Prolog

200 Words
            Anna teman karib ku yang kini bekerja sebagai guru bahasa Indonesia di negara tetangga –Singapura- mengundang ku untuk berlibur. Dia berjanji aku akan hanya mengeluarkan uang untuk tiket pesawat dan beli oleh-oleh. Selebihnya akan menjadi tanggung jawabnya karena aku akan tinggal dirumahnya Mumet dengan skripsi yang tidak kunjung selesai, membuatku akhirnya menerima dengan senang hati ajakan Anna. Setelah mendapatkan izin dari kedua orang tua, dan meyakinkan mereka bahwa aku akan baik-baik saja selama di Singapura, akhirnya aku bisa menginjakkan kaki di negara singa ini. Berjalan-jalan di Orchard road adalah hal wajib dilakukan jika berkunjung ke Singapura. Hanya saja aku tidak pernah menyangka bahwa hari pertamaku berlibur di Singapura, seseorang dengan berani langsung melamarku di depan mall Paragon, di malam minggu, dimana malam itu orchard road dipenuhi oleh wisatawan dan warga Singapura. Aku tidak tahu harus ku anggap apa liburan ku kali ini. keberuntungan, kah? Atau kesialan? Mungkinkah dia salah orang? tentu saja mengingat aku tidak mengenal laki-laki yang sedang berlutut dihadapanku. Dia bahkan tidak berdiri walaupun aku sudah memintanya untuk berdiri. Aku malu, demi Tuhan. Semua orang memperhatikan kami. Ada yang menatap iri, ada juga yang menatap risih. Aku? sudah jelas risih. Ingin segera kabur dari sini secepatnya . 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD