One

1546 Words
AKP Kaindra Arsha Pradipa, sedang mempersiapkan file kasus yang sedang dihadapinya di meja kerjanya. Ia fokus membuka tiap halaman file setebal kamus tersebut, terkadang raut mukanya serius kadang keningnya berkerut seperti berfikir keras. Telepon di mejanya berdering "Halo komandan" "......." "Siap komandan" Kaindra keluar dari ruangannya menuju ke gedung lain dalam kompleks polres Metro Jakarta untuk bertemu Kapolres AKBP Andreas Utomo putra. kurang lebih 45 menit kemudian dia keluar dan kembali ke gedung dimana ruangannya berada yaitu satuan reserse n*****a. "Kenapa Ndan?" Tanya Bripda Ryan anak buahnya Kaindra menghela nafas pelan "Ada tugas penyamaran, tapi harus saya sendiri yang melakukanya" ucapnya "Kasus besar Ndan?" "Benar, si pengedar ini sudah jadi TO tapi selalu lolos, jadi harus lebih terorganisir lagi rencana kita, oke kumpulkan anggota kita rapat koordinasi sekarang" "Siap laksanakan" Bripda Ryan berdiri sambil hormat pada Kaindra Satuan reserse n*****a yang dipimpin Kaindra ini terdapat 15 anggota dan mereka melakukan rapat kordinasi untuk menyelesaikan kasus ini. Ooooo----ooooO Kaindra kini berada di depan pagar sebuah rumah yang berada dalam kompleks perumahan di pinggiran kota Jakarta. Rumah tersebut tidak berderet seperti kebanyakan perumahan lain, hanya sejajar dengan  1 rumah lain. Jadi ke 2 rumah ini terletak di ujung perumahan dan terpisah dari deretan rumah lainnya. Ia masuk dan membereskan barang yang ia bawa, Kaindra hanya membawa ransel untuk pakaian saja tidak membawa barang yang lain. Penyamaran kali ini Kaindra lakukan sendiri agar tidak menimbulkan kecurigaan warga sekitar. Ia melakukan kordinasi dengan markas, rencanapun disusun dalam penyelidikan kali ini. Anindya turun dari angkot di depan komplek perumahan tempat ia tinggal dengan tantenya, Tante Mira. Sejak kedua orangtuanya memutuskan untuk tinggal di Aussie dan menjalankan bisnis disana, Anindya tinggal seorang diri di rumah, namun kekhawatiran kedua orangtuanya membuat ia berada disini, di kompleks tempat tantenya tinggal. Orang tua Anindya tidak ingin terjadi apa apa kepada putri semata wayang mereka. Ia memilih tidak membawa kendaraan Apapun karena rumah tantenya tidak ada garasi dan kecil. Mobil miliknya ia jual dan rumah ia kontrakkan dari pada rusak karena dikosongkan. Ia berjalan memasuki kompleks perumahan tersebut, lumayan jauh karena rumah tantenya ada di ujung, memakan waktu 10 menit dari jalan raya sampai rumah Tante Mira. Anindya akan membuka pagar saat matanya tertuju pada pagar dan pintu rumah sebelah yang terbuka, pagar di kompleks ini hanya sebatas pinggang jadi bisa terlihat rumah dan halamannya. "Sudah ada yang menempati rumah sebelah ternyata" ucapnya dalam hati Ia pun masuk dalam rumah dengan kunci cadangan karena tantenya masih bekerja. Hari ini Anindya merasakan lelah yang sangat karena ia disibukkan tugas kuliahnya yang banyak. Ia segera masuk kamarnya dan mandi untuk menyegarkan badannya yang penat. Ia rebahkan tubuhnya di tempat tidurnya dan matanya langsung terpejam. "An......An..... Bangun An....." Seseorang menggoyang kan tubuh Anindya untuk membangunkannya "Tante Mira?.... Tante udah pulang" Anindya mengerjapkan matanya dan melihat jam dinding sudah jam 7 malam, ia tidur lebih dari 4 jam karena kelelahan. "Ayo makan dulu, kamu pasti pulang kuliah langsung tidur, kebiasaan ya anak gadis kerjaannya molor Mulu" "Ih Tante, aku kan capek seharian di kampus ngejain tugas" jawab Anindya mengerucutkan bibirnya. "Ya....ya.....ya....., Tante tunggu di bawah, Tante dah beliin kamu nasi goreng tuh" "Ok Tante, aku cuci muka dulu ya" Anindya beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka dan langsung melesat turun karena perutnya sudah bernyanyi minta diisi. Anindya dan Tante Mira makan nasi goreng di meja makan dengan tenang, mereka makan sambil bercerita ringan tentang kegiatan keduanya hari ini. "Oh ya An, mama kamu telepon Tante tadi" "Mmmmm...." "Respon kamu kok gitu sich An?" "Terus aku harus respon seperti apa tante?" "Mama kamu minta kamu datang ke Sidney, dia kangen Ama kamu" ucap Tante Mira "Nggak bisa Tan, aku lagi banyak tugas di kampus, ngga bisa ditinggal, lagian kenapa nggak mama aja sich yang pulang ke Jakarta?" "Mama kamu masih sibuk" Anindya mengendikkan bahunya. "Oh ya tan, rumah sebelah kayaknya udah ada yang nempatin deh" "Oh ya?" He em, tadi aku liat pintu rumah dan pagarnya terbuka" jawab Anindya "Akhirnya Tante punya tetangga lagi setelah sekian lama, besok pulang kuliah kamu beli rainbow cake Ya di toko langganan Tante, kirimin ke tetangga sebelah sebagai ucapan selamat datang, siapa tau tetangga baru kita punya anak seumuran kamu jadi kamu punya temen" "Sipp Tan, aku istirahat dulu ya tan" Ujar Anindya sambil beranjak masuk ke kamarnya "Tante heran Ama kamu An, habis makan tidur makan tidur gitu tapi kok kamu kurus nggak gemuk gemuk" gerutu Tante Mira "Itu anugerah Tan" jawab Anindya dari dalam kamarnya yang pintunya sudah tertutup Keesokan harinya setelah jam kuliahnya berakhir, ia terpaksa naik ojek online untuk pulang karena harus mampir ke toko kue membeli pesanan Tante Mira untuk diberikan pada tetangga baru sebelah rumah. Kue sudah dapat waktunya pulang, ojek online tersebut mulai memasuki komplek perumahan Tante Mira dan berhenti tepat di depan pintu pagar. Anindya masuk rumah dan meletakkan kue tersebut di atas meja makan, ia langsung masuk kamar untuk mandi karena diluar cuaca panas. Selesai mandi ia berpakaian santai celana pendek selutut dan T-SHIRT, ia duduk di ruang tengah dan menyalakan televisi Di ambilnya smartphonenya dan mengirim pesan pada Tante Mira kalau ia sudah membeli kue pesanan tantenya "An sayang, kamu aja ya yang memberikan kuenya ke tetangga, tante kayaknya pulang larut malam deh ini urusan kerjaan Tante belum kelar, tolong ya sayang"  Bunyi pesan balasan dari Tante Mira membuat Anindya menghela nafas. Ia pun beranjak dari duduknya dan mengambil kue di meja makan, di matikan layar televisi yang tadi di tontonnya, dilangkahkan kakinya keluar rumah dan menuju rumah di sebelah yang pagarnya terbuka walau pintunya tertutup. "Tok....tok....tok.... permisi" Diketuknya pintu rumah tersebut "Tok...tok...tok... permisi." "Tunggu....." Sebuah jawaban dari dalam rumah menghentikan tangan Anindya untuk mengetuk lagi, ia mendengar suara langkah kaki mendekat yang dia tebak si penghuni rumah Anindya tertegun melihat seseorang yang Membukakannya pintu, dalam fikirannya yang membuka seorang ibu ibu atau bapak bapak tapi ternyata seorang pria yang masih muda untuk ukuran bapak bapak. "Iya.  Siapa ya?" Tanya penghuni rumah yang tak lain adalah Kaindra Anindya tergagap mendengar pertanyaan Kaindra "Eh... I....iya, saya tetangga sebelah, saya tinggal bersama Tante saya dan beliau mengirimkan kue ini sebagai ucapan selamat datang untuk keluarga anda" jawab Anindya sambil menyerahkan kue tersebut pada Kaindra "Oh.... terima kasih mbak....." "Anindya, nama saya Anindya panggil saja An" "Hai An, saya Kaindra, sebenarnya saya belum berkeluarga dan saya tinggal sendiri disini" jawab Kaindra ramah "By the way makasih kuenya repot repot" "Enggak repot kok, kalau gitu saya pamit dulu, kapan kapan mampir ke rumah biar kenal juga Ama Tante saya" Kiandra mengangguk dan tersenyum, Anindya segera melangkah meninggalkan Kaindra kembali ke rumah Tante Mira. Tante Mira pulang sekitar tengah malam dimana Anindya sudah terbang ke alam mimpinya. Anindya terbangun pukul 5 pagi, ia bergegas cuci muka dan berganti training beserta atasannya, karena hari ini hari Minggu dan ia ingin sedikit berolah raga di Minggu pagi ini melemaskan otot tubuh dan otaknya yang selama seminggu diforsir mengerjakan tugas kuliahnya yang tak pernah habis. Ia membuka pintu dan segera keluar, di tutupnya kembali pintu rumah. Ia berdiri di halaman rumah untuk stretching melemaskan otot sebelum berolah raga, ia tak ingin cedera waktu berolah raga. Hari sudah terang walau masih pagi. Anindya segera menggerakkan tubuhnya berlari pagi mengitari kompleks perumahan, setelah beberapa putaran tujuannya kini adalah taman di area perumahan yang memang disediakan pengembang untuk hiburan bagi penghuni kompleks. Setelah sampai di taman keadaan sudah mulai ramai, banyak orang yang berjalan jalan bersama keluarga, bahkan dengan pasangan, tak lupa juga banyak penjual makanan sudah stand by disana dari penjual bubur ayam, bubur kacang ijo dan berbagi macam makanan lain yang menggugah selera. Anindya melakukan cooling down beberapa menit dan berjalan menyusuri area pedagang yang berjajar rapi menunggu pembeli. Ia membeli air mineral untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Ia minum air mineral di botol sambil tetap berdiri menatap keadaan sekitarnya. "An......" Sebuah suara dibelakangnya memanggil membuatnya membalikkan badannya "Kaindra" "Hai.... selamat pagi" sapa Kaindra "Hai.... pagi" "Sendirian aja, tantenya mana?" "Oh Tante, masih tidur. Kayaknya semalam pulang larut",jawab Anindya "Udah lama?" Tanya Anindya lagi "Lumayan "Kaindra menjawab dengan senyum, membuat semua mata para gadis disana langsung terpesona melihatnya, para gadis itu tak sedetikpun melepas pandangan dari Kaindra yang membuat Anindya risih "Oh....kalo gitu aku balik dulu ya Kaindra" Anindya melangkahkan kakinya, Kaindra mengikuti di belakangnya "Bareng deh, aku juga sekalian mau pulang " Mereka berjalan bersama diiringi tatapan intimidasi dari para gadis disana "Kaindra...." "Kenapa?" "Nggak ada panggilan yang agak singkat gitu, kepanjangan kalo harus manggil Kaindra" tanya Anindya sambil nyengir kuda "Hahaha" Kaindra tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Anindya "Nggak enak ya manggilnya?" Tanya Kaindra " Nggak juga sich, kalo nggak enak tinggal kasih kucing" jawab Anindya asal "Hahaha kamu lucu juga ya, panggil Kai aja kalau Kaindra kepanjangan" "Ok" "Kamu kerja dimana?" Tanya Kaindra "Aku belum kerja, masih kuliah kok" "Mmmm kuliah dimana?" "Universitas Widyatama fakultas hukum" "Oh calon pengacara" "Nggak juga, kalau kamu kerja dimana, atau kuliah juga?" Tanya Anindya Kaindra terdiam, bingung mencari jawaban, jujur jelas tidak mungkin karena dia dalam penyamaran rahasia "Aku.... Aku.... Kerja" jawab Kaindra terbata "Dimana?" "Kurir di go ride"  jawab Kaindra asal comot sebuah profesi "Oh...." "Kenapa? Nggak selevel ya Ama kamu yang calon pengacara?" "Ck...apa sich, nggak ada ya di fikiran aku berteman pakai level levelan gitu" "Berarti kita berteman?" Tanya Kaindra mengulurkan tangannya "Teman" sambut Anindya Mereka berjalan sampai depan rumah masing masing
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD