Menggantung Kata

1043 Kata
Selesai menjalani serangkaian perawatan, Freya kini sedang di make over langsung oleh pakarnya. Wajahnya dipoles dengan make up warna alami. Polesan make up bergaya flawless itu sukses membuat Freya terlihat semakin cantik, seakan - akan ia tidak memakai make up. Padahal banyak layer make up yang digunakan. Hanya saja pemilihan warna yang baik, dan teknik yang tepat, menjadikannya begitu sempurna. Baru lah setelah selesai dengan urusan make up, Surya Pratama menyanggul rambut panjang Freya. Bukan sanggul resmi yang rapi. Justru sanggul modern dan sederhana, diberi efek Messy supaya terlihat natural, dan memberi kesan lebih imut. Nyatanya memang karya tangan Surya Pratama, tak pernah mengecewakan. "Ar ... tinggal beli gaun yang pas, udah pasti cakep banget, jadi bidadari dia ntar." Surya memuji Freya dengan sepenuh hatinya. Karena ia sendiri sampai takjub melihat penampilan Freya saat ini. Archie? Ia bahkan belum berkedip sampai sekarang. Tatapannya lurus pada Freya, kehilangan kata - kata saking indahnya ciptaan Tuhan yang kini tengah berdiri di hadapannya ini. "Woy Ar ...." Surya Sampai harus menyadarkan Archie dengan melambaikan tangan di depan wajah lelaki itu. Baru lah Archie kembali ke dunia nyata. Freya tak bisa menahan senyumnya kali ini. Ia merasa senang sekaligus puas melihat Archie begitu terkagum dengan penampilannya. Selepas sedikit mengobrol dengan Surya dan juga para karyawan, Archie dan Freya akhirnya berpamitan. Di dalam mobil, Archie masih menatap Freya lekat. Lagi - lagi ia kehilangan kata - kata. "Kenapa sih Ar?" Freya coba memancing. Archie tersenyum. "Well, sepertinya ini udah jadi rahasia umum. Kamu juga pasti udah tahu. Tapi aku tetep aja bilang, you ' re so beautiful." Archie mengatakan itu dengan tulus. Karena ketulusan itu, Freya segera menanggapi dengan senyuman kebahagiaan yang tulus juga. "Thanks, Archie ...." "You Don ' t need to say thanks. Because that ' s a fact." Freya lagi - lagi tersenyum. "I feel so special tonight. Thank you." "You ' re so welcome." Archie mempercepat laju mobilnya karena ingin segera sampai di tujuan. "Selanjutnya tujuan kita ke mana?" Freya coba bertanya. "Uhm ... aku nggak mau kasih tahu dulu. Biar surprise. Tapi aku lihat kamu punya beberapa koleksi dari sana. Hanya saja, aku yakin, kamu beli semua itu lewat online atau lewat toko reseller. Kamu pasti belum pernah ke sana langsung." Freya mengernyit. Mencoba memikirkan kata - kata Archie. Tapi ia tida mendapatkan petunjuk sama sekali. "Okay, yang jelas aku yakin kamu akan bawa aku ke tempat yang terbaik." "So pasti." *** Meski yakin bahwa Archie akan membawanya pada tempat terbaik, tapi Freya tetap penasaran ke mana Archie akan membawanya. Freya memperhatikan setiap detail jalan yang dilalui Archie. Sembari menyambungkan petunjuk di awal yang diberikan Archie. Freya sudah punya beberapa koleksi dari sana. Tapi Archie menganggap ia belum pernah ke sana secara langsung. Dan akhirnya kedua mata Freya membulat. Tidak salah lagi. Archie akan membawanya ke Butik J. Ya, tempat Jena. Astaga ... Archie menganggapnya belum pernah ke sana. Padahal sudah pernah. Dengan Athar. Bagaimana ini? Archie pasti akan terpancing emosi jika tahu bahwa ternyata ia sudah pernah ke sana. Apalagi ia ke sana dengan Athar. Aduh ... jangan sampai nanti Jena kelepasan bicara tentang itu. Kini pun Freya pusing memikirkan bagaimana caranya supaya tidak ketahuan pernah ke sana dengan Athar. *** Sampai di Butik J, Freya harap Jena sudah pulang. Karena biasanya di sore hari -- dulu -- wanita itu selalu dijemput oleh Athar. Kemudian Butik J ia serahkan pada karyawan sampai tutup. Sayangnya impian Freya tidak terwujud. Sampai semalam ini, Jena masih berada di dalam butik. Ia telah mengubah jadwal kerjanya terhitung semenjak Athar pindah ke Pare. Ia ingin bekerja lebih keras. Membiarkan supir menjemputnya di malam hari setelah Butik J tutup. "Woah, Archie ... Freya ...." Jena menyambut kedatangan Archie dan Freya dengan hangat. Jena kini yakin bahwa perasaannya sudah sepenuhnya berpindah pada Athar. Jika tidak -- jika ia ternyata masih memiliki rasa pada Archie -- ia pasti akan cemburu melihat Archie datang bersama Freya seperti ini. Dulu saja ia sering cemburu melihat kebersamaan Archie dengan Raya yang notabene sahabatnya sendiri. "Kamu cantik banget, Frey." Jena segera memuji Freya. Freya tersenyum canggung. Ia senang Jena memuji, tapi ia masih bingung harus mengelak dengan cara apa pada Archie. "Thanks, Jena. Kamu jauh lebih cantik," jawab Freya. Ia lalu menatap Archie lekat. Tatapan Archie nampak sulit diartikan. Archie belum bicara sepatah kata pun. Pasti karena ia terkejut setelah tahu bahwa Freya dan Jena sudah saling kenal. Ya, dulu Jena pernah sekali melihat Freya di pemakaman Raya. Tapi apakah hanya dengan satu kali melihat, lantas mereka jadi akrab seperti ini. Jelas muncul asumsi - asumsi dalam pikiran Archie. Sementara orang yang sama - sama dikenal oleh Freya dan Jena selain Archie ... hanya Athar seorang. "Kalian sudah saling kenal?" Archie akhirnya bertanya. "Ya, tentu aja kami udah kenal, Ar." Jena yang menjawab. Detak jantung Freya berdetak cepat sekali. Ia harus segera menyela obrolan mereka, atau ia aka ketahuan sudah pernah ke sini bersama Athar. "Kok bisa udah saling kenal?" Archie lanjut bertanya. Freya lihat Jena sudah hendak menjawab. Tapi ia segera menyela. "Ya, kami udah kenal, Ar." Freya menjawab dengan nada suara yang kelewat tinggi. Tentu saja karena ia sedang berada dalam keadaan terdesak. Hingga tidak bisa mengontrol segala hal dengan baik. "Aku udah pernah ke sini beli baju. Kamu salah duga tadi, Ar. Aku sering kok beli ke sini langsung. Makanya aku punya beberapa koleksi brand J." Freya mengatakan itu sembari menatap Jena dengan tatapan memohon. Jena awalnya bingung kenapa Freya harus berbohong. Tapi melihat tatapan memohon Freya, ia jadi kasihan. Dan lama - lama ia sadar. Dulu saat Freya ke sini pertama kali, ia bersama Athar. Ah, Jena mengerti sekarang. Ia tentu paham bahwa Archie adalah seseorang yang sangat cemburuan. Ia tidak ingin Archie tahu tentang itu. Terlebih hubungan Archie dan Athar tidak terlalu bagus. "Iya, Ar. Freya sering kok Dateng ke sini. Makanya kami udah kenal cukup akrab." Jena memutuskan untuk membantu Freya. Ia tahu berbohong itu perbuatan tidak terpuji. Tapi kan lain cerita jika bohong demi kebaikan. "Aku kok nggak tahu kalau kalian udah saling kenal?" Archie lanjut bertanya. "Padahal aku Deket dengan Freya. Dan Deket sama kamu juga, Jen. Jangan - jangan ...." Archie menggantung kata - katanya. Tapi sudah jelas tebakannya mengarah pada Athar. Freya dan Jena saling bertatapan. Sama - sama bingung harus menjelaskan bagaimana. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN