Roy terlihat menghubungi seseorang, awalnya aku tidak tahu siapa orang yang dihubunginya itu. Namun semua pertanyaanku terjawab ketika banyak anggota kepolisian yang datang ke rumah majikanku. Mereka membongkar tembok kamarku dan menemukan tulang belulang Hany yang memang dikubur di sana.
Roy menceritakan detail masalah ini pada salah seorang anggota kepolisian yang sepertinya memiliki pangkat yang cukup tinggi. Tidak lama mereka berada di rumah ini, dengan membawa serta tulang belulang beserta boneka Hany, pada polisi itu pun pergi meninggalkan rumah.
Yang tersisa sekarang adalah menangani hantu Hany yang masih merasuki Lucy. Kedua orang tua Hany sedang berada di rumah ini sekarang karena Roy meminta mereka untuk ikut bersama kami. Menurut Roy hanya dengan cara ini kami bisa mengeluarkan hantu Hany dari tubuh Lucy.
Tubuh Lucy sedang terbaring lemah di tempat tidurnya, bisa kurasakan hantu Hany masih berada di dalam tubuhnya.
“Hai, kau ajaklah hantu itu bicara. Katakan padanya kita sudah memenuhi keinginannya.”
Tentu Flinn yang mengatakan ini karena hanya dia yang dengan entengnya memerintah orang lain dengan tidak sopannya. Aku tidak melawan kali ini, aku menuruti perkataannya.
Kulangkahkan kakiku mendekati tempat tidur Lucy. Lalu aku duduk di samping tubuh Lucy yang terlihat sedang tertidur itu.
“Hany, kakak sudah membantumu. Kakak sudah menceritakan semua kebenarannya pada papa dan mamamu. Lihatlah, mereka bahkan sengaja datang untuk menemuimu.” Aku terperanjat kaget ketika kulihat tiba-tiba kedua mata Lucy terbuka. Bola matanya berputar-putar ngeri membuatku segera membekap mulut dengan kedua tangan, menghindari agar aku tidak berteriak melihatnya. Lingkaran hitam yang mengelilingi mata membuat bola matanya terlihat semakin menyeramkan.
Lalu, tubuhnya melayang di udara dan secara perlahan merubah posisi berbaringnya menjadi berdiri. Kedua kaki Lucy sama sekali tidak menapak, dia masih melayang di udara membuat siapa pun yang melihatnya akan merasa ngeri.
Hiks ... Hiks ... Hiks
Terdengar suara isak tangis yang memilukan, aku tahu betul hantu Hany lah yang sedang menangis saat ini. Akupun tahu penyebabnya apa, dia menangis karena melihat kedua orangtuanya yang begitu disayangi dan dirindukannya.
“Pak, Bu, katakanlah sesuatu padanya. Dia Hany putri kalian, percayalah padaku.” ucapku mencoba meyakinkan orangtua Hany, aku tidak tahu setelah semua yang mereka lihat ini, telah membuat mereka mempercayai ucapanku atau sebaliknya mereka masih meragukanku.
“Hany, sayang, benarkah itu kau, Nak?” Ayah Hany bersuara, dengan diiringi tangisannya. Lucy mengangguk. Hm, tentu sebenarnya hantu Hanylah yang mengangguk.
“Mama ... Papa ...”
Suara itu terdengar menggema di dalam ruangan. Suara Hany yang keluar dari mulut mungil Lucy. Kedua orangtua Hany terisak mendengarnya, seharusnya mereka tahu bahwa suara itu memang suara putri mereka. Ibu Hany yang sejak tadi terdiam bahkan kini mulai memperlihatkan responsnya. Dia menangis sambil mengulurkan tangannya ke arah Lucy.
“Hany, putriku.” gumamnya pelan dengan disertai isak tangisnya. Ibu Hany hendak menghampiri tubuh Lucy yang masih melayang di udara, tapi suaminya segera menghentikannya dengan memeluknya.
“Kita harus merelakannya, putri kita sudah meninggal.”
“Tidak. Itu Hany, putri kita.” Melihat sepasang suami istri yang sedang dirundung duka karena melihat arwah putri mereka yang gentayangan, entahlah aku rasanya ingin meneteskan air mataku. Aku tak sanggup menyaksikan pemandangan yang sangat menyedihkan ini.
“Hany sayang, mama dan papa sudah tahu kebenarannya. Kami akan menangkap dan menghukum orang-orang yang telah membunuhmu. Putriku, mama dan papa sudah merelakan kepergianmu. Pergilah, Nak. Beristirahatlah dengan tenang di duniamu.” Kini aku sudah tak sanggup lagi menahan air mataku, terlebih ketika tangisan memilukan hantu Hany tak hentinya terdengar.
“Papa ... mama ... Hiks ... Hiks”
Lucy merentangkan kedua tangannya, mungkin hantu Hany sedang berharap orangtuanya memberikan pelukan mereka padanya.
Perlahan namun pasti tubuh Lucy melayang mendekat ke arah orangtua Hany. Ayah dan ibu Hany ikut merentangkan kedua tangan mereka menyambut putri mereka. Air mataku semakin deras mengalir ketika kulihat mereka saling berpelukan.
“Pergilah ke duniamu sayang, keluarlah dari tubuh gadis kecil ini.” ucap ayah Hany sambil mengelus lembut kepala Lucy.
“Papa dan mama tidak akan pernah melupakanmu. Selamanya kau akan selalu hidup di hati kami. Kami akan selalu menyayangimu, Sayang. Beristirahatlah dengan tenang di duniamu, Putriku.” Cukup lama mereka berpelukan, hingga tangisan Hany pun perlahan berhenti dan dengan kedua mataku ini, aku melihat dia keluar dari tubuh Lucy. Detik itu juga tubuh Lucy tumbang, beruntung tubuhnya masih ada dalam pelukan orangtua Hany sehingga dia tidak ambruk ke lantai.
“Hany sudah keluar dari tubuh Lucy.” ucapku riang memberitahu majikanku. Mereka pun tampak senang dan segera merangkul tubuh lemah Lucy. Kuedarkan tatapanku ke sekeliling ruangan ini, aku tersenyum ketika kulihat hantu Hany sedang tersenyum padaku. Tampaknya dia sudah merasa tenang sekarang.
“Apa hantu itu sudah tenang sekarang?” tanya Flinn dengan dinginnya padaku.
“Ya. Aku rasa dia sudah tenang. Dia masih berada di ruangan ini, sedang melayang di atas sana.” jawabku sambil kutunjuk dengan jari telunjuk arah hantu Hany sedang melayang saat ini.
“Kelak, jika kepolisian sudah mengembalikan tulang belulang putri kalian dan boneka kesayangannya. Kalian harus menguburkannya secara layak, tulang belulang beserta boneka kesayangannya. Dengan begitu arwah putri kalian akan tenang dan pergi ke alamnya.” Ayah Hany mengangguk menanggapi ucapan Flinn, sedangkan ibunya masih menangis histeris dalam pelukan suaminya.
Beberapa jam setelah kejadian itu, Roy mendapat kabar dari pihak kepolisian. Seperti yang diperkirakan Flinn, pada tulang belulang Hany terdapat sidik jari dan saliva si pelaku pembunuhan. Dan dengan bukti itu mereka bisa menemukan keberadan dua pelayan itu dengan mudah. Terlebih mereka juga memiliki foto kedua pelayan itu. Jika kedua pelayan itu berhasil ditangkap sudah pasti mereka akan mengakui siapa otak di balik semua kejahatan ini. Jika melihat sejauh ini pemikiran Flinn tepat adanya, kurasa memang benar orang itu adalah kakak dari ibu Hany. Mungkin aku akan mendengar berita penangkapan mereka tidak lama lagi, itulah firasat yang kurasakan saat ini.
Masalah ini sudah diselesaikan dengan baik oleh Flinn dan Roy. Roy sudah selesai membereskan semua perlengkapannya yang dipasang di kamar Lucy. Kini mereka sedang berbicara dengan majikanku, mungkin sedang membicarakan masalah pembayaran. Lucy sedang tidur nyenyak di kamarnya, karena itu ku ambil waktu luang ini untuk mendengarkan pembicaraan mereka. Sebenarnya aku memang orang yang seperti ini, aku memiliki rasa ingin tahu dan penasaran yang sangat besar. Aku sedang diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka saat ini.
“Terima kasih atas bantuan kalian. Berkat kalian kejahatan ini bisa terbongkar dan putri kami juga berhasil diselamatkan.” Papa Lucy yang berbicara. Aku masih menunggu pembicaraan mereka yang sempat terhenti untuk sesaat.
“Jadi, berapa biaya yang harus kami bayar pada kalian?” Seperti perkiraanku, mereka memang sedang membicarakan masalah pembayaran. Aku sangat penasaran ingin mengetahui berapa tarif yang mereka kenakan setelah mereka menyelesaikan pengusiran hantu yang ditangani oleh mereka, karena itu aku masih bertahan menguping pembicaraan mereka.
“Anda tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar kami.” Aku terbelalak mendengar jawaban Flinn, hal yang sama terlihat pada kedua majikanku. Mereka pun tampak terkejut mendengar jawaban Flinn itu. Aku tidak menyangka di balik sifat menyebalkannya, pria bernama Flinn itu cukup baik hati. Terbukti dari ucapannya yang sepertinya tidak mengharapkan bayaran setelah semua yang telah dilakukannya untuk mengusir hantu Hany dari tubuh Lucy.
“M-Maksudnya, semua ini gratis? Kami tidak perlu membayarnya?” tanya papa Lucy dengan suaranya yang cukup tinggi menandakan betapa terkejutnya dia.
“Maksudku, aku membutuhkan hal lain. Kalian bisa membayar jasa kami dengan memberikan gadis itu pada kami.” Untuk kesekian kalinya aku terbelalak, entahlah aku merasakan sebuah firasat buruk begitu mendengar ucapan Flinn itu.
“Gadis mana yang anda maksud?” tanya papa Lucy tampak bingung.
“Babysitter putri anda.” Aku merasa bagai disambar petir dan tertimpa langit runtuh saat ini. Jadi gadis yang dia maksud itu aku! Hei, apa maksudnya dia mengatakan ini? Mungkinkah dia tertarik padaku dan ingin menjadikan aku sebagai miliknya? Ku akui dia tampan tapi maaf saja aku pasti akan menolak mentah-mentah permintaannya itu.
“Maksudnya Kinsey?” Kali ini mama Lucy yang menanyakannya, dia tampak tak percaya ketika melihat Flinn menganggukkan kepalanya.
“Maaf. kami tidak bisa memberikan Kinsey sebagai bayaran atas jasa kalian menyelamatkan putri kami. Dia bukan barang, selain itu dia gadis baik-baik. Dia bukan gadis yang bisa kalian beli dengan uang dan bisa kalian perlakukan dengan tidak senonoh. Kami menolak permintaan kalian, lebih baik kami membayarnya dengan uang. Kami akan memberi berapapun uang yang kalian minta.” Sungguh aku sangat terharu mendengarnya, aku tidak menyangka majikanku begitu membelaku sampai seperti itu.
“ Maaf nyonya, sepertinya anda salah paham dengan maksud perkataan kami. Tentu kami tahu dia bukan barang dan dia juga gadis baik-baik. Kami tidak akan menyakitinya, terlebih melakukan hal yang tidak senonoh padanya. Tentu kami tidak mungkin melakukan itu. Kami hanya akan membawanya untuk mempekerjakan dia bersama kami.” Roy yang bersuara kali ini, perkataannya tampaknya berhasil menenangkan kedua majikanku yang awalnya terlihat sangat emosi.
“Tapi, Kinsey ... dia sudah cukup lama bekerja di rumah ini. Dia juga sudah begitu dekat dengan putri kami. putri kami juga sangat menyayanginya.” Mama Lucy kembali membelaku tapi kata-kata Flinn menghentikan ucapannya.
“Kalian bisa menemukan babysitter lain untuk putri kalian. Dia lebih cocok bekerja bersama kami dibandingkan bekerja sebagai babysitter. Seperti yang kalian lihat, dia memiliki kemampuan melihat makhluk halus. Dia itu bukan gadis normal seperti yang kalian kira selama ini. Jika kalian benar-benar berniat membayar jasa kami, biarkan kami membawanya bersama kami.”
“T-Tapi ...” Mama Lucy hendak mengutarakan penolakannya tapi tubuhku terasa lemas ketika kulihat Papa Lucy menggelengkan kepala mencoba menghentikan ucapan mama Lucy.
“Baiklah, kami menyetujuinya. Tapi tolong jangan sakiti dia. Dia gadis yang baik.” ujar Papa Lucy yang kali ini sukses membuat kedua kakiku melemas dengan sendirinya hingga tanpa kusadari tubuhku jatuh lunglai di lantai.
Setelah itu, aku memohon pada majikanku untuk menolak permintaan kedua pria aneh yang menyebut mereka sebagai team seven itu. Sungguh aku tidak ingin ikut dengan mereka, aku tidak ingin meninggalkan rumah ini, terlebih aku tidak ingin meninggalkan Lucy. Tapi, tampaknya ini memang takdirku, aku tidak bisa melakukan apa pun lagi selain menerimanya. Akhirnya aku mengemasi barang-barang dan melangkah meninggalkan rumah mewah yang sudah satu tahun ini menjadi tempat tinggalku.
Kulihat Flinn dan Roy sudah berdiri menungguku di pinggir jalan, dengan terpaksa aku menghampiri mereka.
“Kuserahkan dia padamu.” ucap Flinn enteng setelah aku berdiri di dekat mereka.
“T-Tunggu dulu Flinn, sebenarnya aku tidak keberatan menampungnya tapi kau tahu sendiri aku tinggal dengan ibuku. Kau juga tahu kan ibuku itu seperti apa? Entah apa yang akan dikatakannya padaku jika dia melihatku membawa pulang seorang gadis. Bukankah lebih baik dia tinggal bersamamu saja, kau kan tinggal sendirian? Bagaimana Flinn?” Flinn hanya menatap Roy dalam diam, untuk sesaat dia melirik ke arahku. Lalu tanpa mengatakan apa pun dia berjalan menjauhi kami. Kulihat dia masuk ke dalam sebuah mobil mewah. Sedan berwarna hitam yang terlihat sangat mewah dan mahal, kurasa itu sebuah mobil sport. Entah apa nama mobil itu, aku tidak terlalu paham tentang mobil.
Hei, namamu Kinsey, kan?” Kuanggukan kepala menanggapi pertanyaan Roy itu.
“Cepatlah ikuti dia, kau akan tinggal bersamanya.”
“K-Kenapa aku harus tinggal bersamanya? Lagi pula dia sepertinya tidak mengizinkan aku ikut bersamanya. Tadi saja dia tidak menjawab pertanyaanmu.” kataku mengutarakan pemikiranku. Dari sikapnya tadi aku tahu dia tidak menginginkan aku ikut bersamanya.
“Dia diam, itu artinya dia setuju. Sudah jangan ragu lagi, tidak perlu takut dia tidak akan memakanmu kok.” ucap Roy sambil terkekeh. Aku hanya memelototinya kesal.
“Lihatlah, dia sedang menunggumu. Jangan biarkan dia kesal karena terlalu lama menunggumu. Ya sudah, aku akan menemanimu sampai masuk ke mobilnya, ayo !!” ajaknya sambil mulai melangkah. Yang bisa kulakukan hanyalah mengikutinya.
Setelah kami berdiri tepat di dekat mobil mewah Flinn, Roy membukakan pintu mobil itu untukku. Aku sempat ragu untuk masuk terutama ketika kulihat tatapan tajam Flinn padaku. Tapi, karena Roy terus mendorongku, akhirnya dengan terpaksa aku masuk ke dalam mobil mewah itu. Aku duduk di samping Flinn yang sedang duduk di kursi kemudi.
“Baiklah, Kinsey. Sampai jumpa lagi, ya.” ucap Roy sambil melambaikan tangannya padaku. Membuatku gugup seketika, kupikir dia akan naik mobil ini juga bersama kami.
“Kau tidak ikut bersama kami?” tanyaku akhirnya.
“Tidak, aku naik mobil itu.” katanya sambil menunjuk ke arah sebuah mini bus berwarna hitam yang terparkir tidak jauh dari mobil ini. Di mini bus itu memang tertulis kata ‘TEAM SEVEN’.
“Flinn jangan terlalu ngebut ya menyetir mobilnya, ingat kau membawa seorang gadis. Jangan sampai dia mati ketakutan saking ....” Tiba-tiba Flinn menjalankan mobil, memotong perkataan Roy yang tentunya belum selesai itu. Rupanya kebiasaan Flinn memang memotong pembicaraan orang lain, membuatku semakin yakin kalau dia memang pria yang menyebalkan.
“Pakai sabuk pengamanmu dengan benar.” katanya tiba-tiba, tentu aku segera menurutinya. Dan .....
Dengan tiba-tiba dia melajukan mobil ini dengan kecepatan yang sangat tinggi membuatku berteriak histeris dan berpegangan dengan kuat pada pegangan di pintu mobil.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaa, tolong pelankan mobilnya, aku belum mau matiiiiiiii!!!” teriakku, histeris.
“Ck, berisik. Bugatti Chiron memiliki kecepatan 463 km/jam dengan tenaga hingga 1.500 daya kuda ini tentu saja harus dijalankan dengan mengebut. Jika kau ingin menjalankan mobil dengan pelan seperti siput, kau salah sudah menaiki mobil ini.” katanya angkuh, membuatku sebal setengah mati padanya.
“Memangnya siapa yang ingin naik mobil ini, Haah?? Pelankan mobilnya, kau ingin membunuhku, ya?!!” teriakku lagi tapi tetap diabaikan oleh Flinn. Semakin kencang teriakanku maka semakin kencang juga kurasakan laju mobil ini. Dia benar-benar pria gila. Sepanjang perjalanan itu aku ketakutan setengah mati, tak hentinya teriakan keluar dari mulutku. Kedua mata kututup serapat mungkin, aku tak sanggup menatap ke arah depan. Kurasakan air mata bahkan mulai mengalir membasahi wajah saking takutnya aku sekarang ini.
Kuembuskan napas lega ketika akhirnya mobil ini berhenti. Napasku terengah-engah seolah aku baru saja lari maraton berkilo-kilo meter.
“Kau orang gila!!” teriakku pada Flinn yang masih duduk di kursi kemudinya. Dia mengabaikanku dan keluar begitu saja dari dalam mobil. Sedangkan aku masih sibuk mengontrol dan mengendalikan napasku yang masih terengah-engah ini.
“Hei, sampai kapan kau duduk di situ? Cepat keluar!” titahnya ketus, membuatku berdecak sebal. Dengan gontai kulangkahkan kaki mengikutinya memasuki sebuah rumah yang berdiri megah di depanku. Rumah dengan dua lantai. Luas sekali halaman rumah ini, membuatku takjub melihatnya.
Begitu aku memasuki rumah ini, kembali kurasakan ketakjuban. Barang-barang di rumah ini terlihat mahal dan tertata dengan rapi.
“Mulai hari ini, kau tinggal di sini. Kau tinggal memilih kamar mana pun yang kau suka di lantai dasar. Tapi ingat, jangan coba-coba kau naik ke lantai atas. Kapasitasmu hanya di lantai dasar ini. Kau mengerti, kan?” tanyanya yang mengalihkan perhatianku yang tengah menatap sekeliling rumah ini. Kuanggukan kepala menanggapinya. Dia pun kembali melangkah mendekati tangga.
“Oh iya satu lagi, kau kuajak kemari bukan untuk menjadi pembantu rumah tangga di sini. Kau tidak perlu melakukan apa pun di sini. Kau akan bekerja padaku sebagai perantara roh. Setiap bulan aku akan memberimu gaji dan tenang saja kupastikan gaji dariku dua kali lipat dibandingkan gaji yang kau terima di rumah itu.”
“B-Baiklah.” kataku kikuk, walaupun sebenarnya aku tidak mengerti dengan pekerjaanku itu. apa maksudnya perantara roh?
Flinn berjalan menaiki tangga ketika tiba-tiba dia berhenti dan kembali menatap ke arahku.
“Satu lagi, aku tidak suka keributan jadi jangan sekali-sekali membuat keributan di rumah ini.”
“Baiklah, bos!!” jawabku, dia pun akhirnya melanjutkan langkah menaiki tangga.
Ya, sejak saat itulah, aku tinggal di rumah ini bersamanya. Sudah tiga hari tepatnya aku tinggal di sini dan belum ada yang kulakukan sejauh ini. Aku hanya berdiam diri di dalam rumah seorang diri karena Flinn jarang sekali ada di rumah. Dia selalu pergi setiap hari, entah ke mana dia pergi aku juga tidak tertarik untuk menanyakannya. Meskipun rumahnya sangat besar tapi tak ada satu pun pembantu yang bekerja di sini. Meski setiap hari ada seorang bibi yang rutin datang untuk membersihkan rumah. Setelah pekerjaannya selesai, dia pun pergi meninggalkanku seorang diri.
Kurasakan hidupku sangat menyedihkan. Aku sangat kesepian berada di rumah ini, terutama mengingat aku harus tinggal bersama seorang pangeran dingin seperti Flinn Williams.