1

1200 Words
Seorang gadis mungil berambut panjang, berlari tergesa-gesa menuju gerbang sekolah yang kini tengah ditutup oleh satpam. Nasib hari pertama menjadi murid SMA tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Padahal ia bangun sejak subuh, dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk MOS. Namun, ketika di jalan motor yang dikendarai Bapak, mendadak kempes sehingga membuat ia berangkat menggunakan angkot yang sudah pasti akan terjebak macet mengingat kini sudah memasuki jam padat di jalanan. “Pak, Buka atuh pan saya cuma telat beberapa detik!”Rengek Raina begitu sampai di depan gerbang sekolah yang telah terkunci. Satpam bertubuh tambun itu menggeleng sambil duduk di pos satpam. “Mau telat sedetik atau selangkah tetap aja Dek namanya telat. Bapak enggakkkkk berani buka, nanti ditegor pihak sekolah. Tunggu beberapa menit lagi entar bisa masuk.”Jelasnya. Sambil menghentakkan kaki Raina duduk di pinggir jalan bersama siswa lainnya yang bernasib sama dengannya. Ia menyeka keringat menggunakan lengannya sambil menatap sekeliling siapa tahu ada yang menjual minuman. lumayan jalan dari terminal membuatnya dehidrasi. 10 menit kemudian seorang laki-laki dan perempuan menggunakan jas almamater membuka pintu gerbang dan menatap murid baru yang telat. “Semua siswa siswi yang telat silahkan ikut saya!”Ucap lantang senior laki-laki berambut cepak. Raina dan siswa yang telat digiring ke belakang halaman sekolah, di mana panitia yang lain sudah menunggu. raut wajah mereka tidak ramah, membuat Raina dan siswa yang lainnya semakin tegang. Raina kembali menatap sekelilingnya dan menggeram kesal mengetahui ia satu-satunya wanita yang datang telat. “Berbaris rapi semua! Kalian ini baru masuk hari pertama sudah telat?! Silahkan sebutkan alasan kalian pada kami, kenapa kalian telat?”Tanya senior perempuan bernama Teri. Raina berdebar melihat satu-satu teman senasibnya mulai ditanya dan disuruh melakukan sit up sebanyak 30 kali. Sambil menunggu giliran, Raina mencoba berpikir apa alasan yang sekiranya bisa membuat dirinya lolos dari hukuman. menjawab ban motor bocor pasti alasan yang klise. “Kamu anak kecil!”tanya senior bernama Hasan yang kini sudah berada di hadapannya. “Kenapa kamu telat? Raina meneguk ludah, mencoba tidak gugup. “Sa-saya tadi sakit perut Kak, jadi pas udah mau berangkat balik lagi ke rumah.”Jawabnya spontan. “Kenapa bisa sakit perut?" Raina mengerutkan alis, lah kenapa ya? “Karena makan pedas Kak," “Suruh siapa makan pedas?" “I-ibu saya,”Cicitnya menunduk. “Udah tahu hari pertama Mos, masih berani makan pedes. Kamu sengaja ya? Biar ada alasan sakit atau apalah!" Raina menahan maki di dalam hati. Astagfirullah! Pengen lempar cabe ke muka si akang ini boleh enggakkkkk? Datar amat sih! “Ya enggakkkkk atuh kang." Hasan menatapku lama hingga akhirnya ia membisikkan sesuatu pada panitia perempuan. Hah ada apaan lagi ini? Pikir Raina berteriak di dalam hati. Panitia perempuan yang bernama Teti itu mendekati Raina. “Kamu ikut saya! Khusus kamu saya kasih hukuman spesial ya. Kamu suka nyanyi enggakkkkk?" Beberapa detik aku menatap barisan peserta MOS yang kini fokus menatap Raina, membuat Raina merasa risih karena menjadi pusat perhatian. “Hey, kamu suka nyanyi enggakkkkk?”Tanya Senior Teti sambil menepuk pundak Raina. Raina menatap senior sambil menggakkkkkruk rambutnya yang diikat berantakan. “Su-suka Kak." “Oh bagus atuh. Yaudah kamu nyanyi ya. Ada yang punya ide ade ini nyanyi apa ya?”Tanya Kak Teti melirik teman-temannya dengan seringai jahil. “Kabogoh jauh!”Celetuk salah satu panitia laki-laki sekilas mirip bedu. Mampus! Raina menggigit bibirnya gugup dan kembali memandang barisan peserta MOS di depannya. Matanya tertarik menatap laki-laki tertampan berseragam putih biru sepertinya yang kini menatapnya datar. Ia berdiri di barisan paling depan tengah, karena tubuh tingginya yang mencolok mudah bagi Raina ataupun siswi lain memperhatikannya. “Setuju ya kalau kamu nyanyi kabogoh jauh oke? Harus mau soalnya kan kamu datangnya telat pas hari pertama ospek. Kalau enggakkkkk mau bisa kok gantinya lari 20 keliling, gimana?" Raina mengerucutkan bibir, berpikir. Ia bukan tipe orang yang menyukai olahraga, jadi sudah dipastikan kegiatan tersebut di skip, lebih baik menyanyi mana durasinya bentar, malunya juga bentar. “Nyanyi aja Kak,”Ucap Raina lantang. Semua bersorak ketika Raina mengambil mic. Menghela napas, Raina pun bernyanyi dengan PD nya diiringi jogetan para senior dan beberapa angkatan yang ikut bergoyang. Boga kabogo jauh Mentas laut leuweung gunung Tapi apel teu bingung Cukup hallo na telepon Kuring di pulau jawa Manehna pulau sumatera Lamun malam mingguan Mojok via SMS-an Jelema palinter Dunya beuki maju Najan urang pajauh Bisa ngobrol unggal waktu Tiap SMS-an atawa nelepon Teu jadi pikiran Kajeun pulsa kabobolan Nu penting mah bisa ngobrol jeung manehna Boga kabogo jauh Meuntas laut leuweung gunung Tapi apel teu bingung Cukup hallo na telepon..... (Kabogoh jauh - Darso) Ketika semua orang sibuk memperhatikan Raina yang heboh menyanyi tanpa tidak tau malunya bergoyang. Mata Raina melirik laki-laki tampan itu yang kini memperhatikan ke arah depan tanpa ekspresi. ... Satria, laki-laki bertubuh tinggi dan berparas indah untuk hari pertama langsung menyedot perhatian semua siswa baik siswa baru maupun senior. Bagaimana tidak wajahnya yang begitu tampan dilengkapi kulit putih yang mulus, mata yang tajam dan bibir merah menggoda membuat siswi berfantasi dengan imajinasi merekan. Satria hanya sekilas menatap sekelilingnya dan kembali berpusat pada apa yang disampaikan senior mengenai penyuluhan sekolah. “Ha!”Tepuk seseorang pada pundak Satria. Satria menatap sekilas wanita yang menepuknya. Ia ingat jika gadis itu bernama Putri, perwakilan perempuan dari kelasnya. “Lo tenar banget, hari pertama udah bikin gempar sekolah,”Ucap Putri dengan tawa kecil. Entah kenapa suara tawanya begitu enak di dengar bagi Satria. “Maksudnya?" “Lo di hari pertama banyak banget yang nge fans. Yah intinya banyak anak kelas yang nyuruh gue buat minta nomor hp lo." Satria melirik gerombolan wanita yang menatapnya di belakang Putri. “Gue enggakkkkk punya HP." Putri tersenyum lebar, Satria sempat terpukau dengan senyum itu. Harus ia akui jika Putri memiliki paras yang sangat cantik. “Beneran enggakkkkk punya HP atau emang itu cara lo buat nolak?" Satria tidak menjawab dan hanya tersenyum kecil. Putri mengulurkan tangannya. “Gue Putri," Satria membalas uluran tangan Putri. “Satria," Satria menatap Putri dan tersenyum kecil. Mungkin kehadiran Putri setidaknya tidak akan membuat dirinya merasa kebosanan. Di ujung lapangan, Raina dan sahabatnya Utin diam-diam melihat pemandangan laki-laki dan perempuan yang memiliki paras diatas rata-rata saling berjabat tangan. “Wihh si cantik sama si ganteng angkatan kita lagi kenalan. Curiga cinlok euy!”Ucap Utin sambil mengipasi dirinya menggunakan buku. Raina mengangguk sambil meminum teh kemasan. “Pastilah. Gila yang cowo namanya siapa sih? Kok ganteng pisan ya! Ketua Osis aja kebanting abis." “Yang cowo namanya Satria, yang cewe Putri. Eh mereka sekelas tau!" “Wahh namanya aja cucok chyn, jodohlah eta pasti! Mau dong sekelas sama mereka, kalau gue ngantuk tinggal ngicep Satria langsung seger." Utin tertawa. “Sayang euy, kelas mereka kan unggulan, Na. Apalah kita yang cuma punya otak pas-pasan." “Lo aja kali yang otaknya pas-pasan," “Heh jangan sombong lo, seenggakkkkknya gue dari dulu masuk rangking 15 besar, daripada lo paling bontot." Raina menyenggol bahu Utin. “Ngomongnya kecilan bisa ga? Malu kalau ada yang denger. Bisi ada yang ngeceng gue pas denger suara toa lo mendadak ilfil, gue yang repot lagi!" Utin mencibir. “Gaya lo Na, mana ada laki yang naksir b***k leutik kayak lo." “Diem ih UTIN!"                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD