Perasaan yang Aneh

1014 Words
Suara detik jam di dinding berdetak seiring berjalannya waktu. Terus berputar saling berkejaran satu jarum dengan yang lainnya. Menandakan waktu yang terus berlalu dan berputar. Tanpa terasa waktu pagi telah berganti siang dan siang sebentar lagi akan berganti dengan senja. Ruang yang luas itu cukup lengang, karena waktu istirahat makan siang belum usai. Meja para karyawan terlihat kosong dan sepi. Hingga hanya terdengar suara ketikan di keyboard komputer yang menjadi lagu pengiring kegiatan seorang wanita muda yang tengah sibuk menginput data. Wanita itu berkonsentrasi penuh. Karena jika sampai ia salah satu angka saja, maka semua pekerjaannya akan sia-sia. Wajah cantik itu terlihat kusut, mata yang biasanya berbinar terlihat sayu dan memerah. Kelihatannya, ia terlalu lama duduk di depan layar bercahaya itu. Atau ia terlalu lelah dan kurang tidur. Ah, entahlah. Gadis itu berasal dari keluarga yang cukup berada. Namun dengan segala kekeras kepalaannya, ia menolak untuk bekerja di perusahaan sang ayah. Ia berkeras hati ingin merasakan bagaimana rasanya bekerja di bawah kekuasaan seseorang. Bagaimana susahnya mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dan merasakan semua hasil jerih payah dari keringatnya sendiri. Larasati seorang wanita karir berusia 23 tahun. Masih single, lebih tepatnya dalam waktu dekat ia akan segera bertunangan dengan seorang pebisnis muda di kota itu. Andarya Graha Atmaja, lelaki tampan berusia 24 tahun. Keduanya memutuskan akan segera bertunangan setelah menjalin hubungan pacaran selama dua tahun. Jangan mengira hubungan pacaran antara Arya dan Laras seperti pasangan pada umumnya. Karena meskipun mereka satu kota, tapi jarang berjumpa. Kesibukan akan pekerjaanlah yang membuat hubungan mereka terasa sangat biasa. Namun di balik kecuekan Arya, tersimpan cinta yang begitu dalam untuk Laras. Dan Laras juga sangat menyayangi kekasihnya, Arya. Laras kini sibuk membereskan meja kerjanya yang penuh dengan dokumen penting yang bertaburan. Siang itu ia banyak pekerjaan, karena sudah akhir bulan. Pekerjaanya sebagai staf keuangan seperti biasanya akan menumpuk. Harus mengurus berbagai laporan keuangan perusahaan dalam bulan itu. Hingga makan siang terlewat begitu saja tanpa bisa sekedar menikmati secangkir teh hangat. Hari itu ia harus bekerja ekstra, karena ia ingin pulang lebih awal. Ia ingin menjenguk Arya, kekasihnya sedang sakit. Wanita itu sedari pagi kalang kabut agar bisa menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu. Karena dirinya terlalu mengkhawatirkan keadaan kekasihnya. Tak biasanya Arya yang workaholic jatuh sakit. Selama menjalin hubungan, Arya tak pernah sekali pun mengeluhkan sakit apa pun. "Ras, buru-buru amat. Mau ke mana?" tanya Risa sahabat dekat Laras sejak SMP karena melihat penampilan sahabatnya yang kusut dan terlihat sangat sibuk. "Mau ke apartemen Arya, Ris. Arya sakit. Semua sudah aku kerjakan. Nanti tolong Kamu izinkan aku pada Pak Tama ya?" ucap Laras sembari menyusun kertas dengan raut wajah yang sedih. "Arya sakit? Sakit apa Ras?" tanya Risa tak kalah terkejutnya. "Entahlah aku juga tidak tahu. Hanya saja ketika mendengar suaranya tadi pagi aku jadi mengkhawatirkannya." "Semoga lekas membaik ya Ras. Baiklah, aku akan mengizinkan pada Pak Tama. Walau aku yakin, ia akan sedikit banyak mengamuk. Karena ini busy day," ucap Risa meringis membayangkan emosi Tama, manajer keuangan. "Urusan Pak Tama, biar aku tanggung sendiri besok. Tugasmu hanya menyampaikan izinku. Terima kasih Risa yang paling baik." "Iya, iya. Sudah pergi sana. Hati-hati di jalan." *** Apartemen mewah yang berada di lantai tiga itu sepi dan gelap. Laras yang sudah tahu kode password untuk membuka pintu, langsung masuk tanpa mengucap salam. Wanita itu terlalu mengkhawatirkan keadaan kekasihnya. Tiba-tiba lampu menyala menggantikan kegelapan dengan cahaya yang terang benderang. "Tadaaa ... kejutan." Lelaki yang tadi pagi menelepon Laras dengan suara yang lemas kini berdiri di hadapan Laras dalam keadaan sehat walafiat. Di tangannya memegang sebuah kue tart coklat berhiaskan cream dan buah Strawberry kesukaan Laras. Senyum manis tercetak sempurna di wajah tampan lelaki itu, tak ada tanda-tanda jika lelaki itu tengah sakit. Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday My Laras. Happy birthday to you. Arya menyanyikan lagu ulang tahun untuk Laras di iringi tepukan tangan dari kedua orang tuanya. Sungguh Laras malu, hanya ulang tahunnya yang tak bermakna namun Arya harus melibatkan kedua calon mertuanya. Perasaan Laras bercampur aduk. Ingin marah karena dibohongi tetapi merasa terharu juga. Kekasihnya meluangkan waktunya yang sangat berharga di setiap detiknya untuk menyiapkan surprise di hari ulang tahun yang bahkan enggan untuk ia ingat. "Make a wish dulu, Sayang." Laras memejamkan mata dan membuat permohonan. Tak lama ia meniup lilin dan kedua orang tua Arya bertepuk tangan kecil. Sungguh Laras merasa beruntung memiliki calon mertua yang baik seperti mama dan papa Arya. Laras memotong kue dan menyuapkan potongan pertama pada Arya. Sungguh semua terasa begitu membahagiakan. Tiba-tiba Arya berlutut di hadapan Laras. Dia meraih sesuatu dari saku celananya. Dan membuka kotak yang ternyata berisi cincin berlian kecil nan manis. "Aku ingin kita segera bertunangan dan menikah, sayang. Maukah kamu menjadi milikku? Maukah kamu menerimaku yang penuh kekurangan ini?" ucap Arya dalam posisi yang masih berlutut. Laras sangat terharu, namun ia bingung dan juga ragu. Ia tak tahu harus menjawab apa. Sejujurnya ini terlalu cepat untuknya. Lebih tepatnya terlalu mengejutkan. Ia tak menyangka jika hubungan mereka bisa seserius ini. Laras menatap mata kedua orang paruh baya yang seakan menyiratkan harapan agar Laras menerima putra mereka. "Baiklah, Aku mau Ar," jawab Laras yang terlihat tak ingin mengecewakan kedua orang tua Arya. Walau dalam hati ia ragu tentang apa yang sebenarnya ia inginkan. Arya menyelipkan cincin di jari manis Laras dan memeluk wanita itu dengan bahagia. Tedi dan Sofia juga ikut berbahagia untuk putra mereka. Ting tong ting tong Bunyi bel berbunyi, membuyarkan momen kebersamaan Arya dan Laras. "Ah, sebentar. Ada kejutan untuk kalian." Arya bergegas membuka pintu untuk tamu yang baru saja datang. "Hello Dad, Mom." Suara lelaki yang terasa berbeda namun juga tidak asing menyapa telinga Laras. "Satya!" ucap Tedi dan Sofia sangat terkejut dengan kehadiran putra sulung mereka. Mereka lantas memeluk putra mereka yang hampir tujuh tahun tinggal di luar negeri. "Kapan kamu kembali? Mama dan Papa bahagia kamu sudah mau pulang." "Baru juga pesawat Satya mendarat. Dan Satya langsung menuruti permintaan adik kesayangan Satya ini." Sayta mengapit leher Arya di ketiaknya. "Apa sih Kak? Malu dilihat calon ipar Kakak." Satya baru menyadari kehadiran gadis cantik yang berdiri di belakang orang tuanya. Deg Sebuah desiran halus memenuhi hati Satya ketika melihat Laras. Perasaan tak semestinya datang. Membuat lelaki yang baru datang itu membatu dan tak berkedip.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD