BAB I

609 Kata
Seorang pemuda tinggi dengan cukup tergesa gesa memasuki sebuah rumah minimalis.   "Archel?!" Panggil seseorang dengan lembut terhadap pemuda tersebut.   "Hmm." Balas Archel hanya berdehem.   Mendengar dialog dari lantai bawah, seorang pria yang gagah pun menyudahi pekerjaannya, ia terlihat turun dari anak tangga bewarna putih, tetapi materialnya terbuat dari kapas dengan jahitan yang sangat lembut.   "Bagaimana? Kamu mendapatkannya Archel?" Tanya pria tersebut terhadap Archel yang merupakan anaknya. Archel yang terlihat sibuk, hanya menjawab dengan sebuah anggukan pasti, dan membuat sosok ayahnya tersenyum puas terhadap anaknya.   "Kerja bagus," Ujar ayahnya, dan segera mengampirinya, begitu juga dengan Ibu Archel.   "Pekerjaan seperti ini tidak sulit, namun cukup menyusahkan, karena banyak sekali sensor, dan alat pelacak pada tubuh mereka,"  Archel berujar yang membuat kedua orang tuanya mengangguk secara bersamaan.   "Sepertinya perlu alat untuk merusak gravitasi dan signal yah?" Tanya ibunya, lalu menatap Archel.   "Sepertinya begitu Ibu," Balas Archel, lalu terlihat ayahnya mengangguk paham.   "Sepertinya Ayah dan Ibumu pernah merancang ide untuk alat seperti itu, bukankah begitu Val?" Tanya Ayah Archel terhadap istrinya.   "Iya, sepertinya aku masih menyimpannya di gudang dimensi." Ibu Archel terlihat tersenyum, lalu beranjak pergi. Dan disusul oleh Ayah Archel. Archel yang melihat kedua orang tuanya berinteraksi merasa bangga, bahwa kedua orang tuanya merupakan sosok ilmuwan hebat, dan bahkan cukup berpengaruh.   Ya, kedua Orang tua Archel merupakan orang hebat. Sosok ayah yang bernama Aldera Georgian Viexra, dan lebih sering dipanggil Axer. Axer sendiri merupakan sosok berpengaruh sebagai sponsor dan pengembangan ide terhadap pemerintahan Vanxyere. Axer juga merupakan pimpinan pusat perusahaan teknologi termuka di kota tersebut, yaitu AV.Corporation. Dan begitu juga dengan ibunya, Vallery Bianca Collins. Vallery, merupakan sosok wanita terbaik dan tercerdas di kota Vanxyere. Valle adalah seorang ilmuwan ternama dari AX.Corporation, dimana dia merupakan penasihat sekaligus ahli perkembangan pada perusahaan tersebut.   Setelah kedua orang tuanya yang menurutnya sangatlah hebat tersebut pergi, dan menyisahkan dirinya juga keheningan. Ia segera mematikan Payung XT12, dan mengeluarkan sebuah besi berbentuk lingkaran kecil. Besi tersebut ditaruhnya dibawah, dan perlahan membesar hingga seukuran dua meter. Lalu, secara perlahan, muncul cahaya bewarna biru yang terdapat di sekeliling dalam benda berbentuk lingkaran tersebut. Cahaya, tersebut mengisi penuh lingkaran dan perlahan berbuah menjadi warna hitam dan bergerak melingkar ke dalam seperti black hole atau lubang cacing di luar angkasa.   Archel memasukkan tangannya ke dalam lubang lebar yang berdiameter dua meter tersebut, tangannya tembus hingga ke dimensi penyimpanan, lalu ia seperti meraba sesuatu, dan setelah mendapatkannya ia memasuki kedua tangannya, lalu menarik sesuatu yang sangat berat. Ia menarik sosok pria yang sudah dipanahnya tersebut.   Archel membersihkan bekas luka yang ada di paha pria tersebut, lalu memasangkan alat sensorik pada pria tersebut, dimana alat tersebut berguna untuk memenjarakan pria tersebut, dan jika dia keluar dari daerah yang telah ditentukan, alat tersebut akan menjalarkan listrik, lalu melumpuhkan syaraf dan indera pemakainya.   Setelah Archel selesai dan menaruhkan pria tersebut di kamar isolasi, dia segera pergi dan menuju laboratorium milik keluarganya.   ***   "Akhhhh!!!" Suara teriakan tersebut terdengar di Area 1 Blok D.   "Bunuh saja!" Ucap salah seorang wanita dengan penampilan yang sangat angkuh.   "Jangan! Nanti akan menambah masalah, hipnotis saja sesuai perintah tuan, lalu rekayasa atau hapus memori ingatannya." Ujar seorang pria berperawakan tinggi.   "Baik!" Balas salah satu pemuda yang sedang merantai seorang remaja wanita dengan rantai panas.   "Tcih! kebaikan!" Sindir wanita angkuh tersebut terhadap pria yang menentang pendapatnya.   Pemuda yang sedang merantai remaja tersebut, dengan segera menyuntikkan obat bius untuk mematikan saraf utama, sehingga memorinya dapat diketahui dan dapat direkayasa.   "Akhhh... Sakit sialan!" Respon remaja tersebut ketika pemuda yang merantai tangannya mulai menyuntikkan caitan bewarna biru terang, terlihat remaja tersebut bereaksi, syaraf tubuhnya terlihat membesar, ototnya terlihat menegang, dan pupil matanya mengecil. Remaja tersebut menggeliat seperti cacing hingga dia terdiam, dan tidak sadarkan diri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN