01. Kejadian tak terduga

1552 Words
Jarum jam terus saja bergerak dan itu membuat gadis yang sedang menatapnya itu semakin kesal karena sebuah keterlambatan dari orang yang ia tunggu. Ia berdiri begitu tepat satu jam ia menunggu sejak landing tadi. Kalau tahu begini, ia akan memilih naik taksi saja, bukan menunggu jemputan segala, padahal yang ditunggu tidak pasti. Apalah daya, ia memiliki seorang abang yang sangat menyebalkan dengan sifat sok perhatiannya yang kekeuh mengatakan ingin menjemputnya di Bandara. Gadis itu sudah mengatakan bahwa ia bisa menaiki taksi untuk tiba di rumah, tidak perlu jemputan segala, tapi abangnya mengatakan bahwa itu bentuk penyambutan setelah lama ia merantau ke negeri orang. Akhirnya ia mengalah dan memilih menunggu abangnya datang untuk menjemputnya. Jam karet. Bukan mengherankan lagi kalau abangnya itu selalu saja ngaret setiap kali berurusan dengan waktu dan gadis itu. Ia tidak bisa menolerir keterlambatan, tapi mau tak mau, ia selalu terjebak dalam kekesalan karena keterlambatan yang diciptakan abangnya. “Udah nunggu lama?” Gadis itu tersenyum tak percaya dengan pertanyaan itu, tapi setelanya ia mendengkus kesal dan melotot kepada abangnya yang langsung menarik koper dan tangannya. “Kalau ngaret, mendingan gue pulang sendiri. Seharusnya gue udah di rumah, mandi dan tiduran.” Desisnya kesal. “Maaf, abang terlambat. Tadi lagi siap-siap mau acara kecil-kecilan sama teman.” “Buruan deh, mau tidur nih, abang Hugo yang tersayang.” Ujar gadis itu dengan judesnya. Abangnya mengacak rambutnya dan terkekeh geli sendiri. “Iya, Radita adeknya abang yang paling cantik.” Balas pria itu. 21.35 WIB "Bang, gue langsung istirahat aja ya. Badan gue cape banget, duduk di pesawat berjam-jam bikin pegel bokong." ujar Radita Galan. Gadis berusia 23 tahun itu merupakan adik dari Hugo Galan. Usia mereka terpaut 8 tahun dan mereka adalah saudara beda ibu satu ayah. Hubungan keduanya tidak mencerminkan hubungan saudara beda ibu, tapi lebih seperti saudara kandung. Hugo juga tidak malu-malu menunjukkan kasih sayangnya pada Radita. "Yaudah, gue mungkin nanti pulangnya malem banget. Jangan lupa kunci rumah." pesan Hugo. "Iya. Gue masuk kalau gitu. Lo jangan kebanyakan minum. Gue mungkin nggak bangun pas lo balik digotong temen lo yang bakal gedor-gedor pintu," sarannya sambil bergidik, “Gue ngeri bukain pintu tengah malam.” Sambungnya menjelaskan alasan. "Iya bawel. Udah sana." titah Hugo. "Eh tapi bener kan ini adeknya kak Je nggak di rumah?" tanyanya sekali lagi sambil membahas adik dari kekasih Hugo. Hugo memiliki kekasih hati bernama Elisa Jeana dan karena cukup dipercaya, Elisa menitipkan adiknya—Felix Bastanta—pada Hugo untuk tinggal bersama di rumah Hugo. Hugo memang tinggal terpisah dengan orang tuanya karena menurutnya itu cara untuk mendewasakannya. Felix sebenarnya sudah dewasa, tapi Elisa terlalu tak percaya kalau adiknya itu dibiarkan tanpa pengawasan. Karena Radita yang pulang malam ini, jadi ia sedikit khawatir jika ternyata ada pria dewasa yang tinggal serumah dengannya jika abangnya itu pergi untuk nongkrong. Ia merasa tidak nyaman jika saja ada pria dewasa di rumah dan membuatnya tidak leluasa dalam bergerak ke sana ke mari. "Bener, orang dia bilang mungkin baliknya besok. Sana gih masuk." Sekali lagi Hugo mengusir adiknya agar cepat masuk. *** 23.04 WIB "Ini di rumah beneran nggak ada calon abang ipar lo?" tanya Joster ketiga kalinya untuk memastikan bahwa calon abang ipar dari Felix Bastanta tidak di rumah. Rasanya agak sungkan jika mereka terlalu sering berkunjung ke rumah Hugo, apalagi Hugo juga mengetahui tabiat buruk mereka setiap kali berkunjung malah minum sampai tengah malam. "Enggak, setan. Lo dibilangin, ngeyel ya. Tadi sekitar jam sepuluan pas gue chat katanya di hotel, ada acara tunangan temennya gitu, jadi kemungkinan balik maleman atau besok." jawab Felix dengan kesal. Setelah mereka memarkirkan mobil di depan rumah, mereka keluar dan Felix membuka pintu dengan kunci miliknya. Karena tinggal berdua dengan Hugo, tentu saja ia memiliki kunci sendiri dan Hugo juga memiliki kuncinya sendiri agar mereka tidak saling merepotkan jika membutuhkan akses masuk. "Lo bawa aja ke kamar gue duluan, gue mau ambil beberapa cemilan dulu." Titah Felix. Sekembalinya Felix dari dapur, ia sudah melihat teman-temannya dengan posisi masing-masing sambil menghidupkan televisi. Ia menaruh gelas dan beberapa cemilan ke tengah mereka lalu ikut duduk. Esra kemudian menuangkan alkohol yang mereka bawa ke gelas masing-masing yang langsung diambil dengan semangat oleh mereka. Bukan hal biasa lagi kalau mereka minum bersama, meskipun tidak terlalu sering. Jarang-jarang juga mereka bisa menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama di tengah kesibukan masing-masing. Pekerjaan terkadang menuntut lebih banyak waktu dan menyita kebersamaan mereka sebagai teman dekat. "Buset, liat adegan begitu gue jadi nyesel kemari. Kalo di club nih, gue udah main di hotel sekarang." desis Topan setelah menyaksikan adegan tak senonoh yang ditunjukkan di layar televise Felix. Setelah meneguk isi gelasnya, Joster menyahut "Gue justru keinget Reni. Dadanya yang ngalahin besar gunung di Indonesia, bokongnya yang nggak kalah besarnya, aduhhh parah." Esra mengangguk setuju sambil menunjuk-nunjuk Joster "Gila. Gue kemaren liat Reni lagi jalan sama cowok dan woah badannya makin-makin aja." timpalnya tak ingin ketinggalan. "Puas banget tuh cowoknya kalo main." desis Topan. "Ah gila kepala gue udah pusing banget" ujar Felix membuat teman-temannya memandang jengah padanya. Ya, diantara mereka berempat, Felix adalah yang paling lemah dalam hal minuman beralkohol, meski kadarnya rendah. Meski begitu, Felix sering kali keras kepala saat mereka menyarankan untuk tidak ikutan minum. Mau bagaimanapun, saran seperti itu justru merusak harga diri Felix hingga ia semakin keras kepala. "Nih minum lagi, baru juga berapa gelas lo minum. Hitung-hitung biar lo terbiasa." ujar Topan malah semakin menyemangati Felix untuk minum lebih banyak. Meski Topan sendiri kurang mentolerir alkohol dalam jumlah banyak, tetapi setidaknya ia masih bisa mengontrol diri dan lebih kuat dari Felix. "Gue kalo minum banyak bisa ngelakuin yang b**o-b**o nih." desis Felix mengingatkan teman-temannya dengan kepala sempoyongan yang beberapa kali ia geleng-gelengkan untuk menyadarkan diri. "Eleh lagian di sini nggak ada cewek. Nggak ada pelampiasan." desis Topan mengingat yang tinggal di rumah itu hanyalah Hugo dan Felix saja. "Gue membayangkan kakak lo, Pan." kekeh Felix dengan senyum mesumnya dan itu membuat Topan tak tinggal diam. Topan memukul kepala Felix dengan tangannya "Sadar lo, sialan. Kakak gue udah nikah." makinya. "Ya abis kakak lo cantik sih." Puji Felix malah semakin menjadi. "Sialan lo, cari cewek sana. Gara-gara jomlo omongan lo ngelantur." desis Topan "Aelah, gue punya cewek nggak punya cewek juga sama aja." "Sama aja kepala lo b**o. Waktu ada Pinta, lo nggak segininya." Joster menggelengkan kepalanya tak terima dengan pernyataan Felix dan segera mengingatkan pria itu tentang mantan kekasihnya yang baru putus. Joster, Topan dan Esra jelas tahu bagaimana kelakuan Felix saat bersama Pinta dan setelah berpisah seperti sekarang. "Itu udah lama banget, lo masih inget Pinta aja." ejek Felix dengan senyum remeh. "Diem deh lu pada, kala mau nonton yaudah nonton aja." kesal Esra karena lebih tertarik ke film di televisi yang menunjukkan adegan panas. "Ah sial, gue bener-bener nggak tahan cuma nonton aja" desis Topan kesal sendiri sambil melonggarkan celananya. "Sana lu ke kamar mandi" usir Joster karena risih dengan desisan Topan hingga akhirnya Topan berlalu ke kamar mandi. "Sialan tuh anak, otaknya bokep aja." heran Esra. "Gila, itu padahal badan ceweknya biasa aja, malah kayak rata aja gitu, tapi kok cowoknya nafsu banget ya." komentar Felix di sisa kesadarannya. "Yaelah, namanya juga cowok. Asal bisa aja, yaudah dia pake." jawab Joster "Kayak lo udah pernah aja" sindir Esra dengan wajah mengejek. "Gue emang nggak pernah, tapi itu pandangan gue sebagai laki-laki." jelas Joster dengan pola pikirnya. Ia memang bukan pemain seperti Topan, tapi ia jelas tahu karena ia adalah laki-laki. Dalam hidupnya, Joster sudah menanamkan prinsip untuk menjaga diri dari pergaulan bebas. Sebagai pria, ia ingin wanita yang masih menjaga kehormatannya, itu sebabnya, ia juga menjaga diri agar tidak menyentuh wanita yang bukan istrinya. *** 01.50 Felix menggelengkan kepalanya karena semakin pusing dan memutuskan ke dapur untuk meminum air putih. Kebetulan air putih yang tadi dibawanya ke kamar sudah habis dan ia butuh itu untuk menyegarkan tenggorokannya. Begitu di dapur ia mendesis "Ssh sial, kenapa gue sempet-sempetnya bayangin cewek di dapur jam segini." Ia memukul kepalanya dan berbicara pada dirinya sendiri. Semakin dekat, Felix justru semakin tergoda oleh harum tubuh yang berasal dari Radita yang saat itu baru saja minum karena kerongkongannya terasa kering dan perutnya terasa lapar. Belum lagi pakaian tidur Radita yang sangat tipis dan di baliknya ia tak memakai bra karena itu kebiasaannya saat tidur. Felix secara perlahan mendekat dan memeluk Radita bahkan mencium leher wanita itu secara tiba-tiba, membuat Radita secara refleks memberontak dan berteriak terkejut. Radita bahkan sampai menyikut perut Felix, namun Felix tampaknya lebih siaga dan kekuatan pria itu jauh di atas Radita. "AAH TOLONG....SIALAN...LEPASIN GUE..TOLO----" Felix dengan paksa membalik tubuh Radita dan menarik tengkuk wanita itu dengan kasar , lalu mencium wanita itu sambil menghimpit tubuhnya ke dinding supaya gerakan wanita itu semakin terbatas. Nafsu Felix semakin meningkat seiring dengan penolakan Radita yang tak menjadi hambatan apa-apa untuknya. Radita terus memberontak dengan air mata yang sudah berurai membasahi pipinya namun gerakannya sangat lemah untuk mengimbangi kekuatan Felix yang begitu dilanda nafsu. Radita berdoa dalam hati supaya seseorang menolongnya. Ia berharap kakaknya segera pulang dan bisa membantunya keluar dari keadaan itu. Ia sangat berharap dan ternyata harapannya itu sia-sia. Tidak ada seorangpun yang datang untuk menolongnya. {NB: Kalau menemukan kata yang typo seperti brengsekk atau sialann (kelebihan huruf dalam sebuah kata), itu memang disengaja ya demi menghindari kemungkinan disensor oleh pihak dreame}
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD