Part 1

643 Words
"Keluarga adalah satu-satunya harapan di masa depan kita" ~ Angelica Angelica Jhasob pov ' Pagi yang senang kicauan burung yang merdu. Silau sinar pagi masuk melewati celah-celah membuatku mengerjapkan mata dan perlahan ku buka. Pertama kali yang saya lihat adalah wanita lanjut usia yang sedang membuka jendela kamarku. Meskipun usianya sudah tua, dia masih terlihat cantik. Parasnya selalu saja terlihat berseri-seri. Dia adalah nenek kesayanganku yang bernama Maya. "Eh, cucu nenek sudah bangun," kata nenek seraya mengelus rambutku. Senyumannya terlihat sangat manis. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan pelukan. Bisa dibilang manja sih. Tapi ini sudah menjadi kebiasaanku. "Yasudah kamu mandi, siap-siap, menunggu nenek di meja makan," "Emangnya kita mau kemana, nek?" "Kamu mau pulang ke Indonesia. Di sana nanti di antar jemput kakakmu dan pulang lagi kamu lepas landas." Aku pun melotot kaget. Kebiasaanku selalu lupa jika sudah memenuhi kasur dan bantal, ditambah lagi jika ada guling. Berasa berpelukan sama suami, ehhh ... pacar aja gak punya. Sebenarnya aku punya kakak laki-laki. Terakhir kali saya Diperbarui saat usia ku menginjak 4 tahun. Karena sejak kecil aku tinggal bersama kakek dan nenek di Rusia. Entah Karena aku lebih suka tinggal bersama mereka. Setiap kali aku diajak pulang oleh orang tua ku, aku selalu saja menolaknya.Bagiku tinggal bersama kakek dan nenek lebih menyenangkan. Aku lupa hari ini aku akan pulang ke Indonesia dan akan menetap di sana. Itupun pulang dengan paksaan. Jika saja tidak ada tantangan, pasti saja saya memilih menetap di Rusia. Aku melihat selai yang menempel di dinding, ternyata waktu ku tinggal 1 jam lagi. Apa T? istirahat! Aku berlari mengambil handukku dan ngacir ke kamar mandi. *** butuh waktu lama cukup 5 menit saja. Aku memakai celana jeans dan kaos polos warna biru. Aku memoleskan wajahku dengan menggunakan bedak bayi dan sedikit lipgloss agar tidak terlihat pucat dan rambut panjangku, aku bisa tergerai indah. Kemudian saya pakai sepatu olahraga putih.Memang tidak perlu make up tebal Menurutku muke up tebal bisa membuat wajah seperti tante-tante dan terlihat tua. Aku jatuh ke lantai bawah. "Makan dulu!" suruh nenek sambil teriak. "Gak sempat, nek. Udah telat, bentar lagi lepas landas," jawabku tergesah-gesah. "Yaudah ini, susunya kamu minum dulu dan nanti kamu diantar Pak Somat." "Ta-" ucapku dipotong nenek. "Gak ada penundaan!" Mau ngebantah sudah tetaplah kalah. Membuatku tertekan. Tapi bisa apa, sebagai cucu yang berbakti kita harus mengalah. "Sungguh, nek." Setelah aku minum s**u, tanpa banyak bicara aku langsung mengambil koperku dan berpamitan dengan nenek. "Iya, hati-hati." "Nenek jaga kesehatan ya," ucap ku sambil memeluk nenek. "Aku pergi dulu ya, Nek." Aku pergi dengan perasaan senang dan sedih. Karena aku senang pergi kesayanganku dan aku senang karena aku akan bertemu dengan keluarga dan sahabat-sahabatku. Entahlah, perasaan bimbang ini hanya menyiksaku. Aku hanya bisa menikmati suatu hari nanti bisa tinggal bersama kakek dan nenek. Pesawat yang ku naiki sekarang sudah lepas landas, terbang sekarang aku berangkat negara yang aku tempati sejak kecil, kenangan saat masa kecilku dan orang-orang yang aku sayangi. Di dalam pesawat, aku menyenderkan kepala sambil menunggu pesawat cepat sampai di Indonesia.Aku tidak sabar bertemu dengan keluargaku, terutama kakakku dan teman-teman kecilku. Dimana mereka orang yang selalu membuatku tertawa tanpa beban. Aku membayangkan masa-masa kecil dulu sambil terkekeh sendiri. Awalnya saya tidak punya teman selain sahabat di Indonesia. Pada saat menyambutku menginjak 4 tahun, aku pernah berkunjung ke Indonesia selama 1 minggu. Disaat aku punya teman sekaligus karena kakakku mengenalkan aku ke teman-teman. Sahabatku adalah orang yang kocak dan koplak. Mereka selalu membuat cara sendiri dalam negosiasi. Seharusnya dia menjadi orang gila untuk membuat tawa. Tak terasa mataku terpejam karna rasa kantukku. Akhirnya aku sampai di Bandara Soekarno-hatta.Senang rasanya saat kembali ke negeri sendiri. "Selamat datang di Indonesia," ucapku sambil merentangkan tangan kedua menghirup udara segar di Indonesia. Aku berjalan santai menuju pintu keluar bandara. Tiba tiba tiba namaku di panggil seseorang. Aku membalikan badan. Betapa terkejutnya aku melihat pria sedang berlari mengejarku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD