Bab 2 Sengaja ingin menggoda.

1013 Kata
"Kalian udah tenang belum? ayo lah lanjut." Ucap Aldrich pada kedua sahabatnya itu. "Lanjut kemana?" tanya Briyan. "Lanjut muter-muter lah..." balas Aldrich. "Gilak aja lu! ngapain muter-muter? kita udah capek dan puas kalau cuma muter-muter aja! nyari'in lu!" ucap Cakra dengan nada suara sewotnya. "Oke, oke, baiklah... ayo pulang kalau begitu!" ucap Aldrich pada kedua sahabatnya itu. Sedangkan di tempat Bianca. Nampak gadis itu keluar dari dalam toilet wanita. Setelah ia mengirim pesan pada Asistennya. Gadis itu pun lalu pergi dari sana. "Bi... kamu ngapain masuk kesana?" tanya Asisten Bianca. "Ada wartawan banyak tahu nggak? terpaksalah aku masuk kesana tadi. Oh ya, tolong dong aku carikan perusahaan ini?" ucap Bianca pada Asistennya. Sembari salah satu tangannya mengulur dan memberikan kartu nama yang tadi Aldrich berikan padanya. Dan si Asisten segera menerimanya. Ia menatap sekilas dan langsung tahu. "Bi... kamu nggak tahu? mall ini kan juga milik perusahaan ini Bi!" ucap Asisten Bianca. Nampak wajah gadis itu begitu terkejut seketika. "Tenang Bi... kamu harus tenang dan elegan. Oke?" ucap dalam hati Bianca yang berusaha menenangkan hatinya sendiri. "Emb... maksud aku... perusahaan intinya dimana?" tanya balasan Bianca. "Ya di setiap kita pulang ke apartmen juga pasti melewatinya Bi... nanti lah aku kasih tahu. Oke?" ucap Asiten Bianca lagi. Dan gadis itu hanya mengangguk sebagai jawabannya. Di tempat Aldrich. Ketiganya sudah sampai di rumah kedua orang tua lelaki itu. Yaitu Reiki dan Dira. "Emb... mama catet sih harusnya udah sampai rumah dua jam yang lalu. Kalian kemana aja? nggak lapar emang tu perut?" tanya Dira pada ketiga lelaki yang berdiri jajar di depannya. Nampak Aldrich akan melangkah dan memeluk mamanya. Namun segera saja Dira menyetopnya. "Hei! terutama kamu! diam di tempat." Ucap Dira pada sang putra. "Masak iya tan, kami juga kena skors?" tanya Briyan pada mama Aldrich. "Loh... tante nggak minta kalian buat ikutan berdiri loh. Tante mau hukum anak tante aja! buat kalian... makasih banyak ya... sana ke meja makan." Ucap Dira pada kedua sahabat baik putranya. "Iya mama... Aldrich ngaku salah... oke?" ucap lelaki itu sembari berhambur dalam pelukan mamanya. "Kamu ngaku salah! tapi tahu nggak.salah kamu apa?" tanya mama lagi. Dan sebelum lelaki itu menjawab. Nampak papanya sudah menyela. "Udah ma... dia udah gede juga. Udah nggak peduli sama kita. Paling juga sama pacarnya. Ya kan Al?" ucap sang papa yang membuat Aldrich segera meneguk ludahnya sendiri. "Pacar apaan sih papa ini? akh... iya Aldrich salah papa... mama... maaf... tadi Aldrich liat mall kita, dan... ternyata wow... ramai banget." Ucap lelaki itu lagi. Dan akhirnya membuat luluha heti kedua orang tuanya. "Yaudah... nggak apa! kalau begitu... cepat susuk Briyan dan Cakra sana." Ucap mama Aldrich pada sang putra. Aldrich pun segera mengiyakan ucapan mamanya dan memeluk kedua orang tua nya, lalu menuju ke meja makan. Namun... setelah beberapa langkah. Lelaki itu lalu berbalik menuju kearah papa dan mamanya. "Oh ya pah, apa... mall kita bekerja sama dengan salah satu Aktris? kenapa. Al lihat di semua sudut ada foto Aktris itu?" tanya Al pada papanya. "Ouh... asal kamu tahu! Aktris itu adalah pendatang yang sudah lumayan lama, tapi masih di gemari di.dalam Negri. So... apa salahnya? kenapa kamu tanya begitu Al?" tanya sang papa balik. "Akh... nggak apa-apa kok pah... santai aja..." ucap Al yang lalu pergi setelah mendapat jawaban dari pertanyaannya. Tiga hari pun berlalu. Dimana saat itu adalah hari pertama Aldrich masuk perusahaan sebagai wakil Presiden di perusahaan tersebut. Dimana lelaki itu fokus untuk mengembangkan bisnisnya. Pagi itu. Nampak Aldrich berangkat ke kantor dengan papanya. Keduanya di temani dengan dua Asisten papanya. Dan di sambut dengan staf serta karyawan perusahaan. Bak seorang model.yang tengah berjalam diatas karpet merah. Menjadi perhatian semua mata yang menyambutnya. Hingga Re megajak sang putra masuk kedalam dengan beberapa orang yang mengekori keduanya. Dan tibalah Re serta Aldrich di depan pintu ruangan yang akan lelaki itu tempati. "Masuk." Ucap papanya yang lalu membuat lelaki itu masuk kedalam. Dan Re.segera meminta Asistennya untuk memanggil Sekretaris putranya. Nampak wanita cantik demgan body gitar Spanyol datang dengan rok merahenyala seatas lutut. Bahkan di bagian belakangnya masih ada belahan disana. Tidak cukup hanya itu saja. Nampak pakaian yang tipis dan begitu ketat. Hingga menonjolkan belahan D*danya pun membuat Aldrich menelan ludahnya sendiri. Bukan ia suka melihatnya, tetapi ia merasa pakaian yang Sekretarisnya itu pakai sangat menonjol. "Al... sekarang Julia adalah Sekretaris kamu. Jika kamu butuh sesuatu... kamu bisa tanyakan sama dia." Ucap sang papa pada Al. Dan lelaki itu segera mengerti. Akhirnya papanya pun kembali ke ruangannya. Meninggalkan Aldrich berdua saja di dalam ruangan tersebut dengan Julia. "Pak Al... apa ada yang mungkin bapak mau tanyakan? saya dengan siap akan membantu nda." Ucap Julia pada bos barunya. Dimana saat itu Julia berada di kursi seberang bangku kerja Aldrich. "Kamu udah lama kerja disini?" tanya lelaki itu datar tanpa ekspresi. Kedua matanya menatap lekat lembaran-lembaran pekejaan yang ada diatas meja depannya. Demgan seksama salah satu tangannya tengah membolak-balikkan halaman tanpa menatap kearah Julia yang ada di depannya. "Cukup lama pak... setengah tahunan." Ucap jawab Julia pada bosnya. Barulah Aldrich menyudahi aktivitas jemari tangannya. Lelaki itu lalu menatap kearah Julia. "Apa selama itu juga tidak ada yang menegurmu?" tanya Aldrich lagi. "Menegur? menegur masalah apa? kerjaan maksud bapak? saya kompeten loh pak kalau menyangkut pekerjaan. Jadi... selama itu belum ada yang menegur saya." Ucap bangga Julia disana. "Oh... oke, karena papa aku juga ngerekomendasiin kamu. Aku sih percaya aja kalau kamu hebat. Tapi... soala pakaian, aku rasa... itu kurang sopan. Apa lagi kalau di hadapan klien! ya mungkin kalau kliennya hidung b*lang! pasti kamu akan menjdi sasaran empuk. Tapi... kalau kliennya jujur! aku yang akan malu membawa kamu di setiap pertemuan dan di setiap rapat dengan klien kita." Ucap Aldrich pedas disana. Nampak wajah cantik nan menor itu pun menunduk dan seakan ingin menangis. "Maaf pak... besok akan saya rubah penampilan saya." Ucap Julia saat itu. Dimana memang Julia ingin terlihat menggoda di mata bos barunya itu. Karena ia sudah lama sendirian dan berharap bisa mendapat perhatian lebih dari Aldrich. Julia tahu jika lelaki itu adalah anak dari pemegang saham terbesar perusahaan tempat ia kerja. Dan Aldrich adalah pemegang saham kedua setelah Reiqi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN