Raffa tengah berkeliling dengan Zahra di sampingnya, pasutri muda itu baru selesai melaksanakan sholat Dhuha dan berniat akan berkeliling ke setiap pondok santri.
“Mas kenapa mas pilih bangun pondok di sini?” tanya Zahra pasalnya sekeliling pondok pesantren milik suaminya masih asri dan sejuk apalagi tempatnya yang strategis.
“Abi yang bangun, mas tinggal terusin.”
Zahra mengangguk, gadis itu terus berjalan di samping Raffa dengan tangan yang bertautan.
“Assalamualaikum,Gus, Ning,” sapa santriwati pada Raffa dan Zahra.
Mereka berdua menoleh lalu tersenyum ralat hanya Zahra sedangkan Raffa hanya tersenyum kecil. “Waalaikumsalam.”
“Mau kemana Ning?” tanya santriwati.
“Jalan jalan,” mereka mengangguk lalu izin permisi untuk melakukan kegiatan lain.
“Mereka ramah ya Zahra suka.” Raffa terkekeh lalu mengelus kepala istrinya gemas.
“Di sini juga ada istrinya ustadz Yusuf loh.”
Zahra dengan cepat menoleh kearah suaminya. “Lah?aku kira kang Yusuf masih sendiri ternyata udah beristri?”
Raffa mengangguk memang Yusuf sudah beristri dan istrinya pun mondok di sini.
“Iya, istrinya bahkan mondok di sini jadi guru.”
“Namanya siapa?aku mau kenalan.” Ucapnya sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipi membuat Raffa gemas.
“Syifa, dia lagi jam ngajar nanti mas kenalin.” Zahra mengangguk lalu melanjutkan perjalanan melihat lihat pondok dengan Raffa di sampingnya sesekali mereka berdua mengobrol degan anak anak santri yang lewat.
Allahuakbar
Allahuakbar
Suara adzan ashar berkumandang, kini kedua pasutri yang baru saja sampai dari jalan jalannya tengah mempersiapkan diri untuk melakukan sholat berjamaah di mesjid pesantren.
“Ayo mas udah siap?” tanya Azahra, Raffa mengangguk lalu menggandeng tangan istrinya yang terbalut mukena.
Mereka berjalan beriringan menuju ke mesjid,namun tak di sangka di tengah jalan kedua pasutri itu bertemu dengan para pembina pesantren.
“Assalamualaikum Ning,” sapa mereka.
Zahra tersenyum. “Waalaikumsalam.”
Raffa melepaskan gandengan tangannya ketika sudah masuk kedalam mesjid,laki laki itu memposisikan dirinya di bagian depan sebagai imam, sedangkan Zahra sudah siap di posisi perempuan yang tertutupi pembatas.
Raffa berdehem lalu mengangkat tangannya ke atas melakukan takbiratul ihram. “Allahuakbar.”
Selepas kegiatan sholat asar berjamaah Zahra dengan gamisnya berjalan menuju suaminya yang tengah santai duduk di ruang tengah.
Zahra duduk di samping Raffa sambil menyenderkan kepalanya pada pundak Raffa, Raffa tersenyum lalu mengelus kepala istrinya yang tertutupi Khimar.
“Mas Raffa.” Panggil Zahra.
Raffa menoleh. “Hm?”
Zahra mendongak menatap mata tajam suaminya. “Zahra mu pake cadar boleh mas?”
Senyuman terbit di bibir Raffa beruntung sekali dirinya mendapat istri seperti Azahra. “Boleh dong, istiqomah ya umi”
Zahra tersipu malu ketika dirinya di panggil dengan sebutan umi gadis itu mengangguk lalu kembali menyandarkan kepalanya pada pundak Raffa sesekali Raffa mencium kepala sang istri.
“Sayang, mas mau minta tolong boleh?” tanya Raffa.
Zahra mengangguk. “Boleh kenapa mas?”
“Mas kekurangan satu guru agama, kamu mau kan jadi guru nya?” Raffa yakin istirnya bisa karena dia tau jika Azahra adalah perempuan agamis.
Zahra mengangguk tanpa beban karena menjadi guru adalah impiannya walaupun dia tidak melanjutkan kuliah namun mengenai agama insyaallah dia mampu.
“In sya allah siap mas.”
Raffa tersenyum lalu mengecup kening Zahra lama sambil menatap mata abu abu istrinya.
Selepas solat isya tadi Raffa dan ustadz Yusuf mengungkapkan kenapa para santri untuk berkumpul di lapangan karena ada sesuatu yang akan di bicarakan.
Di sinilah Raffa di tengah tengah anak anak santri yang sedang mengelilinginya. “Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam Gus.” Jawab mereka kompak.
Raffa tersenyum. “Saya di sini akan mengumumkan jika mulai besok aktifitas belajar mengajar sudah mulai setelah libur beberapa hari ini, dan saya akan memperkenalkan kalian pada guru agama baru yang menggantikan umi”
Mereka mengeryit ketika melihat perempuan dengan cadar yang menutupi wajahnya. Ya, Zahra memutuskan untuk memakai cadar malam ini karena besok dia sudah mulai melakukan aktivitas mengajar.
“Ada yang sudah mengenal beliau?” tanya Raffa.
Ada yang mengangguk adapula yang menggeleng membuat Zahra terkekeh dibalik cadarnya. “Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam ustadzah.”
“Nama saya Azahra Malik Arsyila,saya akan menjadi guru pengganti umi Anin.”
Raffa menggenggam tangan Zahra. “Istri Gus.”
Mereka membelalakkan matanya ketika Raffa memperkenalkan perempuan bercadar itu sebagai istri,tak sedikit yang patah hati karena mereka mengakui jika Gus Raffa adalah laki laki sempurna dan tampan,tak hanya di kalangan ustadzah saja yang menyukai Raffa namun di kalangan santriwati pun sama.
“Untuk malam ini sekian yang saya sampaikan, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa Barokatuh.”
“Waalaikumsalam,” santri santri mulai membubarkan diri tidak lupa berpamitan dengan salim pada Gus mereka.
“Alhamdulillah lancar ya Gus.” Ucap seorang wanita.
Raffa menoleh. “Iya Alhamdulillah teh Syifa.”
Zahra menoleh lalu menyalimi tangan wanita itu. “Zahra teh.”
“Saya Syifa istrinya ustadz Yusuf.”
Zahra mengangguk dia kagum pada teh Syifa yang menurutnya sangat ber akhlak dan baik murah senyum tentunya.
“Samawa ya Ning atas pernikahan nya,maaf gak bisa hadir saat itu”
Zahra mengangguk. “Gak papa teh makasih doanya.”
Syifa mengangguk. “Yasudah saya pamit dulu Ning,Gus Raffa Assalamualaikum.”
Zahra dan Raffa mengangguk. “Waalaikumsalam.”
“Alhamdulillah.” Zahra menutup Al Qur’an nya ketika selesai melaksanakan sholat tahajud.
Raffa tersenyum lalu membalikkan posisinya menghadap ke arah istrinya mengulurkan tangannya,dan di terima Zahra lalu di ciumnya tangan sang suami.
Raffa meletakkan tangannya di ubun-ubun Zahra sambil memejamkan matanya.
“Ya Allah ya Tuhanku,berkahilah pernikahan kami di jalan Jannah Mu, hindarilah segala sesuatu yang akan merusak bahtera rumah tangga kami, jadikanlah keluarga kecil kami menjadi keluarga bahagia dengan Ridha Allah.”
Raffa membuka matanya ketika selesai berdoa pada sang pencipta meminta agar rumah tangga nya selalu utuh tanpa ada kata perpisahan hanya maut yang akan memisahkan cinta mereka.
Zahra memeluk Raffa sayang menenggelamkan wajahnya di d**a bidang sang suami menghirup aroma khas seorang Gus Raffa dirinya sangat beruntung di temukan dengan laki laki sempurna seperti Raffa.
“Ya Allah jagalah suami hamba dan keluarga kecil hamba Ridhai rumah tangga kami di jalan Jannah Mu.”
“Sayang,” panggil Raffa,Zahra melepaskan pelukannya lalu mendongak menatap suaminya.
“Kenapa?”
“Tidur lagi yuk.”
Zahra terkekeh lalu mengangguk gadis itu membuka mukenanya dan meletakkannya di tempat khusus alat alt sholat begitupun dengan sajadah Raffa.
“Udah ayok.”
Raffa menepuk nepuk tempat di sampingnya, Zahra terkekeh lalu naik keatas ranjang membaringkan tubuhnya di samping Raffa dengan Raffa yang memeluk pinggangnya.
“Selamat malam umi.”
Zahra mengelus rambut hitam milik Raffa. “Malam Abi.”
Pagi ini Zahra tengah bergulat dengan alat alat dapur selepas sholat subuh tadi Zahra memutuskan untuk memasak karena pagi ini dia harus mengajar seperti yang sudah Raffa bilang.
Jika ditanya mana Raffa? Laki laki itu sedang bersiap untuk melakukan pekerjaannya yaitu mengurus berkas dan laporan pesantren.
“Masak apa hm?” bisik Raffa sambil memeluk Zahra dari belakang.
Zahra tersentak lalu mengelus dadanya. “Astagfirullah mas ngagetin.”
Raffa terkekeh lalu menumpukkan dagunya di pundak sang istri mencium aroma Zahra yang membuatnya candu.
“Mas duduk deh jangn ganggu Zahra masak.”
“Masak tinggal masak Humaira ku apa salahnya.”
Zahra berbalik sambil mengangkat centong di tangannya. “Duduk atau centong ini nyium kepala kamu!”
Raffa terkekeh lucu sekali istirnya ini ketika marah laki laki itu melepaskan pelukannya lalu mencuri kecupan di pipi mulus milik Zahra membuat gadis itu memekik.
“Astagfirullah sabar Zahra sabar.”
“SAYANG UDAH!”
“SABAR MUHAMMAD ALI AL-RAFFA!!”
Setelah bergulat dengan masakannya kini Zara menghidangkan masakan itu di atas meja makan yang sudah terdapat Raffa di sana.
“Nih mas makan dulu, main ponselnya nanti.”
Raffa mendongak lalu mengangguk,Zahra menyiapkan nasi dan lauk untuk Raffa seperti yang Uma nya bilang sebagai tugas seorang istri.
“Habis ini kamu ngajar?” tanya Raffa,Zara mengangguk.
“Iya nanti bareng ya.”
Raffa mengangguk lalu kembali menikmati makanannya.
Selepas sarapan tadi kini kedua pasangan suami istri itu tengah berjalan beriringan menuju kelas santri,dengan Zahra yang membawa beberapa buku tentang agama di tangannya.
Ketika sedang berjalan bersama Raffa tiba tiba seorang gadis dengan tas di pundaknya menyapa Raffa membuat Zahra geram,bukan karena sapaannya tapi karena tingkahnya yang membuat Zahra muak melihatnya.
“Pagi Gus, assalamualaikum.”