Chapter 02
Selain menjadi ajang balas dendam, ospek bagi panitia dan mahluk-mahluk gabut perkuliahan juga menjadi ajang mencari jodoh.
Kaya acara take me out, tapi tentunya lebih low bugget.
Caranya mudah, cukup tebar pesona, ntar juga pasti disukain maba. Tapi dengan catatan kalo kamu punya wajah yang diatas rata-rata. Toh maba juga pasti nandain panitia atau kating yang mukanya menarik perhatian.
Contohnya Fathur yang adem sangat, walaupun nyatanya dia evalitbank yang pas beraksi bisa bikin maba modar di tempat. Secara tatapannya menusuk banget kaya colokan buah.
Atau Tristan dan Theo, duo Mc alien yang kayanya urat normalnya dah copot. Setiap jadi mc bikin maba ngakak dan guling-gulingan sampe Panarukan.
Kini kantin penuh sama panitia yang nganggur, karena sekarang jamnya pemateri jadi panitia yang kerja di albar cuman dikit, cuman tim dokumentasi, tim gabut tugasnya cuman memantau maba dan lainnya. Kalo didenger-denger lagi, topik obrolan para panitia di kantin ini pasti seputar maba.
Seperti contohnya gerombolan panitia cewek yang lagi duduk sambil nikmatin baso tahu.
"Ih itu yang namanya Jovan mirip banget sama Iqball!! Tapi lebih gantengg!"
"Si Haris dong, kissable bibirnya. Minta di cipok basah."
"Gua lebih suka modelan adem kaya Januar, yang pas senyum bisa menggetarkan jiwa raga."
"Sumpah banyak banget yang ganteng, kudu tebar pesona ini mah."
Chan cuman bisa menggelengkan kepalanya saja begitu mendengar obrolan panitia cewek yang mulai nargetin maba.
Yang cowok juga sama sih. Para panitia cowok genit—menurut Chan—yang sedang duduk di bangku yang ada di pojok, deket tukang ayam geprek juga membicarakan soal maba.
"Maba Taun ini banyak yang cantik anjirrr!! Ga nyesel gua jadi panitia."
"Banyak selebgram sumpah! Kaya si Ashiel, Nancy, Sinta, astaga ga keitung lah."
"Tapi yang bukan selebgram juga ada yang cantik kok."
Chan cuman bisa menghela napasnya, waktu denger panitia cewek ngomongin maba mah rasanya biasa aja, tapi pas denger obrolan panitia cowok rasanya ga biasa.
Lelaki yang numpang lahir di Sidney 19 taun lalu itu sebenarnya gatel, ingin bertanya siapa cewek yang mereka tandai.
Dan ia harap, nama Hana Nandhika tidak termasuk kedalam list target mereka.
Cukup Chan saja.
Tapi sayangnya Chan terlalu gengsi untuk bertanya pada manusia yang rata-rata sekarang semester 5 itu. Dia memilih untuk duduk di tempat yang ga jauh dari mereka, sekalian makan batagor sekalian ngedengerin obrolan kampret mereka.
Pinter.
"Broww, sendirian aja you?" baru aja duduk, temen sekosannya Chan yang sekarang semester 5 menghampirnya. Daniel namanya, playboy cap s**u kuda liar yang susah diajak ke gereja pas hari minggu. Ngomong Indonya kadang masih sering di campur-campur. Kalo ditanya alasannya kenapa, Daniel pasti ngejawabnnya biar asik azah.
"Ya keliatannya?" Chan bertanya balik dengan nada ketus.
"Kok you semenjak jadi evalit jadi judes sih?" Daniel menatap Chan dengan heran, lelaki itu lalu menyomot batagor milik Chan dan memakannya tanpa permisi atau cuci tangan. Joroq.
Chan mah udah maklum kok. Toh selain Daniel ini kating, dia juga orang ganteng. Tau selogan: orang ganteng mah bebas? Nah Daniel menggunakan slogan itu karena merasa dirinya ganteng, jadi dia bebas melakukan apa saja.
"Ga judes kok gua," kata Chan lalu nyengir kuda sampai lensung pipinya terlihat jelas. "canda elah, Kak."
"Hilihh, I think you change jadi judes sejak jadi evalitbank," Daniel menggelengkan kepalanya, enggak kebanyang kalo Chan berubah jadi judes. "eh eh, nemu yang menarik ga?"
"Apanya?" tanya Chan bingung.
"Maba," Daniel menggeser tubuhnya, mendekat ke arah Chan dan merangkul si manusia yang numpang lahir di negara Kanguru itu. "nemu maba yang menarik ga? Yang beauty gitu?"
Chan menggelengkan kepalanya. "Ga."
Boong. Chan nemu maba yang narik perhatiannya, cuman dia ga mau bilang sama Daniel soalnya takut di tikung.
Daniel kan lebih pro ngegebet cewek, ketimbang Chan yang idupnya ga begitu peduli soal cewek.
"Masa sih?" Daniel memangku satu wajahnya dengan tangan, manusia yang jadi panitia bagian Dokumentasi itu tampak berpikir. "perasaan banyak kok maba yang beauty. Kaya cewek yang ga pake name tag itu."
Chan langsung menolehkan kepalanya, "HAH?!" kaget setengah modar pas Daniel bilang cewek yang ga pake name tag. 'Jir udah di tandain Daniel.'
"Kenawhy?" tanya Daniel bingung. Namun sedetik kemudian wajahnya berubah, dia menatap Chan sembari tersenyum m***m. "you enchanted to her?"
"No," balas Chan dengan kebohongan 30%, sebenarnya Chan belum suka amat sama Hana, cuman dia ngerasa Hana itu salah satu maba yang menarik perhatiannya, atau mungkin satu-satunya maba yang menarik perhatiannya. Tapi kalo udah ditargetin sama Daniel gini dia bisa apa? Hana pasti milih Daniel lah, orang Daniel lebih cakep dari dia.
Chan mah apa atuh, badan pendek dan bantet, idung gede, rambut setengah kriwil, mata sipit. Beda dari Daniel yang tinggi dan badannya emang pelukable, mukanya Daniel juga lebih menarik dari Chan.
"Kenapa sih?" Daniel heran sama sikap Chan yang dia rasa aneh. "you kalo ga suka sama dia kenapa kaget?"
"Ya emang ga boleh kalo gua kaget?" Chan lantas memakan batagornya lagi, malah salting sendiri pas ditanyain gitu.
"Boleh sih. Tapi serius lo ga suka sama cewek yang ga pake name tag tadi?" tanya Daniel sekali lagi. "orang-orang dokumentasi ngegibahin that girl mulu. Katanya funny aja ada maba which is ga pake name tag, terus lupa nim sendiri, sempet nyengir pula."
"Oh terus?" balas Chan dingin, walaupun penasaran sih. Sebenernya panitia dokumentasi ngomongin apa aja.
"Ya pokoknya gitu, intinya they are adore sama maba yang ga pake name tag itu. Sampe Jefri yang kalem juga ikut ngegibahin dia," kata Daniel, lelaki itu kemudian menatap Chan. "yakin lo ga suka sama dia?"
Chan langsung menghindari tatapan Daniel, dia lalu menjawab. "Iya, kalo suka embat aja lah."
"Hm okai."
Tapi sisi lain Chan berharap Daniel ga melakukan hal itu.
Chan bad mood setengah mati sore ini.
Bener kata Daniel, maba yang ga pake name tag jadi bahan obrolan di ruang panitia, bahkan di grup chat. Banyak yang bilang dia cantik, imut, polos, yah pokoknya muji gitu.
Sialnya Chan ga suka itu, malah bad mood sendiri gara-gara mendengarkan bacotan tentang Hana.
Tapi apa daya, Chan dan sepatunya sama-sama ga punya hak. Mau ngelarang orang buat ga ngebacotin Hana gimana? Cewek itu jelas bukan siapa-siapanya. Chan hanya tertarik dan Hana belum tentu demikian.
"POKOKNYA HUKUMAN KALIAN DITAMBAH!"
Namun yang merasakan efek dari bad moodnya Chan bukan cuman Hana, melainkan seluruh
mahasiswa baru yang kini menunduk.
Iya, Chan menawarkan diri untuk marah-marah lagi setelah menemukan banyaknya kesalahan Maba di hari kedua ospek ini. Ditambah, maba tidak mengerjakan punishment yang kemarin di umumkan, bukan cuma satu tapi hampir semua maba tidak mengerjakan punishment.
Ya jelas lah, tim evalitbank menemukan bahan untuk memarahi Maba—yang awal mulanya berawal dari ide Chan. Padahal kenyataannya tim evalitbank udah lupa sama kesalahan maba karena para maba juga melakukan hal yang bagus dan unik saat disuruh unjuk bakat.
Para mahasiswa baru yang rata-rata adalah kaum hawa kini telah mengeluarkan air mata. Capek, sedih, takut, ingin marah tapi ga bisa, dan perasaan lainnya tercampur menjadi satu. Kaum adam juga ada beberapa yang menangis, tapi mereka nangisnya ga separah cewek yang sampe sesak napas dan dilarikan ke UKS.
Di albar juga terjadi perdebatan antara maba dan tim evalitbank. Tentu saja para maba ga terima disuruh ngerjain tugas yang segitu berjibunnya sedangkan sekarang aja udah jam 5 sore.
Ya tapi yang namanya komdis, sekali A tetep A. Mereka susah buat lunak.
Tuntutan sebenarnya.
Iya lah, masa komdis lembek. Ntar diketawain alumni.
Mata sipit Chan menari, kesana-kemari mencari sosok perempuan berambut hitam panjang yang menarik perhatiannya.
'Ada!' batin Chan berteriak senang begitu menemukan Hana yang sedang terduduk diantara maba lain.
'Oh Shit.' Awalnya Chan emang bahagia ngeliat maba nangis, artinya kerjaannya sukses. Namun ketika melihat mata Hana yang sembab, entah kenapa dadanya terasa sesak.
'Maaf.' ia ingin mengucapkan kata itu pada Hana dan menghapus air matanya, namun sepertinya tidak mungkin. Jadi dia hanya bisa mengucapkannya dalam hati dan keluar dengan perasaan bersalah. 'gua emang bego.'