Part 6

975 Kata
b******k! Revan b******k! Si Pria Keprat itu sukses membuatku kesal setengah mati karna tingkahnya! Ya tuhan! Aku benar benar berhap tidak pernah bertemu dengan pria lain sepertinya. satu saja sudah cukup membuatku gila. Sekarang aku percaya Pria tampan di dunia ini jika bukan b******k dia jelas Gay. Dan aku berani bertaruh jika Revan termasuk dalam barisan pria b******k mengingat otak cabulnya. Aku berdecak pelan setelah keluar dari kamar mandi untuk mendinginkan kepalaku dan mendapati ponsel yang siberikan Zoe dari Revan tentunya sedang menggila diatas nakas. Tanpa menunggu pria itu mengamuk aku bergegas menggeser layarnya. "Apa yang kau lakulan? Aku memberimu ponsel bukan untuk kau simpan!" Omelnya dengan dingin, aku menggumam tidak jelas menanggapi dan itu sukses membuatnya menggeram disebrang sana. "Aku bertanya padamu, Amoura!" "Aku sedang mandi Revan, kau pikir aku akan membawa ponsel ke kamar mandi?" "Kau tidak sedang berniat keluar, bukan?" Selain tukang perintah, pemaksa dan tidak punya hati ia juga selalu berpikiran buruk dan pemarah seperti beruang. "Tidak, membakar Penthouse mu jauh lebih menarik." "Ide bagus!" Aku menjauhkan ponselyang baru menjadi milikku itu dan menatapnya dengan alis terangkat sebelum kembali mendekatkannya pada telingaku. Pria ini sedang tidak gila bukan? "Ide bagus?" "Ya,  itu artinya hutangmu akan semakin bertumpuk padaku. Merusak tabletku, menyerangku tiba tiba, membayar Apartementmu dan tinggal di Penthouse ku yang berencana kau bakar." Aku mendengus kesal mendengar ucapannya yang terkesan sombong dan menudingku seenakny. Apa apaan dia. "Bagian membayar Apartement dan tinggal di Penthouse mu itu ulahmu, Tuan Revan!" Ucapku tidak terima walau bagaimanapun ia sangat banyak membantuku dan aku bahkan belum berterima kasih. Memalukan! Ingatkan aku untuk itu meskipun dia adalah Revan sikeparat itu. "Amoura!!" "Apa?" "Kau mendengarku tidak?" Aku menghela nafasku sejenak semakin malas berdebat setelah mengingat sikap tidak tau maluku. Sial! "Maaf." Dan terjadi keheningan yang cukup panjang setelah aku bergumam. Aku yakin Revan melakukan hal yang sama saat aku menjauhkan ponselku. "Apa kepalamu terbentur sesuatu?" Aku memutar bola mataku jengah mendengar ucapan Revan, menghadapati seorang Revan tidaklah mudah kawan. Kau harus mempunyai tenaga super ekstra untuk itu. "Apa kepalamu benar benar terbentur sesuatu?" Aku ingin membalas ucapannya namun yang kulakukan hanya menekuk wajahku yang tidak jelas ini. Aku mengatakannya tidak jelas karna aku merasa tidak buruk rupa dan juga tidak cantik. Aneh memang. "Amoura?" "Hmm." "Kau benar ben-" "Aku baik baik saja!" Selaku sebelum ia semakin aneh dan membuatku kembali menjadi Amoura yang tidak terkendali. Dan itu selalu karnanya. "Yasudah, dengarkan Zoe saat aku tidak ada!" "Iya!" Revan hanya menggerutu mendengarku menggumam sebelum memutuskan sambungan. Aku menghela nafasku sebelum melirik tempat tidur Revan yang seolah melambai menggodaku, tanpa jual mahal aku bergegas menghempaskan tubuh diatas ranjang yang diselimuti kain abu abu itu hingga lagi lagi Aroma miliki Revan memenuhi rongga dadaku. Tentu saja Amoura!Kau Kaunmenggunakan hampir semua  barangnya! Oh yah.. Niatku untuk membakar Penthouse Revan aku batalkan. Aku tidak sebodoh itu menumpuk hutangku dengan membakar tempat yang aku yakini meskipun bekerja seumur hidup aku tidak akan mampu menggantinya. Dan tanpa kuperintah kedua mataku mulai terpejam karna kenyamanan yang selalu sulit kudapatkan. ** Aku mengerjapkan mataku sebelum benar benar bangkit dari tempat tidur yang begitu nyaman milik Revan. Semburat kemerahan pada langit yang menyambutku membuatku tidak bisa menahan diri menggeser kaca sekat menuju kolam renang indah ini. Aku terus melangkah melewati kursi malas dan kebun kecil yang sangat menyejukkan mata. Luar biasa! Satu satunya kata yang terlintas dikepalaku saat aku menghentikan langkahku tepat dipembatas, aku bahkan ingin menangis melihat keindahan kota dari atas sini. Aku menunduk sekilas menatap kesibukan jalan dan orang orang yang terlihat seperti semut dimataku. Aku menarik nafas dalam dalam mengisi rongga dadaku seraya memjamkan mata, membiarkan angin dingin menari bersama rambut berantakanku dan membelai tubuhku yang hanya menggunakan celana pendek dan kaus tanpa lengan. Aku tersentak saat sepasang lengan kekar itu melilit perutku dan kehangat yang seketika melingkupi tubuhku. Aku menoleh dan mendapati wajah mempesona itu bertumpu pada bahuku dengan mata terpejam. "Apa yang kau lakukan?" "Memelukmu." Ucapknya pelan membuat keningku mengkerut, Aku kembali menarik nafasku namun kali ini aroma menenangkan itu mendominasi para oksigenku. "Lepaskan aku!" "Hanya sebentar." Aku menggit bibir dalamku mendadak resah tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang aku takutkan. "Lepaskan aku!" Terdengar decakan pelan dan lengan diperutku perlahan melonggar aku berbalik namun Revan tak kunjung menjauh dari tubuhku. "Ayolah, menjauh dariku!" Kesalku mendorong bahunya yang sama sekali tidak berguna. Aku membelalakkan mataku tanpa sadar memegang bahu kokoh Revan saat dengan mudahnya mengangkat pinggangku dan mendudukkanku pada pembatas. "Apa kau gila!? Turunkan aku!" Aku memukul bahu kokoh Revan namun pria itu hanya memeluk pinggangku dengan kedua matanya yang terus menatapku. Dia benar benar gila! Apa dia berniat mendorongku dari gedung setinggi ini? Demi tuhan! Ada apa dengan pria b******k ini?    Aku membalas tatapannya, menatap mata sebiru laut dan sebening kristal itu lekat lekat, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kepala pria itu. "Ka-" Revan menyentuh bibirku dengan tangan jamari panjangnya, menatapku begitu dalam hingga aku nyaris tenggelam dalam lautan biru dimata seorang Revan. "Amoura.." Dia berbisik menyandarkan keningnya pada bahuku aku tidak tahu apa yang terjadi dengan pria yang selalu mampu membuatku kesal setengah mati padanya tapi aku tahu dengan jelas bahu kokoh itu sedang bergetar pelan. "Revan.." Rasa itu menjalar kesuluruh tubuhku menguapkan segala pemikiranku tentang Revan yang tidak aku suka dan tanpa aku perintah tanganku bergerak menyisiri rambut legam yang begitu lembut diantara jemariku. "Ada apa?" Dia mengangkat wajahnya dan seketika aku merasa dihempaskan dari atas gedung ini. Butiran itu terjatuh tanpa beban dimata indahnya. Merusak sepasang mata yang selama inidiam diam aku kagumi. "Kau baik baik saja?" Tanyaku dengan kening berkerut bercampur cemas walaupun baru mengenalnya sebentar tapi aku berani bertaruh dia bukanlah pria yang secengeng  ini. "Revan?" Revan mengusap pipiku yang mulai mendingin dengan sangat lembut mengirimkan getaran hingga keujung jemariku. Ya tuhan! Dimana Si k*****t Revan yang b******k dan berotak c***l itu? Pria yang sedang menatapku lekat lekat seolah ingin menerobos dinding pertahananku ini jelasseperti bukan Revan yang aku kenal. Dan detik berikutnya aku benar benar merasa Revan mendorongku dan menghempaskan segala akal sehatku dari atas gedung ini hanya dengan satu kalimat yang membuatku sempat berpikir. Jika Revan memang benar benar sudah gila. Tidak. Revan memang selalu gila! Revab b******k! "Menikah denganku." **
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN