Bab 1

1072 Words
Deru hawa panas menusuk kulit kemerahan gadis cantik berkerudung jingga yang duduk di atas hamparan padang pasir. Matanya menjelajah sekeliling, melihat keakraban yang terjalin pada beberapa pasang anak manusia di sana. Seakan mengisyaratkan jika tempatnya berada kini hanya udiperuntukkan untuk mereka yang dimabuk cinta. Bukan untuk insan yang dirundung duka sepertinya.  Mata bulatnya menangkap sepasang lelaki dan wanita tengah melambai tanggan ke arahnya. Senyum tipis terbit di bibir ranum yang sejak beberapa waktu lalu tidak pernah mengulas senyum. Yang ada hanya senyum getir, mengisyaraatkan bahwa ia tidak baik-baik saja. Bahwa ia tengah terluka sangat dalam, bahkan untuk mencari obat hatinya pun ia tidak bisa.  "Mungkin aku tidak menikah dengan seseorang yang ku cinta, tapi kelak aku akan mencintainya yang menikahiku," lirih gadis itu sebelum beranjak dari duduknya. *** Seorang gadis berjilbab sedang duduk di balik kemudi mobil ia kendarai. Syakilla Noura Iskandar namanya, gadis ceria nan ramah tengah mengendarai mobilnya menuju salah satu mall di Kota Balikpapan. Karena pada hari Sabtu ia tidak bekerja, jadi sering ia gunakan untuk “Me Time.”  Alunan musik mengiringi perjalanannya menuju mall yang terasa lebih lama karena jalanan cukup padat saat akhir pecan seperti sekarang. Syakilla bernyanyi kecil mengikuti lagu di playlist ponselnya. Balikpapan ialah sebuah kota berkembang di Kalimantan Timur. Kota yang tenang dan juga cantik menurutnya, dan kota ini adalah tempat pengolahan minyak perusaan plat merah. Dan Syakilla merupakan salah satu staff perusahaan plat merah yang mengelola sumber daya migas milik negara.  Setelah memakan waktu hampir 45 menit dari rumah, akhirnya Syakilla berhasil memarkirkan mobilnya di basement mal. Hari ini ia memiliki janji dengan sahabatnya untuk bertemu di mall, namun Syakilla memilih untuk datang lebih awal. Kebetulan ada novel yang sudah lama berada dalam daftar keinginannya, jadi ia memutuskan untuk membelinya saat ini. Ia memutuskan untuk menunggu sahabatnya di sebuah kedai kopi setelah membeli novel. Ia menikmati kopi kesukaannya sembari membaca novel yang baru saja dibelinya, wajahnya sangat serius ketika membaca. Bahkan Syakilla tidak menyadari jika ada seseorang yang sejak tadi memperhatikannya. Terkadang wajahnya memiliki berbagai macam ekspresi ketika membaca, membuat orang lain tersenyum melihatnya. Ekspresi menggemaskan yang dimiliki gadis itu seperti magnet yang menariknya untuk mendekat.  Gadis lucu. Kalimat itulah yang ada dalam benak seorang lelaki tampan yang sejak tadi memperhatikan Syakilla. Bahkan ia berani untuk mendekati gadis berjilbab hitam itu, memberanikan diri untuk menyapa. “Boleh saya duduk di sini?” Syakilla menatap lurus lelaki yang tengah duduk di hadapannya, bahkan ia sempat terpaku untuk beberapa saat. Sampai interupsi dari lelaki itu menyadarkannya, “Aah, maaf. Silakan saja, café ini bukan milik saya.” Syakilla kembali fokus pada novel di tangannya, membuat lelaki di hadapannya tersenyum tipis. Karena lelaki itu tahu jika gadis cantik ini tengah merasa gugup, untuk beberapa saat keduanya hanya diam tanpa bicara menciptakan keheningan. Dua orang yang saling tidak mengenal dan berbagi udara yang sama. *** “Sendirian?” Syakilla meletakkan pembatas buku di halaman yang ia baca, pikirannya sudah tidak lagi bias fokus sejak kehadiran lelaki asing di hadapannya. Ia membenarkan posisi duduk dan pakaiannya, kini ia siap untuk merespon lelaki ini. “Seperti yang kamu lihat, aku sendirian,” jawabnya santai namun terlihat enggan. “Fatih,” lelaki tampamn di depannya mengulurkan tangan, tepat di depan Syakilla yang baru saja menyesap ice macchiato kesukaannya. Gadis itu menatap uluran tangan lelaki itu dengan bingung, tanpa berpikir untuk menyambut uluran tangan itu. “Tangan kamu kenapa? Kamu mau minta sesuatu dari aku?” tanyanya heran dan disambut dengan wajah bingung lelaki bernama Fatih itu. “Aku mau kenalanan, namaku Fatih,” kali ini Fatih benar-benar memperkenalkan diri dengan tangan yang masih terululur di hadapan Syakilla. Sebelah alisnya terangkat ketika gadis cantik berjilbab hitam itu tidak membalas uluran tangannya, melainkan menangkupkan kedua tangan di depan d**a.  Berasa lebaran ya lihat ini cewek. Gumamnya dalam hati saat menerima penolakan halus dari gadis itu. “Syakilla... Salam kenal, Mas Fatih.” Kini senyum ramah dan bersahabat Syakilla berhasil mengalihkan pandangan Fatih. Awalnya ia merasa canggung setelah menerima penolakan halus Syakilla, namun kini ia merasa hangat oleh senyum tulus gadis itu. Terlebih lagi Syakilla memang merasa kurang nyaman berada sedekat ini dengan lelaki. Namun kecanggungan yang tadi terjadi tidak berlangsung lama, karena kini keduanya sudah larut dalam perbincangan akrab. Fatih bertanya mengenai novel yang sebelumnya dibaca Syakilla, membuat gadis itu tersipu malu karena ada seseorang yang memperhatikannya sedari tadi. Dari pembicaraan mereka, Syakilla tahu bahwa Fatih adalah seorang Direktur di perusahaan yang bergerak dibidang minyak dan gas. Lelaki yang sudah memasuki usia 30 tahun itu nampak begitu berwibawa dan auranya cukup kuat. “Jadi sampai kapan mau menunggu di sini?” tanyanya pada Syakilla yang masih asik membaca novel, karena ia tahu bahwa gadis ini sedang menunggu seorang teman. Memang sejak beberapa menit lalu mereka telah menghentikan obrolan, memberi waktu bagi Syakilla untuk kembali larut dalam novel yang ia baca. Bahkan beberapa pertanyaan Fatih hanya dijawab gadis cantik itu dengan gedikkan bahu, karena ia ingin fokus membaca dan mengalihkan pikirannya dari lelaki tampan di hadapannya. Bagaimana pun juga Syakilla adalah gadis normal yang sudah pasti memiliki ketertarikan pada lelaki di atas rata-rata seperti Fatih. Bahkan sejak tadi Syakilla harus tahan dengan tatapan mengintimidasi dari para wanita yang sepertinya memperhatikan Fatiih sejak tadi. Dan jujur saja hal itu membuatnya merasa kurang nyaman, dan Fatih sadar dengan tatapan penuh kekaguman kaum hawa di sekitarnya saat ini. Membuatnya tersenyum, terlebih Syakilla yang selalu menghindar untuk menatap matanya lebih lucu lagi. Gadis lucu dan sangat manis. Mungkin pikirannya sedang tidak jernih saat ini, tapi izinkan ia berharap untuk menjadi kekasih gadis cantik ini. Rasanya cukup aneh ketika menginginkan sesuatu yang baru saja ia temukan. Atau mungkin semua ini karena gadis itu adalah Syalilla, gadis lucu dengan berbagai ekspresi. Hanya dengan melihat wajah teduhnya dan berbagai ekspresi lucunya bisa membuat seorang Fatih jatuh cinta pada pandangan pertama. Tunggu dulu. Cinta? Baru saja dia menyebut kata cinta dalam hatinya? Bolehkah ini terjadi? Syakilla merapikan barang bawaannya tanpa mempedulikan kehadiran Fatih di dekatnya saat ini. Apalagi sepertinya sejak tadi Fatih larut dalam pikirannya sendiri, membuat Syakilla tersenyum melihat lelaki tampan itu salah tingkah. Syakilla berdeham untuk menetralkan suasana pada lelaki berparah bule dengan netra coklat madu. Membuat Fatih yang tersadar dari lamunannya menaikkan sebelah alisnya, seakan bertanya pada gadis di hadapannya. “Kamu kalau mau senyum-senyum sendiri jangan di sini. Nanti disangka orang gila,” kekeh Syakilla tertahan. “Wah wah wah. Kamu ternyata usil juga.” “Usil?” tanya Syakilla bingung. “Iya. Kamu usil.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD