MHMC Bagian Satu

588 Words
Adakah waktu untuk mengembalikan kebahagiaanku? *** "Jangan lupa janji lo, ya. Gue udah bilang, lo bakal datang ke kafe itu jam tujuh malam ini,” ucap Melin. Melin meminta Keyra untuk datang ke kencan buta yang sudah dia dan kekasihnya rencanakan. Keyra mau tak mau mengabulkan permintaan sahabatnya itu. Sudah beberapa kali dia mengikuti kencan buta yang dipersiapkan sahabatnya. Kali ini dia benar-benar mengingatkan Melin bahwa ini kencan buta terakhir, karena Keyra sudah tidak ada niat berkencan, apalagi menjalani hubungan serius dengan pria mana pun setelah kejadian dahulu yang membuatnya trauma berat. Keyra tiba di kafe sepuluh menit lebih awal, karena dia ingin kencan butanya segera selesai. Keyra berniat menyelesaikan kencan tersebut dan segera pulang tanpa berbincang lebih lama. Tak begitu lama, seorang pria tinggi, tegap, dan tampan, berbalut kemeja berwarna navy, dengan kemeja bagian lengan dilipat hingga siku, dipadukan celana hitam legam, menghampiri Keyra yang sibuk meminum cappuccino dalam gelasnya. Pria itu tersenyum saat tiba di meja Keyra. “Maaf nunggu lama,” ucapnya sambil mengulurkan tangan. Keyra melihat ke arah pria yang menyapanya dan tersenyum sedikit terpaksa. “Nggak apa-apa, perkenalkan … aku Keyra Adeera. Senang berkenalan dengan kamu,” jawab Keyra menyambut uluran tangan pria tersebut. Pria itu duduk di hadapan Keyra setelah melepas jabat tangan. “Saya Ragasa Putra Dekarsa. Panggil saja Ragas,” lanjutnya. *** Sejak pertemuannya dengan Ragas saat itu, Keyra tidak pernah dihubunginya, bahkan hanya bersapa menanyakan kabar pun, tidak. Padahal, sudah lebih dari seminggu mereka bertukar nomor w******p, bahkan Rico teman Ragas sekaligus kekasih Melin pun tidak tahu kelanjutan dari kencan buta yang mereka rencanakan itu. Selama di kantor, Keyra disibukkan dengan beberapa laporan keuangan perusahaan akhir bulan yang harus segera dia serahkan kepada managernya, Pak Wahyu. Tiba tiba ponselnya di atas meja bergetar. Keyra meraihnya dan melihat notifikasi di layar. Ragas: Bisakah kita bertemu malam ini? Keyra mengerutkan kening lalu bergumam kesal. “Gila nih orang, setelah menghilang selama seminggu tiba-tiba w******p ngajak ketemu tanpa basa-basi,” gerutunya, secara tidak sengaja didengar oleh rekan kerjanya yang tepat di sebelah meja Keyra, Sarah. “Kenapa muka lo kayak abis baca tagihan kartu kredit gitu?” tanya Sarah penasaran. Keyra yang sadar omelannya agak keras memasang wajah paling imut. “Biasa, dapat spam dari sales wifi, nawarin pemasangan baru,” jawabnya asal, tersenyum yang dibalas Sarah dengan anggukan. Keyra kembali membuka ponsel, lalu membalas pesan dari Ragas. Me: Bisa, sepulang aku kerja, ya. Ragas: Baiklah, saya tunggu di Kafe terakhir kita bertemu. Me: Ok. Setelah Keyra memastikan tidak ada balasan lagi, Keyra pun menyimpan ponsel dan melanjutkan laporan bulanannya. “Key, laporan kamu buruan, sebelum jam empat udah saya terima, ya. Big Bos udah sampai Indo, nih. Saya harus email laporannya ke dia,” teriak Wahyu dari depan pintu ruangannya. “Lima menit lagi saya email, Pak,” jawab Keyra cepat dan kembali pada layar komputernya. *** Keyra segera merapikan meja kerjanya saat jam dinding di kantor sudah menunjukkan pukul lima sore. “Sar, pinjam cermin lo, dong,” ucap Keyra seraya menggeser kursinya. Sarah mengerutkan kening sambil menyodorkan cermin. Willy yang sedari tadi memperhatikan Keyra menghampiri. Dia perhatikan wajah Keyra yang tidak seperti biasanya. “Gelagatnya, lo mau datang ke kencan buta lagi nih,” ucap Willy. Keyra melirik sinis ke arah Willy. “Sok tau lo, Kriwil,” jawab Keyra, lalu berpamitan kepada Sarah yang dijawab anggukan. Rekannya itu kembali fokus pada laporan di komputer. “Ke mana si Key?” tanya Willy. “Kepo lo!” sahut Sarah seraya mendelik pada pria yang berdiri di sampingnya itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD