Prolog-Malam Pertama

1108 Words
Malam Pertama ... Mengawali malam pertama, Damian menyiapkan sebuah sesi untuk berdansa bersama istri tercinta. Dia memutar lagu klasik romantis untuk berdansa. Lilin yang menyala dengan membentuk hati. Taburan mawar merah menyala di lantai bercampur dengan cahaya lilin - lilin yang semakin menambah suasana menjadi sangat romantis. "Dansa." Auris tertawa lembut dan menyambut tangan suaminya dengan penuh kehangatan cinta. "Aku sudah menantikan malam ini sejak beribu - ribu tahun lalu, my Princess." Damian menggenggam satu tangan Auris dan tangan lainnya memeluk pinggul istrinya dengan dalam. "Dan aku sudah memimpikan ini sejak beribu tahun lalu juga, my Prince." "Aku sering melihat Grandpa berdansa bersama dengan Grandma menggunakan lagu ini, masih aku lihat sampai usia terakhir Grandpa." "Oh, ya?" Auris tak percaya mereka berdua seromantis itu hingga akhir usia. "Yeah. Kemudian Ayah aku melakukan hal yang sama kepada Ibu aku. Juga sampai usia terakhir Ayah. And now ..., aku melakukannya pada ... kamu, istri aku. Pertamakalinya setelah kita menikah, dan ... sebelum malam pertama. Dan kita akan terus melakukan ini sepanjang usia kita. Aku akan lebih romantis dari Grand dan Ayah aku." Damian mengecilkan suaranya di akhir kalimat, dan itu lebih terdengar seksi bagi Auris hingga membuat seluruh dirinya bergetar. Auris merasa pipinya merah saat itu juga, saat mendengar ... malam pertama. Auris. Ketika menjadi istri Damian, yang ia inginkan adalah bodyguard - nya itu selalu ada di samping dirinya setiap detik, 24 jam. Tapi itu tidak mungkin. Dengan harta yang ia punya sebagai pewaris tunggal Atmadiraja, tidak membuat Damian mengabaikan tugasnya sebagai seorang suami yang bertanggung jawab untuk menafkahi sepenuhnya. Auris berusaha memahami itu. Akan selalu berusaha. Karena sekali lagi, yang paling ia butuhkan adalah suaminya, bodyguard - nya. Lalu bagaimana Auris menghadapi kegalauannya saat jauh dari Damian. Cemburu? Auris tidak pernah merasa bahwa ... dirinya sangat pen-cem-bu-ru. ___ Menjadi istri Damian Danovan bagi seorang Auristela Atmadiraja. Satu, Auris tidak lagi menyia - nyiakan kemampuannya untuk memasangkan dasi yang ia pelajari dari Mommy - nya. Dua, harus memilih tinggal di apartemen bersama dengan suaminya, Damian. Dan memiliki kamar tidak semewah kamar pribadinya. Tapi baginya asalkan ada Damian bersamanya, itu kenyamanan yang paling luar biasa mahal. Tiga, menyiapkan sarapan yang ia tidak pernah lakukan sebelumnya. Tapi ketika Damian selalu mengajarkan dengan sabar, bagian itu menjadi sangat menyenangkan. Di tengah perasaan bahagianya, ada rasa takut ketika mendengar nama Ferhad akan segera bebas. Tentu saja berkat uang yang ia punya menjadikannya dihukum tidak seberat -beratnya. Tapi Damian dan Atmadiraja tidak akan tinggal diam. Dan bodyguard yang kini menjadi pasangan hidupnya itu akan selalu menjaganya. Belum lagi ketika mengingat nama Aurelia Aylmer, setiap kali mengingat nama itu dan menyadari gadis itu ada di Indonesia, lebih lagi di Jakarta, hal itu membuat Auris tak tenang. Bahkan kadang ia menjadi sulit untuk dapat tidur dengan nyenyak. Ferhad ... Aureli ... Auris masuk ke dalam mobilnya, sementara Damian masih di luar. Entah mengapa Auris seperti menangkap bayangan seseorang. Seseorang yang sama sekali tidak ingin ia ingat namun tak bisa ia lupakan wajah kejam itu dan kejadian menakutkan waktu itu. Mengapa? Kenapa wajah kejam pria itu berkeliaran di saat seperti ini. Saat ketika ia harus menjaga buah hati di dalam kandungannya. Sedangkan untuk melindungi dirinya sendiri pun saja sudah sulit. Bagaimana bisa dia melihat Ferhad berkeliaran, bukankah pria gila itu masih berada di dalam penjara. Sudah seharusnya dia mendekam dalam waktu yang lama, lalu mengapa tiba - tiba dia seperti berkeliaran. Ah, mungkin saja Auris hanya berhalusinasi. Damian sedang berdiri di sisi mobil, dia tampak ragu untuk membuka pintu mobil. Dia mematung di sana, kemudian kedua bola matanya penuh ketakutan lalu mata itu bergerak ke satu sisi seperti sedang memberikan suatu kode kepada Auris. Auris menatap tajam ke arahnya, mencari arti di balik gerakan mata itu. Kemudian ia mengaitkan dengan bayangan Ferhad tadi dan detik itu juga Auris membungkuk menyembunyikan dirinya. Tidak terdengar suara peluru tapi menit berikutnya terdengar pecahan kaca jendela mobil, dan Damian pun tidak ada di tempatnya. Auris sangat ketakutan namun ia harus melindungi bayi mereka. Damian ... Auris berteriak, lalu Aureli datang membawa tubuh Damian ke dalam mobilnya lalu menghilang. Damian ... Sekali lagi Auris berteriak dengan sangat kencang. Damian ... Damian jangan pergi dengannya jangan tinggalkan aku ... "Auris? Auris bangun sayang? Aku di sini, aku nggak pergi ke mana - mana." "Dami!" Auris menangkap dan memeluk Damian sekuatnya. "Tenanglah, kamu sedang bermimpi. Aku ada di sini, akan selalu di sini bersama kamu," kata Damian berusaha menenangkan. "Dami aku takut, dia ada di sekitar kita. Aku takut dia menembak aku, dan aku takut kamu pergi bersama gadis itu, Aureli." Tampak jelas di wajah Auris dia begitu ketakutan. "Dia siapa sayang?" tanya Damian tidak mengerti bercampur panik. "Ferhad." Tubuh Auris bergetar ketika menyebut nama itu. Damian melepaskan pelukannya, "Ferhad?" dia membelai kepala Auris dengan dua tangannya. "Yah ..., dia muncul dalam mimpi aku, dia menembak kamu, lalu ... Aureli datang menyelamatkan kamu, membawa kamu pergi dari aku, aku takut sekali Dami--" Auris menceritakan apa yang ada di dalam mimpinya dengan wajah ketakutan. Damian melihat ketakutan yang sangat besar di mata istrinya, lalu memeluknya lagi dengan erat. "Tidak sayang, jangan takut. Itu semua hanya mimpi buruk. Tidak akan ada yang terjadi. Kita, bayi kita, akan baik - baik saja, jangan cemas." Damian mengecup kepala Auris yang basah karena keringat. "Ada aku yang akan selalu menjaga kamu, jangan takutkan apa pun. Aku akan selalu bersama kamu, menjaga kamu, dan aku akan baik - baik saja." Auris menganggukkan kepala. "Kita pergi saja dari sini Dami, aku takut terjadi sesuatu dengan bayi kita nanti." Sekali lagi Damian mengecup kepala Auris. "Baiklah kalau itu maumu, kita akan pergi ke tempat yang tidak akan diketahui mereka atau bahkan siapa pun. Tapi aku mohon jangan pernah takut aku akan berhenti mencintai kamu, dan aku akan pergi bersama wanita lain, itu nggak akan pernah terjadi. Kita akan pergi dan aku akan selalu di sisi kamu, sayang." Auris mengangguk lagi dengan sangat yakin. Ya, dia boleh takut untuk hal apa pun, tapi seharusnya dia tidak perlu takut bahwa Damian akan pergi bersama wanita lain dan akan berhenti mencintainya. Hendak pergi ke mana saja asalkan Damian ada di sampingnya, itu sudah cukup bagi Auris. Tapi apakah benar Damian akan membawanya pergi dan tinggal di suatu tempat hanya karena sebuah mimpi buruk dari Auris yang memang masih sedikit trauma pada rasa takut dan kecemasan. Tapi demi cinta, demi untuk dapat membuktikan kepada istrinya itu bahwa ia sangat mencintainya, Damian akan sanggup melakukan apa saja untuk membuktikan semua itu. __ - - - - - - - - - - - - - **** - - - - - - - - - - - Seri Ke 3 Ever After _ _Bodyguard Series III_ _
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD