Part 01

1071 Words
Cantik banget! Ya ampun kakak gue tuh Mau jadi pacar aku enggak? Alesya Kilatha Aurora a.k.a Kila sudah merasa biasa atas bisikan-bisikan pujian saat dirinya melintas. Di manapun dan kapanpun itu pasti ada orang yang takjub dengan paras cantiknya. Seperti biasa, Kila menyelipkan sisa-sisa rambut dan raut wajahnya diimut-imutkan agar orang yang melihatnya makin dibuat ambyar. "Kila," panggil seorang wanita berseragam biru, Kila menoleh. Terlihat Bu Lauren berdiri di depan pintu ruang guru. Kila menghampiri dengan langkah cepat. "Ada apa ya, Bu?" Kila bingung. "Sini." Bu Lauren mengibaskan tangan, menyuruh Kila masuk. "Mampus! Semoga jangan bahas masalah tentang nilai." batin Kila. Dia menunduk saat berjalan memasuki ruang guru. Badannya membungkuk untuk memberi rasa hormat pada guru-guru yang ada di ruangan itu. "Duduk," Bu Lauren mempersilahkan Kila untuk duduk dibangku yang ada di hadapannya. Gadis itupun menurut. Selembar kertas yang berisi nilai-nilai hasil ulangan kemarin, Bu Lauren letakkan tepat di depan Kila. "Tuh kan," Kila melihat selembar kertas itu memang nilainya sangat di bawah KKM. "Kamu lihat kan?" Bu Lauren memastikan. "I... iya, Bu." Kila menunduk. Telinganya sudah siap untuk mendengar nasihat-nasihat yang sebentar lagi akan dilontarkan Beliau. "Jangan mentang-mentang kamu anak pemilik sekolah ini, kamu jadi malas buat belajar." kata Bu Lauren. Kila mengangguk, tapi setelahnya dia mengabaikan nasihat gurunya itu karena bagi Kila, belajar adalah hal yang paling membuat kepalanya serasa pusing apalagi jika ada rumus matematika rumit terpampang di depannya, sudah pasti Kila ingin menangis karena sama sekali tidak paham. "Ini udah semester akhir. Kamu sekarang udah kelas 11 SMA, dua tahun lagi kamu lulus dan nilai buat masuk ke perguruan tinggi itu harus memuaskan nggak rendah kaya gini," "Iya, Bu. Maaf, saya bakal belajar lebih giat lagi." "Ibu dapat pesan dari orangtua kamu. Katanya suruh nyari guru privat buat kamu," tutur Bu Lauren. Kila sontak mendongak, terkejut. "Beneran, Bu? Tapi saya bisa belajar sendiri kok." Kila dengan halus menolak. Jika dirinya mempunyai guru privat, maka hidup nya akan bosan terlebih lagi mendengar seseorang menjelaskan materi panjang lebar. Itu akan membuat diri nya jenuh sekaligus mengantuk. "Ibu enggak percaya kamu bisa belajar sendiri. Ibu udah nemu guru privat buat kamu," "Tapi, Bu. Saya enggak mau" Kila memohon, menyatukan kedua tangan nya. "Enggak ada tapi-tapi an, kamu harus mau." Bu Lauren bangkit, mengambil buku-buku, bersiap untuk mengajar kelas 10. "Tapi saya nggak mau, Bu." kali ini, Kila memegang erat tangan Bu Lauren. Tak peduli kedua bola mata para guru yang ada di sana sedang memperhatikan. Bu Lauren melepaskan tangan Kila dengan perlahan. "Di mau-mau in, ntar jadi mau." "Ibu ngomong apa sih, pokoknya saya nggak mau atau ibu, saya laporin ke ayah biar ibu dipecat." ancam Kila. Bu Lauren terkekeh kecil. "Ibu disuruh ayah kamu buat nyariin guru privat jadi, tindakan ibu ini enggak salah." Kila mematung setelah mendengar perkataan wanita yang sudah menjadi guru di SMA Sebum selama 5 tahun itu. "Ya udah iya... tapi yang jadi guru privat saya siapa, Bu?" Kila akhirnya mau. "Naufal." ujar Bu Lauren. "Apa? Minus!" Kila tercengang. Tidak! pasti akan terasa membosankan dengan murid yang sudah terkenal sebagai kutu buku itu. Di dunia ini... musuh terbesar Kila adalah buku. Karena baginya, buku sangat membosankan. "Kalo buku pelajaran bisa bikin baper kaya novel, udah pasti gue baca setiap hari." begitu lah jawaban yang ia lontarkan ketika disinggung temannya karena tak pernah membuka buku sama sekali saat di sekolah. ***** "Fal," panggil seorang gadis berambut hitam sepunggung yang dibiarkan tergurai dan hanya dipasangkan sebuah bando berwarna putih di atas kepalanya. Naufal menaikkan kacamata yang sudah turun dari kedua matanya. Memandang gadis yang ada di depannya dengan tatapan mendalam. Tak lama kemudian bibirnya membentuk lengkung indah setelah melihat sahabat kecil sekaligus teman sekelas nya, Lusi. Lusi berlari kecil menghampiri Naufal. Tangan nya tanpa ragu-ragu merangkul lengan Naufal. "Yuk, bareng. Kamu udah ngerjain pr metematika?" tanya Lusi. "Gue udah." Naufal adalah anak yang terpandai di kelasnya. Saat pertama kali masuk SMA Sebum, dirinya pernah dibully oleh teman-teman baru nya karena memakai kacamata seperti orang cupu namun, saat semester pertama kelas 10 semua murid tercengang melihat nilai tinggi Naufal dan beberapa bulan setelahnya, Naufal juga berhasil memenangkan lomba cerdas cermat antarprovinsi. Sejak saat itu lah dirinya tidak lagi dibully melainkan dipuji habis-habisan. Ketika Lusi merangkul lengan nya, Naufal sama sekali tidak keberatan karena Lusi merupakan orang yang selalu ada dalam keadaan apapun. Sikap polos yang melekat dalam diri Lusi membuat Naufal senang, dia sudah menganggap Lusi sebagai adiknya sendiri. Kila masuk ke dalam kelasnya dengan muka merengut membuat Dania penasaran. "Kenapa lo?" tanya Dania. Kila mendudukkan dirinya dengan malas. "Guru privat." Kila enggan menjelaskan panjang lebar. Dania menautkan kedua alisnya. "Maksud lo apa sih? Ngomong yang komplit jangan setengah-setengah kaya gitu." "Gue disuruh belajar sama guru privat. Huuuuuaaaaa" Kila menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan. Dania mengelus-elus punggung sahabatnya, bukan merasa kasihan tapi merasa khawatir pada orang yang akan menjadi guru privat Kila karena sahabatnya itu sangat susah diajar sekaligus diatur. "Udah... udah... jangan lebay kaya gini." Dania menenangkan sahabatnya. Kepala Kila mendongak, kemudian mengacak rambutnya dengan frustasi. Mata yang ada di kelas itu memperhatikan Kila. "Apa kalian liat-liat!" ketus Kila membuat semua murid menunduk kembali. "Btw, guru privat nya siapa? Cogan kah atau senior kita?" Dania antusias mendengar jawaban Kila selanjutnya. "Salah dua-dua nya." bantah Kila sambil menyilangkan kedua lengannya. "Trus siapa?" Dania semakin penasaran. Tangan Lusi yang tadinya melekat dilengan Naufal seketika terlepas setelah mereka sudah sampai di kelas. Melihat Naufal masuk, Kila menjadi semakin stress. Bayangkan! Jika 1 hari penuh dihabiskan untuk belajar bersama Naufal yang merupakan kutu buku. Kepribadian mereka berlawanan. Kila tidak mau! Rasanya dia ingin menghilang dari bumi ini. "Kok lo diem aja sih, ditanya." Dania mendecak. "Tuh yang baru aja masuk. Dia bakal jadi guru privat gue," Kila merotasikan mata nya. "What! Si Naufal? Bakal jadi guru privat lo?" Dania mengulang. Mendengar namanya disebut, Naufal memandang sekilas mereka berdua namun dia berusaha acuh. Jika meladeni dua anak itu, maka waktu emas Naufal akan terbuang sia-sia. "Udah ah, jangan dibahas lagi. Mood gue jadi berantakan" Kila berdiri. Disusul Dania yang selalu mengekorinya. "Tunggu. Maksud kalian apa ya? Sebut-sebut nama Naufal" ucap Lusi membuat Dania menoleh, sedangkan Kila memilih pergi begitu saja. "Ntar lo juga bakal tau." ujar Dania, kemudian mengejar Kila. Bughh Akh Kepala Kila serasa menabrak sesuatu. Gadis itu memegangi keningnya dengan tatapan tajam, dia mendongak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD