PEMBUNUH

965 Words
"Pergi dari sini dan menikahlah!" ucap pria itu gusar. Wanita itu menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. "Katakan itu pada dirimu sendiri!" Pria itu meninju samsaknya dengan keras lalu mengarahkan tinjuanya pada wanita itu tapi terhenti depan wajahnya. "Ayo lakukan! kenapa berhenti?" tantang wanita itu. "Dengarlah Arjuna Danendra, lepaskan dia! Percuma, hanya membuang waktu saja, dia tidak tau kemana mantan majikanya pergi" ucap wanita itu menunjuk seorang pria yang terikat di kursi dengan wajah memar dan hidung keluar darah. Ya,, Arjuna Danendra, pria bertubuh atletis berkulit sawo matang, hidungnya yang mancung dan bertangan dingin dengan tato elang di punggung gambaran dirinya sesuai dengan filosofi elang mempunyai pandangan tajam yang fokus pada tujuan, setia, berkawan dengan badai tidak takut pada apapun, suka pada setiap hal yang menantang dan ada satu lagi tato di telapak tangan kanannya yang selalu dia genggam, sebuah nama. "Aku akan menemui Kezia sebelum pulang," ucap wanita itu berlalu pergi. Arjuna melepas sarung tinjunya, meraih handuk dan menyeka keringat yang mengucur di wajah dan tubuhnya. Sambil berjalan keluar dari ruangan pribadinya yang gelap yang hanya berisi kaca besar, samsak meja dengan dua kursi, serta kursi goyang yang selalu setia menemani Arjuna dalam kesepian, dia berfikir bagaimana cara menyingkirkan Reina, wanita itu sangat mengganggu hidupnya. Arjuna melihat jam besar yang berada di dinding tangga, waktu menunjukkan pukul 20:00. Dia ingin menyegarkan tubuhnya dulu sebelum tidur.   Arjuna menuju kolam renang berdiri di tepi kolam dengan mata tertutup lalu menceburkan tubuhnya ke dalam dan membenamkan tubuhnya di dasar kolam berharap bisa melihat cintanya yang selalu bisa membawa ketenangan di hatinya. Hatinya kosong jiwanya rapuh, jika tidak ada Kezia mungkin dia juga sudah tiada di dunia ini, alasanya tetap hidup adalah untuk menemukan pembunuh itu dan menjaga putri semata wayangnya yang baru berumur empat tahun, Kezia. Arjuna muncul ke permukaan air kemudian naik ke atas memakai haduk dan memanggil asistenya. "Lepaskan saja dia Pak Min, berikan dia uang antar dia ke klinik untuk mengobati luka-lukanya," "Baik, nak Juna!" Pria tua itu pergi meninggalkan Arjuna sendiri. Arjuna masuk ke dalam rumah, sebelum tidur dirinya lebih dulu menyempatkan melihat tuan putri kesayanganya, Arjuna membuka pintu kamar Kezia dan masuk di pandanginya wajah Kezia, terlihat gadis kecil tidur pulas dengan memeluk boneka Anna tokoh kartun Frozen, Arjuna melihat cintanya dalam lelap Kezia. Arjuna menghela nafas panjang lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Lihatlah! dia mirip sepertimu, tidurmu keceriaanmu tawamu ada apa dia," ucap Arjuna seakan berbicara pada seseorang. Arjuna mencium putri kesayanganya itu sebelum pergi ke kamarnya. Kalau bukan karena janjinya mungkin Arjuna sudah memakai barang haram itu untuk sedikit menenangkan hati dan pikiranya. Tekanan batin yang ia alami membuatnya menjadi manusia yang tidak berperasaan, baru saja dia menghajar habis-habisan seorang pria yang dia sekap di ruangan gelap pribadinya. Arjuna masuk ke dalam kamarnya melihat ke dinding sebuah bingkai besar foto pernikahan, dipandangi wajah manis istrinya dalam foto tersenyum simpul penuh kebahagiaan terlihat juga kedua lesung pipit yang membuatnya jatuh hati dulu dan sekarang dia hanya bisa menikmati lesung pipit istrinya dalam foto dan dalam mata terpejam saja. Diraihnya bingkai itu lalu mengusap lembut gambar wajah istrinya, kerinduan yang tak kan pernah bisa terobati. Mengoyak batin dan jiwanya. "Kenapa kamu pergi? aku dan Kezia sangat membutuhkanmu, bukankah kita pernah berjanji hidup bersama untuk saling melengkapi?" gumamnya dengan lirih. "Besok adalah hari ulang tahunmu, kau sangat menyukai bunga kan? Baiklah besok aku akan menemuimu dengan membawa bunga mawar merah kesukaanmu," Arjuna mengambil ponselnya di atas ranjang, mendial nomer asistenya. "Bagaimana pria itu Pak Min sudah di obati?" "Sudah nak Juna" "Setelah dari klinik antarkan dia pulang ke rumahnya dan jangan lupa uang di amplop itu berikan padanya," "Baik nak!" "Oh yaa telfon relasi yang besok ingin bertemu denganku, batalkan! aku besok pergi menemui istriku," "Baik, nak Juna!" Arjuna menutup panggilan. Arjuna merebahkan badan di atas ranjang, mencoba memejamkan mata.   **********   Arjuna menyantap sarapanya, matanya mengitari ruang makan, tidak terlihat Bi Yati dan Pak Min, setiap pagi Arjuna mengajak mereka sarapan di meja yang sama. Arjuna tidak pernah membedakan status mereka di rumah sebagai asisten rumah tangganya, dan yang mengajarinya tentang semua itu adalah istrinya. "Papa....." panggil gadis kecil itu ceria sambil menuruni anak tangga di temani Bi Yati. Arjuna menghentikan sarapanya, lalu menyambut kedatangan gadis kecil yang sudah berdandan dan berpakaian rapi sambil merentangkan tangan. "Selamat pagi Tuan Putri," Kezia menghentikan langkah kaki dan melipat tanganya dengan wajah kesal. Arjuna tidak mengerti dengan sikap anak gadisnya yang mengikuti gaya ibunya, Arjuna mendekati Kezia dan berlutut di depan gadis kecil itu. "Ada apa Tuan Putri? kenapa mukanya cemberut?" tanya Arjuna sambil mencubit pipi Kezia yang cubby dan merapikan poninya. "Papa tidak punya baju kering?" Arjuna melihat badanya tidak mengerti mengapa anak gadisnya bertanya seperti itu, lalu mengangkat kedua alisnya pada Kezia. Tapi Kezia malah menepuk keningnya. "Baju Papa kemana? kenapa papa tidak memakai baju? Papa ingat kan hari ini Papa janji mau bawa Kezia ketemu sama Mama?" cecar gadis kecil itu. "Semua teman Kezia punya Mama tapi Kezia hanya punya Papa, pokoknya hari ini Kezia mau ketemu Mama dan mengajaknya pulang tinggal di rumah ini dengan Papa dan Kezia," Arjuna tersenyum mendengar celotehan anak gadisnya. "Baiklah Tuan Putri! hari ini kita akan pergi bertemu mama, Tuan Putri sarapan sama Bi yati dulu Papa mau ganti baju ke atas," "Awass yaa Paa jangan lama-lama!" Arjuna menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pada gadis kecil itu. Arjuna mengorek isi lemari mencari baju kesukaan istrinya, Arjuna mengambil kaos putih dengan gambar besar huruf kapital A bagian depan kaos yang masih tergantung di dalam lemari, dengan celana jeans biru muda. Arjuna keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang dia pilih tadi, berjalan menuju cermin untuk merapikan rambutnya dan memakai parfum favorit istrinya. Arjuna melupakan sesuatu dia belum memakai blazer dan kaca mata hitam, wajib bagi Arjuna karena itulah style yang di sangat di sukai istrinya, dia ingin terlihaymt berkesan di hadapan istrinya nanti. Arjuna turun ke bawah. "Bi, di mana Kezia?" "Non Kezia sudah menunggu di mobil sama Pak Min, Nak Juna!" Arjuna keluar menuju garasi. "Pak Min di rumah saja bantu Bi Yati, saya pergi sama Kezia saja. "Baik Nak!" Pak Min pun turun dari mobil, Arjuna dan Kezia berangkat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD