Erwin menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Pikirannya benar-benar kacau kali ini. Keputusan menikah yang kedua kalinya demi ambisi dan keinginannya, benar-benar membuat hidupnya merasa sulit. "Ah, kalau begini terus, bisa meledak kepalaku ini," keluh Erwin, memegangi kepalanya. Sejenak terdiam mengingat perlakuan Maya. Gadis desa yang beberapa hari lalu dirinya nikahi. "Wanita itu, walaupun mulutnya pedas, tapi dia sangat memerhatikan makan dan minumku selama tinggal di sana. Sedangkan Giska? Dia bahkan terlihat biasa saja, malah sibuk menikmati liburan bersama teman-temannya," Bayangan Maya yang terlihat sibuk menyiapkan hidangan untuk dirinya, membuat Erwin terdiam. Entah kenapa, perutnya merasa lapar saat mengingat rasa masakan yang Maya buat. Diliriknya jendela kamar yang sudah

