Fikus Benjamina

1252 Words
Sore hari yang cerah, pantulan cahaya matahari bermain dengan dedaunan. Udara pedesaan yang segar, dengan pemandangan alam nan hijau. Padi-padi yang menguning di sawah. Para petani yang sibuk membereskan alat pertaniannya, sudah waktunya mereka pulang ke rumah. Anak dan istri mereka sudah menunggu di rumah. Banyak dari anak-anak mereka bermain di halaman rumah. "Udah siap? aku hitung ya...satu, dua, tiga..." seorang anak berhitung sampai hitungan ke sepuluh. Sedang anak yang lain berlari mencari tempat untuk sembunyi. Setelah hitungan ke sepuluh, anak itu membuka mata dan mendapati teman-temannya sudah berada di tempat persembunyian masing-masing. "Aku cari ya..." teriak anak itu mulai mencari teman-temannya. Dinar bersembunyi di balik pohon besar dan rindang. "Ah...di sini aja, pasti si Ratih gak bakalan tau kalau aku sembunyi di sini!" ucap Dinar sambil duduk meringkuk di balik pohon itu. Beberapa puluh menit kemudian.... "Dinar..." "Dinar..." "Dinar..." Beberapa anak memanggil-manggil nama Dinar. Mereka tidak bisa menemukan Dinar. "Kamu siapa...? manis banget! kamu pasti kecapean ya, sampai ketiduran di sini?" ucap seorang anak laki-laki yang duduk di samping Dinar. Entah dari mana datangnya tidak ada yang tahu. Senja datang, Dinar belum terbangun dari tidurnya. Anak lelaki yang bersama Dinar berdiri melihat keadaan sekitar. Tampak warga bergerombol di sana sini sambil memukul-mukul peralatan masak, mereka meneriakan nama Dinar. "Dinar..." "Dinar..." "Dinar..." "Dinar...dimana kamu sayang? hiks...hiks...hiks..." seorang wanita paruh baya menangis memanggil nama Dinar. "Sepertinya dia ibunya anak ini" gumam anak laki-laki itu. Matahari telah lama tenggelam di ufuk barat. Digantikan cahaya bulan remang-remang, memberikan penerangan di sekitar kampung itu. Kampung yang belum terjangkau oleh kecanggihan teknologi. Aliran listrikpun belum masuk ke kampung itu. Warga sekitar menggunakan lampu teplok untuk penerangan rumah mereka. Anak lelaki itu tidak tega meninggalkan Dinar sendirian. Ia tetap berada di samping Dinar sampai Dinar terbangun. "Ehmm..."Dinar menggeliat terbangun dari tidurnya. "Ah...sudah malam? ya ampun ternyata aku ketiduran di sini" ucap Dinar masih belum menyadari ada makhluk lain di belakang ia duduk. "Hah...siapa kamu?" Dinar terkejut dan ketakutan saat menoleh ke belakang dan mendapati anak laki-laki itu di belakangnya. "Kamu jangan takut, aku gak jahat kok!" anak laki-laki itu mendekat. Dinar berjalan mundur menghindar dari anak itu. "Jangan...jangan...jangan mendekat!" ucap Dinar sambil terus mengayunkan langkahnya ke belakang. "Aaaa..." Dinar hampir jatuh karena kakinya tersandung akar pohon. Dinar terdiam dan bingung mendapati tubuhnya yang tidak menyentuh tanah. Ternyata anak itu telah menolongnya. Tiba-tiba saja anak itu berada di belakang Dinar dan menopang tubuh Dinar agar tidak terjatuh. 'Hah...kapan dia ada di belakangku? cepat sekali" Dinar tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat. "Kalau kamu jalannya mundur, kamu bisa jatuh. Sudah ku bilang aku bukan orang jahat! kamu gak perlu takut!" ucap anak laki-laki itu, lalu membantu Dinar berdiri. "Maaf...tapi aku gak pernah liat kamu, kamu siapa? rumahmu dimana?" tanya Dinar. "Aku...aku..." anak laki-laki itu terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan Dinar. "Kamu bukan anak kampung sini kan?" tanya Dinar lagi. Anak laki-laki itu menggeleng. "Rumahmu dimana?" pertanyaan Dinar berikutnya. Anak laki-laki itu menunjuk ke atas pohon rindang yang ada di atas mereka. "Ah...kamu bisa aja" ucap Dinar sambil tertawa menganggap lucu jawaban anak laki-laki itu. "Baju kamu, gak kayak kami!" tambah Dinar sambil menyentuh baju anak itu. "Aku memang tidak seperti kalian, aku bukan manusia" jawab anak laki-laki itu. "Hahaha...ga usah becanda, kalau kamu bukan manusia memangnya kamu hantu?" goda Dinar. "Mungkin, mungkin kalian menyebutku seperti itu" jawab anak itu. "Jadi kamu benar-benar hantu? tapi...mungkin saja kamu benar, buktinya tadi aku ketakutan liat kamu! hahaha..." ucap Dinar lalu ia tertawa. Ia masih menganggap lelucon jawaban anak itu. "Kamu ga percaya kalau aku bukan manusia? tapi kamu jangan takut ya...!" ucap anak itu. "Kenapa? kamu mau buktiin kalau kamu beneran hantu?" Dinar masih tertawa. Anak itupun membuktikan kepada Dinar dengan mengambangkan tubuhnya di udara dan kakinya melayang tidak menyentuh tanah. Dinar tercengang menyaksikannya, ingin rasanya dia tak percaya, tapi apa yang ada di depannya tampak begitu nyata. "Jangan takut, walau aku hantu sekalipun, aku gak akan menyakiti kamu. Kalau kamu mau kita bisa berteman, aku gak punya teman di sini, aku kesrpian!" anak itu menurunkan kakinya, ia merasa sudah cukup pertunjukannya di depan Dinar. "Namamu siapa?" anak laki-laki itu mengulurkan tangan kepada Dinar. Dinar masih bengong menatap anak itu. "Hey..." anak itu menggesekkan jarinya sehingga menimbulkan bunyi. "Ah...iya..." Dinar baru tersadar. "Namamu siapa, maukah kamu jadi temanku?" anak itu mengulangi pertanyaannya. "Ah iya, aku Dinar, kamu siapa?" tanya Dinar balik. "Aku gak tau siapa namaku!" anak itu tampak sedih karena tidak punya nama yang harus dikenalkn kepada Dinar. "Oh...seperti itu. Gimana kalo kamu aku kasih nama?" tanya Dinar. "Boleh" jawab anak itu dengan senang hati. "Emm...siapa ya..." Dinar melangkah kecil kesana kemari sambil berfikir. "Karena kamu berasal dari pohon ini, gimana kalo aku kasih nama fiko, berasal dari kata Fikus Benjamina nama pohon ini!" jelas Dinar. "Iya...iya aku suka! jadi namaku fiko?" ucap anak itu. "Ehm..." jawab Dinar dengan mengangguk fan tersenyum. "Fiko...Dinar...Fiko...Dinar..." ucap anak laki-laki itu dengan menunjuk dirinya lalu Dinar dan dilakukan berulang-ulang. Mereka tertawa gembira. Dinar ingin sekali pulang, ia khawatirbdengan orang tuanya. "Fiko, aku harus pulang, orang tuaku pasti khawatir!" ucap Dinar. "Kamu benar Dinar, mereka mencarimu dari tadi!" tambah Fiko. "Aku antar kamu pulang ya?" tanya Fiko yang langsung berjalan dan menarik tangan Dinar agar mengikutinya. "Fiko, kita salah arah!" seru Dinar. "Beneran?" tanya Fiko yang tak tau dimana arah rumah Dinar. Dinar tersenyum lalu membimbing Fiko ke arah dimana rumahnya. Fiko mengikuti Dinar dari belakang. Mereka berbincang-bincang di tengah perjalanan, ingin lebih mengenal satu sama lain. "Fiko, maaf ya...! memangnya di duniamu tidak ada yang namanya orang tua, ayah, ibu?" tanya Dinar. "Aku gak tau Dinar, banyak orang tua tapi aku gak tau yang mana ayah dan ibuku! saat aku membuka mata, aku sudah ada di pohon itu, ada seorang laki-laki yang sering mengunjungi ku, katanya dia ayahku, tapi aku juga tak tau benar atau tidak!" cerita Fiko. "Oh gitu...maaf ya kalo aku buat kamu sedih!" kata Dinar. "Iya gak papa. Kata ayah ibuku meninggalkan ku sesaat setelah aku lahir. Waktu aku tanya dimana ibu, ayah selalu menjawab ibu kembali ke dunia yang seharusnya" Fiko melanjutkan ceritanya. Teng teng teng...teng teng teng... Suara panci yang dipukul-pukul dengan spatula. Warga masih mencari Dinar. "Dinar, itu mereka, mereka masih terus mencari mu!" ucap Fiko. "Iya Fiko, kasihan mereka, mereka semua pasti cemas!" jawab Dinar. "Pulanglah! besok kita ketemu lagi, kita teman kan?" Fiko meyakinkan Dinar. "Iya Fiko, tentu saja kita berteman. Aku akan main ke pohon itu setiap hari!" jawab Dinar bersungguh-sungguh. "Kamu gak takut temenan sama aku?" tanya Fiko lagi. "Ya gak lah, ngapain aku takut. Kamu kan hantu yang baik hati!" jawab Dinar. "Beneran...? aku bakal nungguin kamubterus di pohon itu! kamu janji bakal datang tiap hari kan?" Fiko merasa khawatir jika Dinar tidak bisa menepati janjinya, bagi Fiko, Dinarlah teman satu-satunya. "Iya Fiko...aku janji! walaupun aku sibuk, entah itu pagi, siang atau sore aku pasti dateng!" Dinar meyakinkan Fiko. "Janji ya, cuma kamu temen aku!" ucap Fiko. "Iyaa... Eh Fiko, mereka menuju kemari, kamu harus cepetan pergi!" ucap Dinar saat melihat kelompok warga yang membawa obor dan panci-panci menuju ke arahnya. "Kenapa? mereka juga gak bisa liat aku!" ucap Fiko santai. "Beneran...?" tanya Dinar. "Iya...hanya orang-orang khusus yang bisa melihatku, seperti kamu" ucapan Fiko membuat Dinar tersanjung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD