Derpful Daddy

2906 Words
Joohyun menyibakan selimut tebal bergambar singa, menampakkan tubuh laki-laki yang meringkuk lucu di atas kasur. "Taehyung, ayo bangun" panggilnya lembut sembari mengelus rambut batok legam suaminya. "Hmm" jawab Taehyung enggan, tubuhnya tak bergerak sedikit pun. Joohyun menepuk pipi suaminya "ayo bangun, aku akan pergi mengantar Miyoung Eonnie belanja perlengkapan bayi." Akhirnya, Taehyung pun bangun terduduk, matanya terbuka, tapi seolah-olah menatap kosong, Blank. Dia terlihat seperti zombie, menurut Joohyun. "Ayo bangun. Anakmu sudah menunggu di ruang tengah" Joohyun mengecup pipi suaminya "aku sudah siapkan sarapan dan makan siang, tinggal kau panaskan jika ingin makan" tangan lentik itu menyambar tas gucci yang tergeletak di sofa pojok ruangan. "Kalau begitu aku pergi, selamat bersenang-senang" Joohyun berjalan keluar kamar. "Haa," Taehyung masih pada posisinya "kenapa aku harus bangun pagi di hari minggu?" gumamnya pelan dan menarik selimut untuk membungkus tubuhnya lagi. --- Saera, bocah cantik berumur enam tahun itu membuka pintu kamar orang tuanya, ibunya sudah pergi sejam yang lalu. Dia menanti sang ayah sedari tadi di ruang tengah. Tapi si ayah tak kunjung menampakkan batang hidungnya, jadi dia memilih untuk melihat keadaan ayahnya yang masih ada di kamar. Saera melihat gundukan besar yang ditutupi selimut di atas kasur bersepraikan gambar singa milik orang tuanya. Well, Taehyung Appa adalah pecinta lion. "Appa" tangan lentiknya terulur menarik selimut sang ayah, menampakkan wajah ayahnya yang tertidur. "Hm" jawab Taehyung sekenanya. "Ayo bangun" Saera menarik tangan Taehyung agar si lelaki berhidung mancung itu bangun. "Saera" panggil Taehyung masih dalam keadaan mata tertutup. "Iya?" jawab si manis Saera. "Kau tahu appa kerja?" "Hm" "Kau tahu appa kerja selama lima hari dalam seminggu?" "Iya" "Dan kau tahu hanya dua hari yang appa punya untuk beristirahat?" "Tentu aku tahu itu" "Jika kau tahu itu, biarkan appa menikmati liburan yang hanya tersisa dua hari ini untuk beristirahat, appa lelah" Saera menatap seksama wajah tidur sang ayah. "Appa" "Hm" "Appa tahu kan Saera sekolah?" "Tentu, setiap hari kan appa yang mengantar" "Appa tahu Saera sekolah lima hari dalam seminggu?" "Ya, tentu saja" "Dan Saera hanya punya waktu dua hari untuk menghabiskan waktu di rumah?" "Ya, kurang lebih begitu" "Jika appa tahu itu, biarkan Saera menghabiskan waktu bersama appa yang hanya memiliki waktu dua hari, Saera juga mau bersama appa" Taehyung membuka matanya, mendapati Saera yang menatap dirinya dengan pandangan datar, pandangan Saera mirip sekali dengan dirinya, blank. "Dari mana kau belajar kata-kata seperti itu?" "Appa" "Kapan appa mengajarkannya?" "Tadi, sebelum aku bicara" Taehyung terdiam berusaha mencerna perkataan putri cantiknya dan semua kejadian yang telah terjadi selama dua menit itu. Well, dia kalah. Dan dia tidak akan pernah menang menghadapi anaknya yang memiliki seribu alasan. Sama sepertinya. "Baiklah, appa salah. Biarkan appa mandi lebih dahulu" Taehyung menyibakkan selimut dan mulai bangkit dari medan magnet terkuat di hari minggu, yaitu kasur. "Appa" panggil Saera sebelum sang ayah sempat masuk ke dalam kamar mandi. "Iya" "Jangan lupa, shampoo botol hijau dan sabun botol biru" ucap Saera mengingatkan. Well, ayahnya pelupa. Bahkan saking lupanya, sang ayah pernah meninggalkan ponsel di dalam kulkas, memakai odol untuk keramas, dan memasukkan bubuk kopi saat akan membuatkan Saera s**u, alhasil anak enam tahun itu menyusu kopi. Ck, Weirdo Kang Taehyung. "Appa ingat itu" Taehyung menutup pintu kamar mandinya, beberapa menit kemudian terdengar gemericik air. Setelah memastikan suara air telah terdengar, Saera kembali ke ruang tengah, Saera hanya takut jika ayahnya melanjutkan tidur di dalam kamar mandi. --- Saera dan Taehyung sedang berada di ruang tengah, dengan Taehyung yang asik menggonta-ganti channel tv, sedangkan Saera sedang sibuk dengan tugas sekolahnya. "Appa" panggil Saera. Taehyung sama sekali tidak mengindahkan panggilan anaknya barang sekedar untuk menatap atau melirik anaknya. "Hm" "1 x 1 = berapa?" "Dua" "Benarkah?" "Ya" "Bagaimana caranya?" "Satunya kau pegang, dan satunya lagi terdapat dikali, jadi jika digabungkan berapa?" "Satu dua. Dua?" Taehyung mengangguk mantap "that's right" "Kalau 2 x 2= berapa?" "Bebek" "Hah?" Saera bingung dengan jawaban yang ayahnya berikan. "Jawabannya bebek" "Kenapa bebek?" mata eyesmile milik Saera yang imitatingan Joohyun melebar, walaupun tidak terlalu lebar. Matanya sipit. Taehyung mendekat, membungkuk mensejajarkan tingginya dengan sang anak yang duduk di lantai beralaskan karpet bulu bergambar singa. "Sekarang coba kau pikirkan, ini dua dan ini kali, lalu ditambahkan lagi bentuk dua diatas dua yang pertama, jadi apa bentuknya?" "Bebek" jawab Saera sembari mengamati penjelasan Taehyung di bukunya. Taehyung menjelaskannya dengan menggambar di buku Saera. "Jadi jawabannya?" "Bebek" jawab Saera ragu, dia masih bingung dengan jawaban sang ayah yang aneh. "Apa bebek main di kali?" "Hm," Taehyung tampak berfikir. "Seingat appa begitu" "Jadi jawabannya bebek?" Taehyung mengangguk mantap. Saera agaknya memang tidak percaya dengan sang ayah, tapi dia juga tidak mengerti tentang perkalian, jadi dia memilih mempercayai ayahnya untuk saat ini. Salahkan ibunya yang belum mengajarkannya perkalian. "Appa, kalau 3 x 3 = berapa?" "Nol" "Nol? Bagaimana bisa nol?" lagi-lagi Saera tidak percaya dengan jawaban Taehyung. "Jikalau kau jalan-jalan ke kali dan memegang tiga buah permen dan kau bertemu buaya, lalu memberikan ketiga permen tersebut kepada buaya, tinggal berapa sisa permenmu?" "Aku tidak mau ke kali kalau begitu, buayanya minta permen" "Kan jikalau, Saera. Sisa berapa?" Saera tampak berfikir "hm, jika kuberi semua permenku pada buaya, berarti aku tidak memiliki permen lagi" "Jadi?" "Habis" "Yap begitu" jawab Taehyung enteng. Manusia macam apa kau Taehyung? Kau sedang menyesatkan anakmu? "Aku tidak mau ke kali, aku tidak mau bertemu buaya, dia pasti akan meminta permenku" ujar Saera ngeri. Taehyung mengangguk sekilas, "ya itu benar, makanya jangan pernah ke kali, kalau tidak mau permen Saera diminta buaya" Kau pikir buaya makan permen? Lalu buat apa buaya memiliki gigi tajam untuk mencabik, Taehyung? "Lalu, 4 x 4 = berapa appa?" "Kursi" "Hah?" Saera semakin dibuat bingung dengan jawaban sang ayah. "Kau tahu angka empat terlihat seperti apa?" Saera menggeleng. "Kursi" Saera masih tetap dengan wajah bingungnya menatap wajah tampan nan absurd ayahnya. "Kenapa kursi?" "Karena empat memiliki kaki di bawahnya seperti kursi" "Tapi kursikan kakinya empat?" "Benarkah?" Taehyung terlihat berfikir lagi, "ah kalau begitu tambahkan saja kaki di angka empat" Taehyung membuat tiga garis di bawah angka empat di buku tugas anaknya. "Terlihat seperti kursi bukan?" Saera melongo melihat sang ayah yang terlihat seperti merecoki tugas sekolahnya. Ini sungguh tidak membantu, pikir Saera. Oh Taehyung, bagaimana bisa kau mendapatkan jabatan manajer di sebuah perusahaan besar, jika perkalian gampang seperti itu saja tidak bisa, bahkan jabatanmu lebih tinggi dari teman kerjamu, Jungkook, yang notabenennya adalah anak cerdas. Sepertinya kantor tersebut harus mereshuffle ulang kedudukan si manajer. Atau mungkin otak Taehyung yang harus di reshuffle? "Ayo, apa lagi? Sekarang 5 x 5, hm?" tanya Taehyung memastikan "kalau melihat angka lima, mirip sekali dengan Joohyun saat hamil" gumamnya sembari terkekeh. Untung saja istrimu sedang pergi, Kim Taehyung. Kalau saja istrimu dengar, mati kau. Bocah imitating Taehyung itu menatap ayahnya dengan tatapan blank, khas miliknya. Dia berfikir bahwa ayahnya benar-benar tidak waras, atau otak ayahnya sedang konslet. Jadi, lebih baik dia tidak melanjutkan pekerjaan rumahnya bersama sang ayah, daripada jawabannya semakin ngelantur. Dia akan menunggu Joohyun pulang. "Loh kok ditutup bukunya? Memang tugas Saera sudah selesai?" Saera merapihkan alat tulisnya "lebih baik Saera menunggu eomma saja" "Kenapa begitu? Kan appa juga bisa, sini dilanjutkan" "Tidak, tidak usah. Lebih baik appa masak, aku lapar" kini matanya menatap ayahnya memelas. "Ah jadi kau lapar?" Taehyung menatap si kecil manisnya. Ternyata gen dirinya lebih mendominasi di diri Kim Saera. "Baiklah ayo kita masak" Taehyung berdiri, berlalu ke dapur yang diikuti Saera di belakangnya. "Memang appa bisa masak?" Taehyung menggeleng. "Lalu?" tanya Saera bingung, khawatir, cemas. Dia takut ayahnya akan meracuni dirinya. Ckck. "Sepertinya eomma masak sebelum pergi" Taehyung membuka microwave, dan ternyata benar, istrinya telah masak sebelum meninggalkan mereka. Makaroni panggang, dengan taburan keju. Wah, ini kesukaan Taehyung. "Tuh kan appa bilang juga apa, eomma pasti sudah masak" dia mencium sebentar aroma keju yang menguar di makanan tersebut, lalu memasukannya kembali dalam microwave untuk dipanggang. "Appa, aku mau s**u" rengek Saera dengan wajah penuh harap menatap sang ayah. "Baiklah, appa buatkan, sebentar" Cengiran kotak khas sang ayah kini menurun padanya juga, dan kini terlihat jelas di wajah Saera "ok, Saera tunggu di ruang tengah" dia berlari meninggalkan sang ayah. Bukan karena Saera tidak bisa membuat s**u sendiri, hanya saja film acara kesukaannya akan dimulai, dan dia tidak mau kelewatan, Mr. Bean cartoon series. Taehyung memasukkan beberapa sendok bubuk s**u, lalu menuangkan air ke dalam gelas, dia mengaduk gelas tersebut hingga merata. Tapi, otaknya kembali bertanya. Apakah s**u harus ditambah gula? Dia mencoba s**u tersebut dengan sendok. Susunya tidak memiliki rasa, apa dia harus memasukkan gula? Sepertinya iya, anaknya kan suka manis. Taehyung mengambil tempat bewarna hijau, dia membukanya, lalu mengamatinya dengan seksama "ini gula apa garam?" tanyanya pada diri sendiri. Dia melirik tempat bewarna coklat, tanpa babibu lagi dia mengambilnya dan membuka tempat tersebut. Oh tidak, dua warna yang sama, putih. Jadi yang mana gula? Yang ditempat bewarna hijau atau tempat  berwarna coklat? Tanpa pikir panjang dia memasukkan dua sendok yang dipikirnya adalah gula ke dalam gelas, Taehyung memilih tempat bewarna coklat sebagai gula. Lalu kembali mengaduk gelas s**u anaknya. Anaknya pasti menunggu, jadi dia tidak boleh lama-lama. Taehyung mendatangi anaknya yang sedang asik tertawa menatap layar televisi yang menayangkan kekonyolan kartun Mr. Bean. "s**u sudah siap" seru Taehyung duduk di samping anaknya. Tanpa mengalihkan pandangan dari kaca tv, Saera mengambil gelas panjang yang ada di genggaman ayahnya "terima kasih, appa" "Sama-sama, sayang" Taehyung mengusak rambut Saera. Tanpa babibu Saera meminum s**u tersebut, tapi dua detik kemudian dia menyemburkannya. "Saera, ada apa?" tanya Taehyung panik. "Susunya asin" jawab Saera sembari memeletkan lidah, buru-buru dia berlari ke dapur untuk mengambil air putih. Saera tidak suka asin garam. "Masa?" tanya Taehyung tak percaya, karena penasaran, akhirnya dia mencoba s**u anaknya. Dan benar adanya, salty milk. Dan rasanya sangat horror. Tidak bisa dibedakan lagi mana s**u Saera dan air laut. Taehyung ikut berlari ke dapur untuk mengambil air putih. Dia menegak habis air putih yang mengisi gelas kacanya penuh. Saera menampakkan wajah kesal pada sang ayah, tangannya terlipat di depan d**a "appa menyebalkan. Kenapa s**u Saera asin?" Taehyung sendiri masih sibuk menghilangkan rasa asin di lidahnya. "Appa kan tidak tahu, kalau itu garam. Appa kira gula" Saera lagi-lagi menatap horror pada sang ayah "s**u itu tidak perlu dikasih gula, appa" "Ya, mana appa tahu kalau tidak di kasih gula. Saera kan suka manis, sedangkan susunya tidak berasa" Saera menghentak-hentakkan kakinya tanda dia sangat kesal, kenapa dia harus memiliki ayah seperti Taehyung appa? Menyebalkan. Saera kembali ke ruang tengah meninggalkan Taehyung yang masih terdiam di posisinya. Taehyung hanya menggeleng masa bodo dengan kelakuan putri manisnya, palingan sebentar lagi juga baik. Setelah sekitar 15 menit memanggang makaroni tadi, Taehyung megeluarkannya dari microwave, bau kejunya yang meleleh. Ahh, Taehyung suka itu, setidaknya asin keju lebih enak daripada asin s**u Saera. Kini mereka berdua duduk berhadapan di meja makan. Saera masih menampakkan wajah sebalnya. Dia masih kesal karena s**u asin tadi. Dan dia trauma untuk meminta ayahnya membuatkan s**u untuknya lagi. "Sekarang Saera makan ya?" setelah membagi makaroni tadi, Taehyung mulai menyantap makanan buatan istrinya dengan lahap. Buatan Joohyun memang yang terbaik kedua setelah ibunya, tentu saja, bahkan masakan buatan Joohyun rasanya hampir sama dengan makanan buatan ibunya. Makaroni Taehyung tinggal sedikit, dia terlalu lahap makan, sampai baru menyadari Saera belum menyentuh makanannya sama sekali. "Kenapa tidak dimakan, sayang?" "Masih panas, appa" Tanpa babibu Taehyung menuangkan air dalam gelas ke atas piring Saera, membuat mata sipit Saera kembali membesar. Apa yang dilakukan ayahnya? Kenapa appa menumpahkan air ke atas makaroninya? Apakah benar Taehyung adalah ayahnya? Tolong beritahu bahwa Taehyung Appa bukan ayah Saera. "Apa yang appa lakukan?!" jeritnya. Taehyung hanya menatap Saera polos, tatapan blank tak lupa dia berikan untuk si kecil. "Kata Saera makaroninya panas, jadi appa tuangkan air biar dingin" Ingin rasanya Saera melempar air penuh di teko ke arah wajah sang ayah, tapi dia masih dapat berfikir jernih, apa yang akan dia lakukan tidaklah sopan. Jadi Saera hanya menghela nafas panjang dan mengelus dadanya. "Terima kasih, appa. Kau membuat Saera tidak bisa makan siang" "Kenapa begitu?" Taehyung hanya menampakkan wajah datarnya setelah apa yang dia lakukan pada makan siang Saera. Demi boneka singa Taehyung, Saera ingin memukul kepala ayahnya agar sadar apa yang telah dia lakukan barusan. "Makaroninya sudah tidak layak makan, APPPAAAAAAAAAA!!!!!" Teriak Saera kesal akhirnya. Bocah imut itu sudah tidak bisa menahan kekonyolan ayahnya lagi, dia tidak kuat. Taehyung menutup kedua telinganya saat mendengar teriakan Saera. "Jangan berteriak Saera, kau bisa mengganggu tetangga" "Biarkan saja, biar tetangga tahu, kalau appa Saera menyebalkan." katanya final, mata sipitnya menusuk langsung ke retina Taehyung, tatapannya sangat menakutkan, sama seperti Joohyun saat belum dikasih uang belanja bulanan. "Sekarang Saera sudah tidak bisa makan lagi, dan itu semua karena appa" Saera memanyunkan bibirnya kesal. Dia kesal dengan appanya yang terlihat lebih bodoh dari dirinya. Dia kesal karena perlakuan ayahnya benar-benar tidak mencerminkan seorang ayah. Saera ingin seperti Hayoung, ayahnya sangat menyayanginya dan sang adik. Tidak seperti Taehyung appa yang terlihat masa bodo dan meyebalkan, ditambah kelakuannya yang absurd bin ajaib. Saera meninggalkan Taehyung sendirian di meja makan. Dia duduk di sofa dengan tangan melipat di depan d**a, bibir bawahnya dimajukan, matanya menyorot kecewa, dan kakinya yang menggantung digoyangkan agar membuat perasaannya tidak terlalu kalut dalam kekesalan. Lelaki berwajah proposional itu datang menghampiri sang anak, duduk di sampingnya. Dia tahu kini anaknya sedang kesal padanya. "Saera" panggil Taehyung lembut. Sipemilik nama hanya terdiam, tak sedikitpun bergerak. "Saera marah ya sama appa? Appa minta maaf kalau appa salah. Appa tahu appa tidak seperti eomma yang mengerti ini dan itu, appa juga tidak bisa menjaga Saera, bahkan appa selalu membuat Saera kesal..." Ucapan Taehyung agaknya sedikit menarik perhatian si kecil Saera. Dia melirik sang ayah, tapi dia masih tidak mau menatap sang ayah. "Appa minta maaf ya. Appa janji appa tidak akan membuat Saera kesal lagi, Appa sayang Saera" Akhirnya Taehyung mampu mengambil perhatian Saera seutuhnya. Bocah kecil dengan rambut hitam sebahu itu menatap sang ayah, ada rasa bersalah juga menghinggapi Saera. Dia rasa dia keterlaluan terhadap appanya. Saera memegang tangan Taehyung "Saera juga minta maaf appa, kalau Saera keterlaluan. Tidak seharusnya Saera membentak appa, Saera juga sayang appa" Saera memeluk tubuh tinggi ayahnya, dan menenggelamkan wajah imutnya diceruk leher Taehyung. Dengan sigap Taehyung mengangkat Saera ke dalam pangkuannya, dan membiarkan Saera bermanja ria di dekapannya. "Karena makaroni sudah tidak bisa dimakan, bagaimana kalau Saera makan roti saja? Tidak apa-apa kan?" Saera mengangguk lucu. Akhirnya Saera hanya memakan roti tawar dengan selai stroberi sebagai menu makan siangnya. --- Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, dan kini Taehyung sedang sibuk dengan pekerjaan kantor yang belum selesai, sedangkan Saera sedang bersantai di sofa tak jauh dari ayahnya duduk dengan tv yang menayangkan acara pororo. Kringg kringgg Suara telepon rumah tiba-tiba berbunyi, Taehyung bangkit dari duduk di lantai, karena terburu-buru lututnya terkatuk meja yang membuatnya meringis sembari berjalan mendekati telepon rumah. "Halo dengan kediaman Kim Taehyung" "Oh Jin Hyung, ada apa?" "Joohyun juga belum pulang" "Ya begitulah hyung, namanya juga wanita" "Ok, baiklah, annyeong" Taehyung menutup sambungan telepon, lalu kembali ke tempat dimana kertas-kertas berharganya berserakan. Taehyung kembali duduk di lantai dan akan meneruskan pekerjaannya lagi, jika saja pulpennya ada di atas tumpukan kertas. Dia mencari pulpen mahal itu, dibalik kertas-kertasnya, di tasnya, di kolong meja, tetap saja tidak ada. Tak sengaja Taehyung melihat anaknya tertawa sembari menatap layar tv yang sedang menayangkan acara si penguin biru dan kawan-kawannya. "Saera, jangan main-main dimana pulpen appa?" "Apa?" tanya Saera ulang, dia tidak terlalu mendengar jelas ucapan Taehyung karena terlalu fokus menonton. "Dimana pulpen appa? Cepat kembalikan, appa harus menyelesaikan tugas appa" "Pulpen apa? Saera tidak tahu" "Saera, appa lagi tidak bercanda, cepat kembalikan pulpen appa, kau menyembunyikannya kan?" "Tidak appa" "Saera!" Bentakan Taehyung membuat genangan dimata sang anak, baru kali ini dia melihat ayahnya semarah itu. Saera tidak pernah melihat wajah marah ayahnya, apalagi bentakan ayahnya. Jujur, Saera lebih milih melihat wajah blank ayahnya daripada wajah serius Taehyung saat marah. "Hiks, Saera tidak tahu, Saera hiks tidak menyembunyikan pulpen appa" "Jangan bercanda, appa ingin menyelesaikan tugas appa. Saera, appa tidak pernah mengajarkanmu untuk berbohong" "Saera jujur appa hiks" "Kim Saera!" Ceklek "Annyeong, eomma pul..." "Hiks eomma" ucapan Joohyun yang baru masuk ke dalam rumah dipotong oleh teriakan Saera, dan langsung berhambur ke arah Joohyun. Dengan sigap Joohyun menangkap tubuh Saera "eh sayang, ada apa?" Joohyun mengusap punggung anaknya yang kini menangis sesunggukkan. "Dia menyembunyikan pulpenku, aku sedang bekerja" jelas Taehyung. "Hiks Saera tidak menyembunyikan pulpen appa, hiks sungguh" ujarnya menatap sang ibu mantap. Wajahnya memerah. "Hanya pulpen kenapa harus dipermasalahkan? Pakai saja pulpen yang lain" tambah Joohyun membela, dia percaya pada anaknya, karena Joohyun tahu Saera bukan anak pembohong, dan ia tidak bisa berbohong. "Tidak, itu pulpen mahal, aku membelinya saat di Denmark." Sergah Taehyung. Joohyun menatap mata anaknya, sekali lagi mencari kebohongan yang ada dalam mata anaknya "apa benar Saera tidak mengambil pulpen appa?" "Tidak, eomma! Hiks, eomma juga tidak percaya hiks pada Saera? Huwaaaaa, aku benci eomma appa, semua tidak ada yang mempercayai Saera" anak kecil itu berlari masuk ke dalam kamarnya, lalu membanting pintu kamar bercat putih. Joohyun menatap Taehyung, "lihatkan? Anakmu bukanlah pembohong" Joohyun menaruh belanjaan dan tasnya sembarang lalu memasuki kamar Saera. Taehyung mengusak rambutnya kasar, kenapa jadi runyam hanya karena sebuah pulpen? Oh ya ampun. Joohyun mendekati anaknya yang bersembunyi dibalik selimut biru bergambar Mr. Bean. Suara ringisan terdengar pilu di telinga Joohyun. "Sayang" panggil Joohyun yang sudah duduk di pinggiran kasur Saera. "Eomma minta maaf. Bukannya eomma tidak percaya sama Saera, eomma selalu percaya sama Saera, karena Saera bukan anak yang suka berbohong, iya kan?" Saera kecil pun mengangguk di balik selimutnya. Wajah merahnya terlihat padam saat sang ibu menyibakkan selimut miliknya. Benar-benar kasian Saera kecil. Joohyun membawa tubuh kecil anaknya ke dalam dekapannya "maafkan appa yang salah paham pada Saera, mungkin appa terlalu lelah jadi appa tidak bisa menahan marahnya" tangannya tak pernah lepas untuk mengusap lembut punggung anaknya dan merapihkan rambut Saera yang acak-acakan. Ceklek Pintu kamar Saera terbuka menampakkan tubuh menjulang Taehyung yang kini menunduk. Saera memunggungi pintu kamarnya saat tahu sang ayah yang masuk. Dia masih kesal dengan bentakan sang ayah. Joohyun menatap Taehyung lembut lalu mengangguk, seolah meminta Taehyung berbicara pada putrinya. "Saera" panggil Taehyung ragu. "Ehem" Taehyung mendekati kedua wanitanya, "appa minta maaf telah membentak dan menuduh Saera. Appa menyesal, ternyata pulpen appa jatuh dan ada di kolong sofa" dia memperlihatkan pulpen yang membuat dirinya membentak anak manisnya. "Saera, appa sungguh minta maaf" kini si lelaki tampan itu menggigit bibir bawahnya, takut. Dia takut anaknya tidak memaafkannya. "Tuh, appa sudah minta maaf. Bukankah kalau orang minta maaf harus dimaafkan?" tambah Joohyun menengahi. Saera melirik sang ibu lalu menghela nafas berat. Joohyun tersenyum untuk meyakinkan anaknya agar memaafkan Taehyung. "Ya, baiklah. Saera memaafkan appa" akhirnya ucapan yang Taehyung tunggu-tunggu keluar dari mulut anaknya. Saking senangnya Taehyung menggendong tubuh anaknya dan membawanya berputar-putar. "Terima kasih sayang, appa sayang Saera" katanya setelah berhenti berputar-putar. Saera tertawa senang, lalu mengalungkan tangannya di leher jenjang ayahnya "Saera juga sayang appa" lalu mengecup bibir peach Taehyung. Wanita berambut kecoklatan tersebut tersenyum senang melihat kedekatan anak dan suaminya. Tak ada yang lebih bahagia, selain melihat anggota keluarganya saling menyayangi dan mencintai. Inilah yang membuat Joohyun mencintai Taehyung, dibalik sikap anehnya yang seperti bukan spesies manusia(?), tapi kasih sayang Taehyung mampu menghangatkan suasana. "Baiklah, oh ya apa Saera sudah menyelesaikan tugas sekolah?" Tanya Joohyun yang hampir lupa menanyakan tugas sang anak. Dia selalu menanyakan ini setiap harinya. Saera menggeleng, dia berlari ke ruang tengah untuk mengambil buku tugas. Lalu kembali lagi dengan memberikan buku tugasnya pada sang ibu. Joohyung mengambil buku tersebut, lalu membukanya. Sungguh betapa kaget dirinya saat melihat tugas terakhir yang dikasih gurunya. 1 x 1 = 2 2 x 2 = bebek 3 x 3 = 0 4 x 4 = kursi Lalu terdapat beberapa coretan yang sama sekali tidak dimengerti Joohyun. "Siapa yang menjawab ini, Saera?" "Saera, dibantu appa" Taehyung hanya menggidikkan bahu saat sang anak menunjuk dirinya. Mata Joohyun membulat marah, suasana di kamar ini semakin mencekam, membuat Taehyung merasa tidak enak. "TAEHYUNGGGGGG!!!!!" "Ouch Joohyun ouch sakit, tidakkk asdfghjkl" "Kkkk~"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD