Setelah semua acara dI rumah keluarga Piere selesai, Nesa lebih memilih tinggal di kosan yang notabene adalah rumah oma dan tante Piere. Untunglah alasan Nesa supaya tidak cape bolak balik kampus dapat di pahami karena Nesa sedang hamil. Untunglah orang tua dan juga Piere mengijinkan Nesa terus lanjut kuliah.
Selama menikah, Nesa berusaha menerima Piere apa adanya. walaupun tidak bisa mencintai, setidaknya berusaha menjadi teman hidup. Pertama yang dilakukan Nesa adalah mulai membatasi kebiasaan buruk Piere untuk minum miras. Karena setiap malam, dia selalu mencari miras yang membuat Nesa muak. Tak bisa tidur katanya kalau tidak ada alkohol yang masuk. Hmm, sebisa mungkin Nesa kompromi, tetap aja Nesa tak bisa terima. Bahkan cenderung malu ke teman teman karena punya suami yang suka mabuk. 1 hal yang Nesa syukuri, dia tidak perlu terpaksa 'melayani' suami di tempat tidur. Karena kalau sudah mabuk berat Piere akan langsung tertidur.
***
Tidak terasa kehamilan Nesa memasuki 6 bulan. Padahal belum 3 bulan menikah. Hanya Nesa yang tahu persis kehamilannya sudah memasuki bulan ke 6. Untunglah tubuh Nesa agak kurus, jadi kalau dia mengenakan pakaian longgar perut buncitnya tidak terlalu kentara.
Malam baru saja turun, Nesa dan Piere sedang duduk minum teh dan makan gorengan di teras. Di dalam rumah oma ada Jimy dan anak kos lainnya sedang main kartu. Suasana saat itu cukup ramai.
Tiba tiba ada mobil berhenti di depan rumah. Pas pengemudinya turun, Nesa terkejut bukan kepalang.. Orang itu adalah Giovani, orang yang selalu hadir dalam mimpi mimpi Nesa. Pegangan Nesa di cangkir mengerat. Perutnya tiba tiba bergerak. Bukan, bayinya yang bergerak. Napas Nesa memburu.
"Mampukan aku Tuhan.. " pinta Nesa dalam hati. Tidak mungkin saat itu Nesa teriak senang dan beritahu ke Giov kalau dia hamil anaknya. Impossible. Nesa pura pura minum teh untuk menutupi kepanikannya.
"Selamat malam... " ucap Giov memberi salam. Dari matanya Nesa bisa melihat rindu. Rindu yang siap di curahkan untuk segera menarik Nesa dalam pelukan.
Tubuh Nesa membeku. Nesa takut dengan kenyataan ini. Karena dia tau hatinya tak akan pernah siap, seperti saat ini. Gelenyar rindu dan marah bercampur dalam d**a. Nesa tak sanggup menatap lagi. Piere yang ada di situ diam saja sambil terus main game di hp nya, tak mengerti keadaan yang siap meledak saat itu.
Tiba tiba Jimmy keluar dan menyapa Giovani
"Giov.... lama tak jumpa. Ke mana aja lu? " setelah berkata demikian dia langsung menarik tangan Giov dan masuk ke dalam di mana anak kos sedang kumpul. Ah untunglah Jimmy menyelamatkan keadaan.
Giov dan Jimmy memang bersahabat. Sejak SMP mereka 1 kelas. Nesa pertama kali bertemu Giov saat dia datang menemui Jimmy. Sejak saat itu mereka dekat. Jadi Jimmy tahu persis kisah cinta Giov dan Nesa.
Tanya jawab Giov dan Jimmy terus berlanjut di dalam. Di tengah riuh anak kos yang main kartu, Nesa bisa mendengar pembicaraan mereka berdua. Hanya hal umum seputar keadaan mereka juga tentang kuliah Giov di luar negeri.
Saat bercakap dengan Jimmy, mata Giov tiba tiba terpaku pada sebuah foto di dinding.
Foto pernikahan Nesa dan Piere. Giov berdiri dan keluar mencari Nesa.
Pas saat itu Nesa berdiri dan mau masuk kamar. Mata Piere menatap perut Nesa yang mulai buncit.
"Honey.... " Giov shock. Tak sanggup melihat kenyataan di depan mata. Saat rindu tak terbendung, Giov nekad pulang dari luar negeri. Tapi kenyataan yang di dapat di sini sangat menyakitkan hatinya. Nesa tak sanggup berkata apa apa.
Mendengar orang lain memanggil istrinya dengan panggilan sayang, Piere bangkit berdiri dan langsung meninju Giov.
" Dia istriku!! " teriak Piere.
"Hentikan! " Nesa histeris. Tak sanggup dia melihat Giov dipukuli. Nesa menarik tangan Piere tapi langsung ditepis kasar oleh Piere.
" Kamu membelanya? " amarah Piere kian menjadi. Dia memilih meninggalkan rumah. Hati Nesa menciut. Pasti Piere pergi keluar untuk minum sampai mabuk lagi.
Entah apa yang akan diperbuatnya kalau kembali dalam keadaan mabuk.
" Honey... " Giov membuyarkan lamunan Nesa
" Maaf Giov., jangan panggil aku seperti itu lagi..., aku istri orang sekarang. bukan kekasihmu lagi" jawab Nesa kecut.
" Kamu hamil? Itu anak aku kan? " bisik Giov.
" Tidak, bukan!! Tentu saja tidak. Aku sudah menikah, Giov" Nesa menjawab tergesa.
"Tolong jangan bicara seperti itu. Nanti di dengar mereka. " gumam Nesa pelan hampir menyerupai bisikan..
" Kamu bohong kan sayang? Maafkan aku ....
aku harus ikut kata opa..." Giov terus mencecar Nesa.
"Stop. jangan berpikir yang tidak tidak. Aku sudah menikah. maaf, kau pergi tanpa pamit padaku. Apa juga yang bisa aku harapkan dari kamu? Kamu masih terlalu muda untukku" cerocos Nesa. Saat mengatakan itu semua hati Nesa amat sakit. Dia tahu, Giov sakit mendengar perkataannya.
" Kembalilah... Kuliah yang benar. Buat opa oma mu bangga" sambung Nesa
Giov menatap Nesa marah..
"Terima kasih Nesa untuk tidak menungguku. Terima kasih untuk kenyataan yang ku dapat hati ini. Aku tak akan pernah bertemu denganmu lagi"
balas Giov dan langsung meninggalkan Nesa sendiri.
Ini lebih baik Giov, batin Nesa sedih sambil mengelus lembut perutnya saat bayi di dalam kembali menendang.
***
Sejak saat itu dunia seakan berhenti bagi seorang Giov. Rindu yang berujung luka membuat dia tak menghiraukan kata opa untuk kembali kuliah di luar negeri. Giov mengurus cuti kuliah selama 1 tahun. Opa oma nya tak tau harus berbuat apa melihat tingkah cucu kesayangan mereka. Keluar malam pulang pagi, bergaul dengan orang orang yang salah. Tokonya terbengkalai.
Mengapa, Nesa? sesal Giov.
Tak berbeda dengan Giov, Nesa menjalani kehamilan yang semakin membesar dengan sulit. Sejak saat itu Nesa menerima perlakuan kasar dari Piere. Setiap pulang mabuk dia selalu berkata Nesa adalah barang sisa, yang sudah dicicip laki laki lain sebelum dia. Padahal pertama melakukan hubungan dengan Nesa dia sudah tahu kalau Nesa sudah bukan perawan lagi.
Nesa berusaha bertahan dengan semua ini. Tak ada tempat curhat, karena tak mau aib keluarga nya di ketahui orang lain. Orang tuanya apalagi. Nesa berusaha menutupi keadaannya yang tidak bahagia. Dengan Teman teman kampus pun tak pernah lagi jalan bareng. Nisa jaga jarak dengan dunia luar, menutupi kenyataan yang sebenarnya. Tapi tubuhnya keliatan kurus untuk ukuran ibu hamil. 1 hal yang dia usahakan ialah nutrisi yang cukup untuk bayi di perutnya. Vitamin dan s**u tak pernah lalai dia minum.
"Semoga kamu lahir sehat ya nak", batin Nesa
****