Prolog

1388 Words
# Damian menyesap kopinya dengan penuh ketenangan, seakan pertemuan kali ini juga tidak ada bedanya dengan puluhan pertemuan bisnis yang pernah ia ikuti. Meskipun pada kenyataannya ini adalah pertemuan yang membahas tentang masa depannya. Atau lebih tepatnya tentang pernikahannya dengan wanita yang akan mendampinginya untuk menjalani hidup sebagai suami istri. Ini sama sekali tidak terlihat seperti itu dimata Damian. Pada akhirnya pernikahan inipun terjadi atas dasar kesepakatan bisnis kedua keluarga besar, dalam rangka menyatukan kekuatan untuk bisa menjadi selangkah lebih maju dibanding saingan bisnis mereka yang sekarang sudah semakin berkembang. Damian sama sekali tidak keberatan dengan hal ini, dia adalah laki-laki dan sebagai pewaris satu-satunya keluarga Atmachandra, sejak kecil ia sudah diberitahu berulang-ulang kalau hak istimewa memilih pasangan sama sekali tidak ada di tangannya. Karena jika itu demi keuntungan perusahaan maka ia harus menerima perjodohan dengan wanita dari keluarga yang sebanding dengan keluarganya. Hanya saja, ia sungguh merasa kasihan dengan wanita yang akan dijodohkan dengannya itu. Seorang wanita, apalagi dari kalangan berada umumnya memiliki hati seperti kaca. Mereka hidup dalam kemewahan sejak kecil dan terlampau dimanja dengan segala kemudahan sehingga selalu memimpikan pangeran berkuda putih di hari pernikahannya kelak. Menghadapi perjodohan dengan pria asing yang tidak ia kenal dan tidak dicintai ataupun mencintainya jelas bukanlah hal yang mudah bagi seorang gadis kaya. “Ini adalah pertama kalinya kalian bertemu. Damian, aku tahu kau sangat sibuk dan sudah harus berangkat ke Dubai besok malam, maka ini mungkin akan menjadi satu-satunya pertemuan kalian sebelum menikah. Aku harap kau dan anakku bisa segera akrab,” ujar pria tua dengan rambut seputih salju di hadapan Damian. Dia adalah Gumilar Pradipta, pemilik JD Group sekaligus calon mertua Damian. Damian tersenyum. Dalam hatinya ia mengolok basa-basi tidak lucu yang dilontarkan oleh Gumilar Pradipta. Damian dan puterinya baru bertemu hari ini, bagaimana mungkin mereka bisa langsung akrab? Cerita akan berbeda seandainya ia bersama p*****r, mereka akan mengakrabkan diri kepadanya dengan sendirinya. Tapi dengan nona muda dari keluarga Pradipta yang dikenal sangat menjunjung tinggi sopan santun keluarga mereka layaknya sedikit jejak keturunan darah biru yang memang diwariskan dari nenek moyang keluarga Pradipta, sudah bisa dibayangkan betapa membosankannya nona muda Pradipta ini. “Jangan khawatir Tuan, itu tidak akan menjadi masalah untuk kami,” balas Damian. Gumilar Pradipta tertawa lebar. “Sayang sekali ayahmu tidak bisa datang kesini. Padahal sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Karena kita akan menjadi keluarga, panggil aku Papa, anggap saja kau sedang membiasakan diri, lagipula dalam waktu kurang dari seminggu kau tetap akan memanggilku Papa,” ucap Tuan Pradipta lagi. Damian mempertahankan senyuman ramah dan penuh rasa hormat di wajahnya meski dalam hatinya ia memandang rendah pria di hadapannya ini. “Baiklah Papa.” Damian menurut. Dan Gumilar Pradipta kembali tertawa penuh kepuasan dengan suara seraknya. Dengan ayah seperti seorang Gumilar Pradipta, Damian sudah bisa memperkirakan seperti apa puterinya yang akan disodorkan kepadanya sebagai istri. Orang bilang, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Seperti dirinya yang mewarisi hampir sembilan puluh persen gen ayahnya mulai dari wajah dan kepribadian kecuali prinsip serta pola pikir, maka ia juga tidak begitu banyak berharap anak perempuan seorang Gumilar Pradipta akan jauh berbeda dari ayahnya. “Bawa Ariana kesini sekarang juga,“ perintah Gumilar Pradipta pada salah seorang pelayan. Pelayan itu beranjak ke belakang dan tidak berapa lama kemudian ia kembali dengan dengan seorang wanita muda yang berjalan di depannya. Damian diam-diam meneliti wanita muda itu, sudah bisa ditebak kalau dialah calon istri yang disodorkan kepadanya oleh Gumilar Pradipta dan ayahnya. Rambut berwarna cokelat gelap, kulit wajah semulus p****t bayi dan bibir mungil yang tampak menggoda meski ia tampaknya tidak merasa perlu untuk memakai liptick, membuat wanita itu terlihat serapuh kaca. Meski begitu penampilannya anggun dan cantik seperti boneka dengan mata besar bulatnya yang dihiasai bulu mata lentik alami. Bagaimana mungkin wanita secantik ini bisa menjadi anak dari pria m***m seperti Gumilar Pradipta? Ditambah lagi keberadaannya sama sekali tidak tercium media selama bertahun-tahun. Baiklah, tampaknya tidak semua orang harus mewarisi sembilan puluh persen gen sang ayah seperti dirinya. Gadis ini misalnya, sama sekali tidak memiliki ciri fisik yang mirip dengan seorang Gumilar Pradipta. Sepertinya ia mewarisi seluruhnya dari almarhum sang ibu. Damian pernah mendengar kalau ibu kandung dari Ariana Pradipta adalah seorang penyanyi di masanya yang terkenal cantik dan tengah naik daun ketika akhirnya ia terjatuh ke dalam perangkap Gumilar Pradipta untuk menjadi istri ketiga. Gumilar Pradipta tidak memiliki anak dari dua pernikahannya sebelum menikahi ibu dari Ariana Pradipta. Orang-orang berpikir kalau setelah kelahiran Ariana dan adik laki-lakinya maka Gumilar Pradipta akan berhenti menggoda wanita dan fokus pada keluarganya. Kenyataannya ia malah membawa pulang lima orang istri muda lagi dan seorang anak haram yang berusia jauh lebih tua dari anak sahnya sendiri. Hal ini membuat istrinya sangat terpukul dan berakhir meninggal karena sakit hati. Damian menarik napas perlahan. Dengan latar belakang seperti itu, ia menebak-nebak darimana nona muda di hadapannya ini memperoleh ketenangan yang luar biasa seperti sekarang. “Ini adalah calon suamimu Ariana, kurang dari seminggu lagi kalian akan resmi menjadi suami istri seiring dengan merger salah satu anak perusahaan milik keluarga Atmachandra dengan JD Group,” ucap Gumilar Pradipta pada putrinya. Ariana Pradipta berpaling sejenak ke arah Damian, mengangguk pelan dengan seulas senyum tipis yang terkesan dingin kemudian ia menurunkan pandangannya dan duduk dengan tenang. Ia bersikap seakan ini hanyalah sebuah perkenalan biasa yang tidak berarti apa-apa. Pria tua itu kemudian berpaling kearah Damian. “Ini puteriku. Ariana Nismara Pradipta, dia memang lebih mirip dengan ibunya tapi dengan didikanku, dia tentu saja mampu menjadi istri yang paling pantas untukmu,” ucap Gumilar Pradipta. Damian mengangguk pelan kemudian menyesap kopinya sejenak . Matanya sekilas terlihat berkilat dengan sorot meremehkan, tapi itu tersembunyi dengan rapi dari pandangan seorang Gumilar Pradipta. “Dia cantik,” ujar Damian jujur. Seorang Gumilar Pradipta bahkan tidak merasa perlu memperkenalkan kepada anaknya nama lengkap sang calon suami tapi ia memperkenalkan Ariana kepadanya dengan nama lengkap, menunjukkan kalau ia menganggap anak perempuannya sendiri tidak lebih dari sebuah produk tukar tambah. Dalam hati, Damian benar-benar mengasihani calon istrinya ini. Pantas saja ia bisa dengan tenang duduk di tempat itu seperti salah satu patung candi yang membosankan. Damian curiga kalau mungkin saja, nona ini tumbuh dewasa di bawah aturan ketat norma dan etika yang menyebalkan kalau kepribadiannya bisa sampai seperti ini. Ia bahkan sudah bisa membayangkan betapa membosankan bulan madunya nanti. “Aku akan meninggalkan kalian berdua sekarang. Cobalah untuk saling mengenal dengan baik dan jangan kecewakan aku.” Tatapan Gumilar Pradipta berpindah dari Damian kearah putrinya sendiri. Damian memberi senyuman terbaik yang ia bisa sebelum Gumilar Pradipta keluar dari ruangan itu. Tapi begitu pintu tertutup tatapan-nya berubah dingin. “Aku yakin kau juga sudah paham dengan baik kalau disini, kita berdua adalah dua orang yang akan menikah hanya demi kelangsungan bisnis keluarga. Tapi aku akan sangat menghargai kalau di depanku kau tidak perlu sungkan atau berpura-pura menurut seperti ketika ayahmu berada di hadapan kita,” ucap Damian. Ariana masih tetap dengan sikapnya seperti semula. Raut wajah dan sorot matanya tetap datar, namun kali ini dagu-nya terangkat dan menatap Damian secara langsung tanpa berpaling atau bahkan berkedip. Damian mendesah pelan. Ia tahu wanita ini pasti akan kecewa dengan kata-katanya tapi ia juga tidak bisa mengambil resiko untuk bertahan dalam pernikahan dengan wanita yang bersikap bagaikan patung candi seperti Ariana. Secantik apapun seorang wanita, tidak akan berguna kalau tidak mampu mengimbangi suaminya dalam hal hasrat dan tindakan. “Sebelum kita melangkah lebih jauh, aku ingin kau tahu, kalau akan ada kesepakatan berbeda diantara kita berdua. Pernikahan ini tidak akan berlangsung selamanya,” lanjut Damian memberi penekanan pada kalimat terakhirnya. Seulas senyum tipis yang tersamar terukir sekilas di bibir Ariana. Meski sekejap, Damian seakan bisa melihat bola mata Ariana berkilat oleh sesuatu yang sangat ia kenal. Hasrat. Wanita ini juga memiliki hasrat tersembunyi dari pernikahan ini? Ia mengira akan ada raut sedih di wajah calon istrinya itu karena membicarakan perceraian disaat mereka bahkan belum resmi menikah sama saja dengan penghinaan untuk statusnya, tapi ia malah menemukan kenyataan yang mungkin berarti sebaliknya bagi Ariana. “Berapa lama?” tanya Ariana. Ini pertama kalinya Damian mendengar suara Ariana yang bagaikan suara lonceng tertiup angin. Merdu dan menyenangkan. Damian menatap calon istrinya dengan tatapan menilai dan Ariana bahkan tidak terlihat gugup sama sekali. “Dua tahun,” jawab Damian. “Setuju. Mari menjadi suami istri yang baik bagi orang tua kita selama dua tahun ini,” ucap Ariana tenang. Bersambung……
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD