Kembali Berlari

922 Kata
Kunci pertama gagal. Kunci kedua pun gagal. Kunci ke tiga masih sama. Namun Athar tidak menyerah. Ia terus berusaha. "Thar, bisa kalem dikit nggak? Berisik banget kamu. Kalau mereka denger gimana?" Freya menyuarakan kekhawatirannya karena suara gemerincing kunci pintu yang berisik. "Astaga ... namanya juga gerombolan kunci. Terbuat dari logam. Ya wajar kalau suaranya berisik. Yang jelas aku nggak bisa kalem. Karena kita harus cepet tahu mana kunci yang cocok." "Iya, tapi kalau mereka denger gimana?" "Sepertinya kalau kita cepet ketemu sama kuncinya, kemungkinan akan ketahuan menjadi kecil. Kalau kalem, kemungkinan bakal ketahuan jadi dua kali lipat besarnya. Lagian sekali pun ketahuan, kayaknya bukan karena gemerincing kunci. Tapi karena obrolan kita." Athar lagi - lagi mementahkan ucapan Freya dengan kata - kata pedasnya. Freya pun lagi - lagi terdiam seribu bahasa. Hingga hampir habis gerombolan kunci di tangan Athar, tetap saja belum ketemu kunci yang cocok dengan pintu tersebut. "Thar, kalau ternyata itu bukan kunci pintu ini gimana? Gimana kalau kuncinya ternyata disembunyikan di tempat lain?" Freya menyuarakan kekhawatiran lanjutan. "Mana kita tahu kalau belum dicoba semuanya." Athar menjawab masih dengan konsentrasi mencoba satu per satu kunci. Ia pun sebenarnya memiliki kekhawatiran yang sama dengan Freya. Hanya saja ia tidak mau berhenti mensugesti dirinya sendiri untuk terus berpikir positif dan berusaha. Karena itu adalah satu - satunya kekuatannya saat ini. Harapan untuk segera bebas. "Di sini kalian ternyata!" Suara itu ... Freya bahkan tak berani menoleh. Ya, mereka sudah ketahuan. Freya sangat takut, namun pada akhirnya ia menoleh juga. Dilihatnya si kumis, lelaki yang membiusnya, si Afro America, dan juga si kaukasoid. Tak hanya mereka. Di belakang mereka masih ada belasan orang yang mengawal. Semuanya berbadan tinggi besar. Bersiap untuk menghabisi Freya dan Athar saat ini juga. Athar berusaha tak gentar meski ia pun ketakutan. Saking takutnya kedua tangannya sampai bergetar. Tapi ia tidak mau menyerah. Ia terus berusaha mencoba kunci satu per satu. Ia memegang erat gerombolan kuncinya supaya tidak jatuh. Kalau sampai jatuh, itu akan menunda kebebasan mereka. "Mau ke mana kalian, ha? Mau kabur, ha? Jangan harap kalian bisa kabur. Kalian hanya dua orang lemah. Sementara kami ada banyak. Kalian pasti akan kalah. Jadi dari pada kalian meregang nyawa, lebih baik serahkan diri saat ini juga!" Sepertinya si kumis adalah juru bicara mereka, atau seorang pimpinan yang posisinya ada di bawah Wardhana. Pasti ia adalah orang kepercayaan Wardhana. Freya begitu gemetar karena ketakutan. Ia tidak bisa bicara apa pun. Hanya terdiam sembari menatap para penculik itu dengan tatapan penuh ketakutan. Terdengar bunyi klek khas kunci yang akhirnya terbuka. Kedua mata Athar membulat tanpa sedikit selebrasi karena ia sudah berhasil menemukan kuncinya. "Coba saja tangkap kami kalau bisa!" Athar akhirnya menoleh pada orang - orang itu. Ia kemudian menyeringai. Langsung ditanggapi dengan amarah oleh para penculik. Freya masih diam. Kini ia pasrah dengan apa pun yang akan terjadi setelahnya. Ketika semua orang bersiap hendak menyerbu Athar dan Freya, Athar segera membuka pintunya. Seketika cahaya terang menyapa. Akhirnya, mereka semakin dekat dengan kebebasan. Freya yang masih terlalu takut sampai tak sadar jika pintu sudah dibuka oleh Athar. Ia masih diam mematung ditenggelamkan ketakutan. Athar segera meraih pergelangan tangan wanita itu, menariknya untuk ikut keluar bersamanya. Akhirnya kini mereka benar - benar sudah menyeberang keluar pintu. Sebelum terlambat, Athar segera menutup pintu kembali dengan secepat kilat. Mereka berusaha mendobrak pintu di balik sana. Athar berusaha keras menahan semuanya, sekuat tenaga ia kerahkan. Sembari ia berusaha mengunci pintu itu kembali dari luar. Freya yang akhirnya tersadar bahwa ia tidak jadi mati, segera membantu Athar untuk menahan pintu. Bantuan dari Freya sangat berpengaruh. Athar jadi memiliki sedikit celah untuk memasukkan dan memutar kunci pintu itu. Sekali lagi bunyi klek terdengar dua kali. Syukur lah. Pintu sudah terkunci. Mereka memanfaatkan sedikit waktu untuk sedikit menghela napas lega. "Ayo ... kita udah nggak punya waktu lagi. Keburu Wardhana dateng, dia pasti bakal bawa anak buah lebih banyak." Athar segera mengingatkan Freya bahwa nyatanya perjuangan mereka belum berakhir. Freya sebenarnya masih enggan. Ia butuh lebih banyak waktu untuk mengistirahatkan jantungnya. Tapi mereka sudah berhasil sejauh ini. Ia tidak boleh menyerah. "Ayo." Freya Akhirnya bangkit. Mereka berdua pun akhirnya kembali berlari melewati lorong panjang. Entah pintu keluar dari gedung ini masih jauh atau tidak. Tapi mereka yakin, akan segera menemukan keberadaan pintu itu. Keduanya terus berlari dan berlari. Freya sekali lagi mendapati Athar sibuk memegangi dadanya. Rautnya seperti menahan sakit. Seharusnya yang sakit adalah kepalanya bukan? Kepalanya kemarin sampai mengalami pendarahan cukup hebat. Atau dadanya sakit karena pukulan dari Wardhana kemarin. Mungkin Athar mengalami luka dalam karena pukulan itu. Dan ternyata pandangan Freya tadi tidak salah. Tentang Athar yang nampak pucat. Tadi pencahayaan hanya sedikit. Sekarang ... dilihat dari pencahayaan seterang ini, terlihat jelas bahwa Athar memang sangat pucat. "Ayo, cepat sedikit larinya!" Meski kesakitan dan kesulitan bernapas, Athar tetao berusaha menggembleng Freya. Sekuat apa pun Freya, nyatanya Freya tetap lah wanita biasa yang memiliki sisi lemah da manja. Sekuat apa pun fisik seorang wanita, tetap saja tak akan sepadan dengan kekuatan fisik laki - laki. Athar sebenarnya sakit karena Freya begitu kuat. Belum tentu wanita lain akan kuat jika asa di posisi Freya saat ini. Freya tampak sangat lelah. Seperti sudah tidak kuat lagi berlari. Freya Akhirnya berhenti. Napasnya naik turun tak keruan. Athar terpaksa ikut berhenti. Ternyata Freya tidak berhenti terlalu lama. Gadis itu kembali berdiri, kemudian menggelung rambut panjangnya ke atas. Athar terdiam sesaat menatap Freya dengan rabun Bun berantakan. Entah kenapa Freya terlihat lebih cantik dengan rambut seperti itu. "Ayo." Freya berusaha mengembalikan semangatnya. Athar tersenyum tipis. "Ayo." Kemudian mereka pun kembali berlari. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN