Bab 1

1124 Words
Sabila, seorang gadis dewasa yang bekerja part time di sebuah klub kini sedang dalam perjalannya menuju klub. Gadis sederhana yang baru saja lulus kuliah itu belum mendapatkan panggilan dari beberapa lamaran yang dia ajukan. Mau tidak mau, dia mengambil beberapa part time untuk memenuhi kebutuhannya di kota besar ini. Hidup sendiri di kota besar ini harus membuatnya bekerja keras. Tidak ingin mengadu pada siapapun karena dia memang anak yang mandiri. Lagipula, tidak ada tempat baginya untuk mengadu. Kedua orang tuanya bercerai ketika dia masih berusia delapan tahun. Setelahnya ia diasuh oleh neneknya di kota ini karena kedua orang tuanya sama sekali tidak memperhatikannya. Keduanya saling menuduh. Namun, neneknya yang hanya membuka warung kecil-kecilan di rumahnya itu meninggal saat dia masih ada di bangku kuliah, masih tahun pertama. Sejak itu, dia hidup sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Biaya kuliah dia dapatkan dari beasiswa. "Bila, jangan melamun terus! Itu pelanggannya sudah banyak," sentak Mona, teman sesama pelayan di klub itu. Bila tersadar dari lamunannya dan segera bersiap. Jam kerjanya sudah mulai. Bertemu dengan orang-orang yang berutung setiap hari, berharap suatu hari keberuntungan akan berpihak padanya juga. Datang menghampirinya sekali saja. Atau mungkin menular dari mereka-mereka yang bernasib lebih baik. Sedikit saja. Meski bekerja menjadi pelayan di klub malam, tak lantas membuat Bila seperti pelayan yang ada di dalam bayangan banyak orang. Bila tetap menjadi dirinya, meskipun mendapatkan tatapan tidak enak dari orang lain. Malam semakin larut, Bila juga Mona masih sibuk dengan pekerjaannya. Apalagi semakin malam seperti ini, semakin ada saja orang yang mabuk dan berbuat aneh. Butuh kewaspadaan menghadapinya. Tapi dari sini malah Bila belajar bagaimana menghadapi banyak orang dengan perangai yang berbeda-beda. Dari sekian banyak orang yang dia temui setiap hari. Belum lagi saat siang hingga sore hari, dia bekerja di cafe lain menjadi pelayan juga. Oh, kadang-kadang dia menjadi tempat penitipan anak oleh tetangganya saat dia tidak bekerja. Pagi hingga siang hari. Panggilan dari satu meja membuat Bila bergerak melayaninya. Sedikit gentar di hatinya tapi mencoba kuat, mengenyahkan kenangan buruk di masa lalu. Karena terlihat jelas di meja itu ada beberapa orang yang sudah dikuasai alkohol. Tatapan Bila bertemu dengan seorang pria tampan, sangat tampan. Pria itu masih sepenuhnya sadar. Mata hazelnya menatap Bila dengan tajam. Oh tidak, jangan bilang pria itu akan berbuat macam-macam padanya. Bila sudah menyiapkan jurus terbaiknya untuk mengatasinya. "Karyawan baru di sini?" tanya pria itu pelan. Bila menatapnya tak percaya tapi mengangguk juga pada akhirnya, dengan senyuman yang tak boleh dilupakan oleh setiap pelayan klub itu. Bila masih sadar untuk melakukannya. Dia tersenyum bukan untuk pria itu saja, tetapi pada setiap pelanggan yang dia temui. Tapi tatapan pria di hadapannya ini membuatnya gemetar. Sangat gemetar. Jantungnya berpacu sangat cepat. Apa yang salah dengannya? Riwayat kesehatannya tidak menyatakan kalau dia mengidap serangan jantung. Lalu apa ini? Pria yang masih menatap Bila itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Selembar kertas kecil diserahkannya pada Bila. "Kamu bisa menghubungiku jika kamu butuh bantuan," jelas pria itu menjawab kebingungan di wajah Bila. Tentu saja bingung. Kenapa pria itu bersikap aneh padanya. Ini kali pertama Bila melihat itu, dan pertama juga mendapatkan pelanggan yang seperti itu. Biasanya yang dia temui hanyalah pria yang ingin langsung mengajak bersenang-senang, tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Dilihatnya kertas kecil itu. Jacqueline Benedict. Tatapannya kembali pada pria itu. Nama yang cocok untuk orangnya. Bila yakin pria itu keturunan asing. Tapi nama itu mengingatkannya pada sebuah cerita yang dulu sering dibacanya, dan pernah juga ditontonnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Cinderella. Dia punya tikus yang salah satunya bernama Jacqueline. Sama dengan nama pria di hadapannya. Bila menahan tawanya. Menurutnya, sosok tampan di hadapannya tidak mengetahuinya. Sepertinya tidak banyak laki-laki yang menyukai cerita itu. Apa jadinya kalau pria ini tau nama itu, batinnya. "Maaf, saya tidak mengerti," jawab Bila tak mempedulikan pikirannya sebelumnya. Walaupun demikian, Bila juga mengetahui kalau nama itu juga mempunyai arti yang bagus, dia pernah tidak sengaja membacanya di internet. "Mungkin kamu butuh pekerjaan yang lebih nyaman dari ini." Bila menatap tak percaya. Dia juga pria itu tak menghiraukan keberadaan pria lain yang satu meja dengan lawan bicaranya itu. Ada kemungkinan mereka sudah di bawah pengaruh alkohol juga. "Permisi," kata Bila kemudian menundukkan kepalanya pamit. "Aku tunggu," seru pria itu saat Bila meninggalkan mereka. Sepertinya ada yang salah juga dengan Jac. Kenapa dia merasa sangat ingin membantu Bila? Ini bahkan baru pertama kali dia melihatnya. Dan nama itu dia tau saat membaca nama yang tertulis di seragam kerja Bila. Batinnya tertawa geli. Lucu sekali. Apa yang membuat gadis polos itu menarik perhatiannya? Padahal ada banyak sekali gadis yang sering ia temui. Bahkan mungkin gadis yang lebih seksi, lebih wow. Tapi malah gadis polos itu yang berhasil menarik perhatiannya. Bila kembali teringat dengan kartu nama itu setibanya di rumah. Pria itu pasti seorang yang sukses, batinnya. Tadi dia hanya melihat namanya saja. Tapi nama keluarga itu terdengar sangat familiar baginya. Mungkinkah itu pengusaha muda yang sering menjadi bahan pembicaraan orang? Mata Bila melotot tak percaya. Diejanya berkali-kali tulisan yang ada pada kertas kecil itu. Tulisan itu masih sama. CEO Benedict's Group. Bila mengucek matanya, memastikan kalau matanya masih baik-baik saja. Benarkah itu dia? Pengusaha muda yang sukses membangun kembali perusahaan kakeknya yang hampir kolaps saat ayahnya sama sekali tidak tertarik dengan dunia bisnis itu. Bahkan di usianya yang masih sangat muda, dia sudah membangkitkannya kembali dan membuatnya semakin berkembang. Perusahaan itu telah menjadi perusahaan paling besar di negeri ini saat berada dalam kuasanya. Bahkan paling dicari pebisnis untuk menjalin kerja sama. Mungkin sudah diakui juga di dunia. Oh, ini seperti mimpi. Bagaimana Bila bisa bertemu secara langsung dengan orang penting seperti itu? Bertemu di klub yang menjadi tempat bekerja Bila. Tapi mungkin saja, karena pria itu juga terkenal hobi dengan hal-hal seperti itu. Bahkan banyak rumor mengatakan kalau pria itu playboy cap kadal karena pesonanya yang kuat bisa menjerat siapa saja. Belum lagi karena kekayaannya di usia muda membuat banyak wanita mengincarnya dan tergila-gila padanya. Bahkan dengan sukarela menemuinya. Terbukti, semalam dia diapit oleh dua gadis seksi yang mengenakan pakaian kurang bahan. Pria itu sangat berbeda dengan ayahnya yang adalah seorang dosen dan guru besar di salah satu universitas terkenal di ibukota. Kebebasan memilih jalan hidup yang diberikan oleh sang ayah dia manfaatkan membuat keputusan seperti ini. Awalnya sangat ayah menentang habis gaya hidupnya, tapi pada akhirnya menyerah juga karena kesuksesannya mengembalikan perusahaan. Bila menghela nafasnya. Tidak mungkin dia masuk dalam hitungan pria itu jika wanita di sekitarnya jauh berada di atas Bila. Apa lebihnya seorang Bila dibandingkan wanita-wanita itu. Sepertinya tidak ada sama sekali. Bila membaringkan badannya yang cukup lelah hari ini. Sejak pagi dua sudah melakukan banyak hal dan menguras semua tenaganya. Dan ini sudah dini hari. Hari sudah berganti bahkan saat dia masih melakukan pekerjaannya. Dia tiba di rumah sekitar jam dua pagi, dan tubuhnya sangat butuh istirahat. Dia akan memikirkannya lagi jika memang dirinya bisa bekerja di perusahaan besar itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD