Prolog

355 Words
Selvanya melangkah gontai sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling pusat perbelanjaan mencari temannya yang sudah lebih dulu menghilang dari pandangan. Ia tidak sengaja menabrak seseorang karena dirinya terburu-buru. Saat ia menengadah, tidak disangkanya bahwa yang ditabraknya adalah mantan suaminya. Tidak. Mereka belum bercerai meski suaminya sudah menikah lagi. Empat tahun mereka berpisah dan selama itu pula Vanya tidak pernah melihat suaminya kecuali di televisi saat pernikahan pria itu dengan wanita lain. Pertemuan tak terduga ini membuat Vanya mati kutu. Dirinya bingung hendak melangkah ke mana ketika melihat mantan suaminya sedang menggandeng seorang wanita dengan anak laki-laki yang ada di dalam rangkulan wanitanya. Anak itu adalah putranya. Vanya merindukan putranya, tetapi dirinya tidak pernah bisa berjumpa dengan Laxy Vaulo Myllano karena Avel melarangya. Kini, perasaan haru itu menyeruak di dadanya agar bisa memeluk sang anak. Namun, saat tatapannya bertemu pandang dengan Avel, Vanya seolah-olah merasakan beton tinggi menghalangi dirinya untuk berjumpa dengan suaminya. “Maaf. Saya buru-buru.” Vanya bergumam seolah-olah mereka tidak pernah kenal. “Berjalanlah dengan benar lain kali,” ujar wanita yang berada disamping Avel itu dengan sinis. Vanya mengangguk. “Sekali lagi saya minta maaf.” Wanita itu mengibaskan tangannya angkuh agar Vanya segera menjauh. Tatapan Vanya kembali beralih kepada putranya yang sudah berumur empat tahun yang sedang lucu-lucunya. “Mom, kita ke sana.” Anak itu merengek, membuat hati Vanya berdenyut nyeri mendengar panggilan putranya yang seharusnya untuknya, tetapi ditujukan kepada orang lain. “Iya, Sayang,” jawab wanita yang merupakan model papan atas itu. Vanya segera pergi dari sana karena tidak sanggup hatinya kembali terluka, apalagi dengan tatapan tajam Avel yang memperingatkannya untuk tidak mendekati putranya sendiri. Vanya menuju basement tempat mobilnya terparkir. Ia lebih baik menunda untuk mencari temannya. Hatinya tak lagi dalam suasana baik. Tiba-tiba saja, tangannya tertarik ke belakang membuat wanita itu kaget hingga punggungnya menyentuh d**a bidang seseorang seolah-olah Vanya kini sedang dipeluk dari belakang. Embusan napas halus di tengkuknya membuat Vanya merinding. Pria itu menyampingkan rambut Vanya ke kiri bahunya sehingga dengan leluasa bisa mengendus leher jenjangnya. Ia tahu siapa pelakunya Avel bertanya sinis, “Bagaimana perasaanmu ketika melihat anakmu sendiri dirawat wanita lain, hm?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD