✍ PROLOG

1148 Words
◦•●◉✿❁ 2009 — WEDDING DRESS / GAUN PENGANTIN ❁✿◉●•◦ ⠀ ✒️ ❝ Aku rasa aku pernah tersesat mengenali cinta.  Itu normal, 'kan?  Kadang bertemu orang jahat, yang sibuk menyakitimu.  Kadang bertemu orang baik, tapi terlarang untukmu.  Ada pertemuan tentu ada perpisahan.  Maka pintalah pada-Nya,  supaya kamu dipertemukan dengan yang tak terpisahkan,  di dunia dan akhirat.  ⠀ Semoga pengalamanku bisa diambil pelajarannya.  Jangan lakukan kesalahan yang sama.  Karena yang kita miliki di dunia, tidak berlaku selamanya. ❞  ⠀ { Notes 1 : Roselva Walen — Memories of you (Kenangan tentangmu) } ✒️  ⠀ ⠀ Apa maksud Daimon menyerahkan peti antik ini? pikirku seraya menatap peti besar di hadapanku.  Peti itu terbuat dari kayu jati. Panjangnya sekitar 1,2 meter dengan lebar 60 cm dan tinggi 1 meter. Warnanya cokelat mengilap. Peti itu juga memiliki ukiran sulur-sulur tanaman dengan bunga berselang-seling pada bagian tepi permukaannya. Tersambung saling melilit. Cantik. Di pertengahan tutupnya, terukir sosok seorang wanita mengenakan wedding dress dan mahkota dengan slayer. Wanita itu duduk di antara batu-batuan sungai yang airnya tampak beriak seolah memerciki kakinya. Ukiran yang sangat halus dan detail sekali.  Aku menyentuh tutup peti. Sedikit berdebu, pikirku sembari meniup permukaannya, lalu terbatuk sekejap.  Kira-kira apa isinya, ya?  Kuamati gemboknya. Di sana terdapat ukiran bunga teratai. Sama seperti yang kutemukan pada kepala kunci. Semakin bertambah rasa penasaranku.  Perlahan aku membuka gembok itu. Agak susah, karena kelihatannya gemboknya sedikit berkarat. Hampir saja aku memanggil Daimon kembali untuk menolong membuka peti itu. Tapi begitu pikiran itu terlintas, gemboknya terbuka dengan bunyi klik kecil. Mataku berbinar.  Dengan b*******h aku membuka tutup peti. Ada sesuatu yang dibungkus plastik hitam tebal di dalamnya. Seperti kantong mayat saja. Hiiii ... seraaamm ...!  Daimon tidak sedang mengerjaiku, 'kan? Pikiranku mulai membuat gambaran-gambaran mengerikan tentang isi kantong plastik ini.  Mataku menangkap amplop berwarna cokelat bata yang diselipkan di sudut kanan peti. Kecurigaanku mulai berkurang. Aku menghembuskan napas lega.  Surat?  Warna kertasnya sudah mulai kusam. Aku membuka lipatannya.  Tulisan itu ....  Jantungku berdetak kencang.  ⠀ ◦•●◉✿❁♥❁✿◉●•◦  ⠀ ✒️ Hai Lovey (Sayang) ....  Masih boleh, 'kan, aku panggil begitu ...?  Berapa umurmu sekarang?  Aku tahu sebentar lagi kamu akan menikah, karena kalau belum, mana mungkin Daimon menyerahkan bingkisan ini padamu.  Sebenarnya sudah lama sekali, mungkin sejak kita di villa ... masih ingat, 'kan ...?  Waktu itu aku ingin memberikan ini padamu. Benar-benar cocok dan cantik luar biasa saat kamu kenakan. Tapi aku rasa waktunya belum tepat. Jangan-jangan kamu bakal minta cepat-cepat dinikahi.  Huahahaha .... Just kidding, Luv (Cuma bercanda, cinta)! ✒️  ⠀ Aku tersenyum mengingatnya.  Tawanya. Lesung pipinya.  Aku rindu.  Miss you so bad (Sangat merindukanmu), Wim.  Tapi sekarang yang tampak hanya tulisan 'hahaha ... hehehe'.  Dasar orang aneh.  Kamu tidak pernah berhenti bercanda.  ⠀ ✒️ Kamu ingat, Babe, waktu pertama kali kita ke villa? Kamu aku foto dengan kebaya dan gaun ini.  ‘Aku suka’, kamu bilang begitu. Kamu juga bilang ingin mengenakan keduanya di hari pernikahanmu. Pernikahan kita, tadinya.  Namun, keadaan tidak bisa membuat kita bersatu. Tapi tak apa. Meskipun kita tidak akan pernah bisa menikah, kamu tetap bisa mengenakan wedding dress ini untuk pernikahanmu. Aku ingin kamu memakainya ....  Masih ingat juga nggak, saat kamu mengatakan menerima aku apa adanya? Termasuk semua kekuranganku.  Kamu merasa hidup kita sudah lengkap dan bahagia. Aku pun begitu. Buat kamu, aku adalah Prince Charming (Pangeran Tampan)-mu. Lalu selayaknya dongeng para princess (putri) atau film dan novel romantis cengeng yang kamu tonton dan baca sambil menangis bercucuran air mata, kisah cinta kita juga akan berakhir 'happily ever after (bahagia selamanya)’.  Ramalmu. Harapku.  Huff ...! It's impossible to happen, for sure (Itu tidak mungkin terjadi, pastinya).  Menggelikan memang. Sungguh cara berpikir praktis, simple, dan to the point (tepat sasaran). Aku nyaris kejang usus tertawa karena ocehan polos kamu.  Maklum ..., ‘Engkau masih anak sekolah, satu SMA ....’ ✒️  ⠀ Aku kelas 3 SMA waktu itu Wim, ralatku dalam hati.  ⠀ ✒️ But I love it. I'm serious (Tapi aku suka itu. Aku serius). Jalan pikiranmu manis sekali.  Aku suka caramu bermimpi. Aku tak punya impian. Kamu membuatku punya tujuan hidup selain 'terlanjur masih bernapas'. Aku ingin mewujudkan mimpimu. As much as I can do (Sebanyak yang bisa aku lakukan). ✒️  ⠀ Aku tertawa, tapi dengan air mata berderai.  Peristiwa itu kembali menyelinap dalam ingatanku. Mata itu ... senyumnya ....  ⠀ ✒️ Mungkin sudah pertanda, waktu itu aku tidak sempat mengenakan jas untuk berfoto denganmu. Sebagai gantinya aku membuat foto editan kita berdua menikah dengan kamu mengenakan gaun ini.  Tapi kamu masih protes kenapa mataku berwarna biru. Ku bilang di foto itu aku memakai lensa kontak. Biar kelihatan macho. Tapi kamu malah marah dan mengambek. I'm really sorry about that (Aku sangat menyesali itu).  Apa foto itu sudah kamu buang, Hon? ✒️  ⠀ Aku menggeleng cepat. Mana mungkin.  ⠀ ✒️ Sugar ... kamu nggak keberatan, 'kan, mengenakan gaun ini saat hari bahagiamu?  Aku ingin sekali berpartisipasi dalam acara spesial itu. Tapi, entahlah, kalau saat itu tiba, aku takut akan cemburu kalau kamu dipinang orang.  Siapa pria beruntung itu? Apa dia orang yang sudah aku duga? Ataukah orang lain?  Aku tidak akan memaksakanmu untuk memilihnya, hanya karena aku ingin dia yang menganggantikanku untuk menjagamu. Mencintaimu lebih dariku.  Kalau itu pria lain, apa dia lebih baik dan lebih cakep dari aku?  Semoga kamu selalu bahagia, karena kamu juga sudah membuat aku bahagia, khususnya di saat- saat terakhirku.  Kirim doa untukku selalu, ya .... Promise (Janji) ...?  ⠀ With Love (Dengan Cinta)  ARCHEWIM ✒️  ⠀ ◦•●◉✿❁♥❁✿◉●•◦  ⠀ Aku mengecup surat itu.  Mendekapnya dengan penuh cinta.  Lalu mengusap air mata yang mengalir di pipiku.  Wim ..., sekarang aku sudah bahagia.  Aku akan menikah dengan orang yang sangat kucintai dan mencintaiku juga.  Dia laki-laki yang sangat baik.  Dia persis seperti apa yang ada dalam doaku. Dia begitu mirip dirimu, Wim.  Kamu sudah menduga siapa dia.  Dia masih bagian darimu juga Wim.  Aku akan menceritakannya padamu nanti.  Tapi sebelumnya, benar yang kamu katakan waktu itu, babe. Ketika kita mengikhlaskan apa yang hilang dari kita, tapi terus berprasangka baik kepada sang Pencipta, Tuhan pasti akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik. Yang terbaik. Karena Tuhan tidak akan menginginkan keburukan terhadap hamba-Nya. Hanya diri kita sendirilah yang senang menganiaya diri sendiri.  Oya, aku pasti akan mengenakan gaun pengantin ini.  Aku janji.  Aku juga janji akan mengirim banyak doa untukmu, selalu.  Semoga Tuhan mempertemukan kita di surga-Nya kelak sebagai sahabat sejati.  Kamu dan kenanganmu, sangat berarti untukku.  Archewim K. Davies.  This story is about your memories and us (Cerita ini adalah tentang kenanganmu dan kami).  . . . ◦•●◉✿❁♥❁✿◉●•◦ 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD