Udara malam yang merambat masuk dari jendela yang terbuka, membawa serta aroma khas angin yang mulai terasa lebih dingin daei sore tadi. Namun ternyata kesejukan itu tak cukup untuk meredam hawa panas yang mendadak menjalar di sekujur tubuh Aveline. Ia mundur satu langkah, seolah perlu menjauh dari kenyataan yang terlalu mengejutkan di hadapannya. Tubuhnya goyah. Manik birunya sejak tadi tak lepas memandangi pigura besar di hadapannya. Sepatu balet merah muda... dan kostum putih dengan pita di pinggang yang dulu ia kenakan saat pertama kali tampil di panggung besar. Semua benda itu... seharusnya telah tenggelam bersama seluruh kenangannya di Sungai Chicago. Aveline-lah yang melakukannya. Di malam itu tujuh tahun yang lalu, dirinya telah melempar sepatu balet beserta kostumnya d

