua yang begitu kontras dengan warna rambutnya bahkan warna kulitnya. Wajah Alea mungil, badannya juga kurus meskipun tanpa diet. Bahkan ia termasuk perempuan yang jago makan. Beberapa kali ia memenangkan lomba makan di setiap kesempatan. Alea sangat bersyukur karena tubuhnya seakan mendukungnya untuk terus menekuni dunia makan memakan. Setelah merapikan penampilannya, ia kembali berjalan menyusuri trotoar Gangnam yang penuh dengan wisatawan. Hari masih sore namun suasana sudah sangat ramai. Jalan Gangnam akan jauh lebih padat saat malam hari dan Alea ingin selesai belanja barang titipan, lalu makan dan segera pulang.  Besok ia harus pergi ke Busan bersama rombongan yang lain dan ia ingin cepat menyelesaikan semuanya agar bisa cepat istirahat. Masuk ke gerai kosmetik, seorang pramuniaga menyapanya dengan bahasa inggris yang terbata-bata. Alea hanya tersenyum lalu mencari keperluannya sendiri, itu lebih praktis daripada bertanya dan harus membuang waktu dengan menjelaskan lebih banyak hal. Lagipula, ia juga sedang malas membuka gawai walau beberapa aplikasi translate pasti akan sangat membantunya. Sementara dalam kemasan produknya dilengkapi bahasa inggris. Merogoh saku celana, ia mengambil kertas yang berisi daftar belanja. Ia pun mulai memburu barang titipan serta barang kebutuhannya sendiri. Gerai kosmetik ini tak hanya menjual produk skin care tapi juga make up serta parfum-parfum dengan botol-botol yang lucu. Alea sangat bersemangat. Banyak sekali barang di luar list yang ia beli. Uang tabungannya mungkin akan habis, tapi ia bisa menabung lagi kan, sementara belum tentu ia bisa kembali ke Korea lagi. Keranjang belanjaannya sudah penuh dan ia menuju parfum-parfum dengan warna-warna cerah serta botol-botol lucu. Sambil mendengarkan penjelasan pramuniaga yang tak banyak ia mengerti, ia membuka sebuah botol parfum berwarna ungu muda dan menghidunya. Setelah beberapa saat, ia memasukkan botol yang masih tersimpan dalam kardus bergambar sebuah grup idol. Ia juga memasukkan beberapa botol bergambar idol yang berbeda tanpa mencium baunya terlebih dahulu. Ia hanya ingin mengoleksi botolnya yang terbuat dari kaca. Nanti kalau memang baunya pas akan ia pakai, kalau tidak, isinya akan dipindah ke botol lain dan bisa dijadikan oleh-oleh untuk beberapa kawannya di Indonesia. Setelah membayar dua paper bag belanjaan dengan ukuran yang besar, ia keluar dengan otot-otot menegang karena bawaannya yang cukup berat. Ah, ini tak seberapa dengan hasil yang akan ia dapat dan membayangkan betapa senangnya para follower yang mendapat barang titipannya, membuat Alea sangat bersemangat. Iseng, ia mengangkat barang belanjaannya sambil mengencangkan ototnya. Bawaannya cukup berat apalagi ada puluhan botol yang terbuat dari kaca ada di dalamnya.  Anggap saja olahraga untuk mengencangkan otot lengan serta merenggangkan tubuh. Ia sangat suka menggeliat, baginya menggeliat adalah merilekskan otot yang kaku bahkan sekalipun masih membawa beban, buatnya tak masalah. Alea masih sangat muda, ia baru saja wisuda beberapa bulan yang lalu. Ia hanya memanfaatkan tubuhnya yang kuat. Tiba-tiba seseorang menabraknya dengan kuat hingga mereka jatuh dengan Alea di bawah sementara lelaki itu di atasnya. Mata mereka saling berserobok satu dua detik, Alea mematung karena masih shock dengan apa yang terjadi. Tiba - tiba pria itu berdiri lalu berlari tanpa mengatakan apapun.  Alea bangkit, dua paper bag itu jatuh tak jauh darinya. Saat hendak mengambil barangnya, beberapa orang berlari dan menginjak barang bawaannya. Alea shock dan lebih terkejut lagi saat paper bag yang berisi parfum tiba - tiba basah. Gadis itu mengambil paper bag tersebut dan melihat ada beberapa botol parfumnya pecah. “Oh sial! Mereka tak boleh diampuni!” desahnya sambil mengangkat paper bag lalu berlari mengejar tiga lelaki yang kini membelok ke kiri. Meski dengan menggendong bawaannya yang cukup berat dan di punggungnya terdapat ransel berisi kamera dengan berat yang tak bisa dipandang sebelah mata, ia mengejar mereka dengan kekuatan penuh.  Bersyukur karena hari ini ia memakai sneaker, kalau tidak ia pasti akan susah mengejar mereka. “Mereka harus membayar ganti rugi!” serunya sambil terus berlari dengan menggendong bawaannya. Setelah membelok ke kiri, ia membelok lagi ke kiri lalu masuk ke sebuah jalan sempit di sebelah kanan. Jalan itu buntu dan lelaki berjaket coklat sedang berdiri berhadapan dengan dua lelaki yang mengejarnya, yang telah menginjak barang belanjaan Alea. “Jadi kau diperintahkan Sophia untuk membunuhku?” kata lelaki itu kepada dua lelaki yang tiba-tiba mengeluarkan pisau dari balik celananya. Alea tahu ini akan menjadi masalah besar bagi lelaki asing berjaket coklat itu. tetapi ini juga menjadi masalah besar baginya kalau sampai tidak mendapatkan ganti rugi atas barang-barangnya yang rusak. Alea bukan anak kemarin sore yang tak bisa membedakan jaket original seharga puluhan juta dan jaket KW harga ratusan ribu. Ia tahu pakaian yang dikenakan lelaki itu adalah produk limited edition dari sebuah toko terkenal. “Tutup mulutmu!” sergah lelaki yang sedang bersiap menyerang lelaki limited edition itu. Kejutan lain tiba-tiba muncul saat empat lelaki melewati Alea dan berdiri di depan lelaki berjaket coklat itu, melakukan hal yang sama dengan dua lelaki itu. Lelaki limited edition membutuhkan bantuannya dan ia yakin bisa mendapatkan uang berkali-kali lipat kalau bisa menyelamatkan lelaki itu. “HEI KAU! GANTI RUGI BARANGKU YANG KAMU PECAHIN!” Alea berteriak lantang, membuat perhatian para lelaki berpindah kepadanya. Alea meletakkan barang belanjaannya di pinggir jalan dan bersiap melakukan apapun untuk mendapatkan hati … ralat! Uang lelaki limited edition itu. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Ikuti terus ya...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD