11. Suspect

1338 Kata
“Tuan Christopher!” manicnya membulat diiringi seulas senyum sebelum akhirnya berjalan mendekat kerah sang tamu dan menjabat tangannya , “Selamat pagi tuan, Senang akhirnya anda bisa datang secara langsung untuk bertemu dengan saya. Mari silahkan duduk.” “Maafkan saya bertamu di hari yang masih terlalu pagi dan maafkan saya karena telah berbohong pada Sekretarismu mengenai janji temu kita.” “Oh, begitu. Tidak masalah Tuan, saya mengerti jadwal anda sangat sibuk.” “Dan kedatangan saya ke kantor anda adalah untuk mengucapkan selamat secara langsung pada anda karena brand anda yang kami pasarkan mendapatkan apresiasi yang cukup bagus dan saya harap kerja sama kita akan terus terjalin di proyek- proyek selanjutnya.” “Terima kasih kembali, tuan Christoper, anda terlalu memuji saya.” “Saya memuji orang yang benar-benar patut untuk dipuji.” senyum pria seumuran suami Bella itu, “Kalau boleh saya tahu, apakah anda punya rancangan karya yang lain atau mungkin desaigner- desaigner anda. Jika ada sudikah anda membagi dengan saya?” “Kebetulan sekali, tuan.” Bella lantas bangkit dari sofa, berjalan dengan semangat menuju meja kerjanya untuk mengambil buku sketsa. “Ini Tuan.” Bella kembali dan menyerahkan pada sang client, “Ini adalah rancangan terbaru kami dan baru anda yang berkesempatan untuk melihatnya pertama kali.” Bella duduk dengan tegang, mengamati ekspresi pria yang ada di hadapannya kini. “Oh.” Tuan Christoper memincingkan manicnya mengamati setiap detail gambar yang tercipta di kanvas putih yang ada di tangannya. Sebuah gambar wanita tinggi semampai dengan menggunakan baju terusan motif bunga dengan belahan tinggi dan pundak yang terekspos dengan anggun. Dan juga sebuah gambar gaun non-formal dengan aksen pita di bagian pinggang. “Ini baru sketsa dan draft final serta sample akan segera rampung dalam dua hari kedepannya.” “Saya ambil desain ini.” “Anda yakin?” alis Bella mengerut. “Apa yang tidak saya yakini tentang kemampuan anda.” sudut bibir pria itu tersenyum membuat senyum Bella juga terpatri semakin nyata. “Anda tahu saya dengan baik, Tuan.” Pada akhirnya pembicaraan mereka selesai satu jam kemudian, Christoper pamit undur diri namun sebelum pergi pria itu berkata, “Oh hampir lupa. Kami beserta team mengundang anda dan suami untuk datang dalam pesta pembukaan cabang kami yang ada di Jakarta.” pria itu mengeluarkan sebuah undangan cantik berwarna pastel dengan pita berwarna coklat tua dari balik saku jasnya. “Saya harap anda dan suami anda sudi untuk menghadiri pesta kecil kami.” “Tentu saja tuan, dengan senang hati kami akan hadir.” senyum Bella sesaat setelah menerima undangan itu. Sang tamu keluar dari ruangan diantar oleh Bella, Kriss dan sang sekretaris yang melihat itu lantas berdiri, membungkukkan tubuhnya hormat pada client mereka sebelum pria itu menghilang di balik pintu lift. “Masukkan ini dalam schedule saya.” Bella memberikan undangan yang dia dapat ke bawahannya dan setelah itu, wanita itu kembali masuk ke dalam ruangan. Kriss yang melihat undangan itu langsung mengambil ponselnya, mengirimkan pesan pada Dave. Christoper Wijaya (Client) datang 07.50 keluar 08.40. Undangan opening House of Fashion di Hotel Y dua hari lagi pukul 19.00. Setelah itu Kriss menyimpan ponselnya dan kembali bekerja seperti biasa. Sedangkan di dalam ruangan sana, Bella menarik nafas panjang nan lega, “Beruntung bukan dia yang datang dan dia masih bisa sedikit mendengarkanku.” bisiknya pelan sebelum duduk di meja kerjanya, meraih deretan sketsa yang dibuat oleh desaigner- desaigner yang tergabung di rumah modenya. Tanpa terasa hari berlalu cukup cepat, jam makan siang sudah berbunyi. Dengan segera Bella merapikan deratan desaign diatas mejanya kemudian keluar dari balik ruangan. “Saya mau makan siang di restaurant Cina ditempat biasanya.” “Baik, Nyonya.” Kriss segera meraih tasnya dan bergegas menyusul sang nyonya yang telah berjalan menuju lift dengan tangan kanan sibuk dengan ponsel untuk reservasi tempat di restaurant Cina itu. Pintu lift terbuka sesaat setelah Kriss menekan tombol disamping pintu, mengantarkan keduanya menuju lobby dengan beberapa karyawan yang ingin makan siang di luar. “Silahkan Nyonya.” Kriss membukakan pintu untuk sang Nyonya dan setelahnya mobil sedan itu bergabung bersama dengan ratusan kendaraan lain di jalanan. Perjalanan memakan waktu hampir15 menit dan kini mobil itu telah sampai di tujuan. Keduanya disambut oleh pelayan dan diantarkan ke meja yang telah dipesan. “Bella.” Langkah kaki berbalut sepatu tinggi itu langsung terhenti, menatap sosok berarmani hitam yang kini tersenyum lebar kearahnya. Tanpa Bella sadari sudut bibirnya berdecak keras dan manicnya berputar. “Lama sekali kita tidak bertemu.” Pria itu mendekat secara tiba- tiba, mengecup pipi sang wanita dengan singkat. “Bagas!” “Ya? Apakah itu sejenis sapaan yang ramah?” wajah pria bernama Bagas itu sedikit berkerut kesal. “Oh hai, Bagas. Apa kabar?” “Seperti yang kamu lihat, pria ini selalu baik.” pria itu tersenyum ramah kemudian mengalihkan pandangannya kearah belakang Bella, penuh rasa ingin tahu. “oh, perkenalkan dia PA-ku. Namanya Kriss dan Kriss dia ini Bagas, teman lama saya yang tak pernah kutemui. Dan sialnya aku bertemu dengannya sekarang.” Demi ramah tamah, Kriss membalas jabat tangan teman nyonya-nya itu sembari menyebutkan namanya. “Jahat sekali!” “Makan siang sendiri?” cibirnya. “Seperti yang kamu lihat.” senyum Bagas singkat, “Bagaimana jika aku bergabung dengan mejamu? Tidak masalahkan?” “Apa?” manic Bella mengedip singkat, “NO!” “Ayolah Bella, anggap saja makan siang sambil reuni.” sudut bibir pria itu sedikit naik dan mau tak mau Bella mengizinkannya daripada terjadi keributan yang tidak diinginkan. Menu diberikan oleh sang pelayan dan mereka bertiga mulai memesan makan sing mereka masing-masing. “Saya pesan Hainan jifan, Wonton, Sanbeiji…” Bella menyebutkan makan siangnya namun, “Sanbeiji dimasak menggunakan anggur beras, Bella. Apa kau sudah bisa makan makanan yang dimasak menggunakan bahan itu?” sudut alis Bagas naik, menatap Bella tidak yakin. “Baiklah kalau begitu Hainan jifan, Wonton dan Gong Bao Ji Ding. Untuk minum, saya mau air mineral saja.” Sang pelayan mengulang kembali pesanan mereka bertiga kemudian pergi setelah mengulang kembali pesanan mereka. “Terima kasih karena kamu sudah mau ganti makan siangmu.” “Tidak masalah. “ kibas tangan Bella cuek, “Seharusnya aku yang berterima kasih karena kamu sudah mengingatkanku, Bagas.” “Itu gunanya teman bukan?” Bagas tersenyum. Butuh waktu 20 menit dan semua hidangan yang mereka pesan sudah ada diatas meja, ketiganya makan dengan tenang sebelum suara Bagas kembali terdengar, “Kamu belum pernah makan ini, bukan? Cobalah.” Bagas mengangkat sendoknya dan menyorongkannya ke depan mulut Bella, memaksa wanita itu untuk menerima suapannya. “Saya punya makanan sendiri Bagas!” “Ayolah.” tawa Bagas mengejek hingga mau tak mau wanita itu membuka mulutnya dan menerima suapan pria di depannya itu. “Cukup! Kamu membuatku malu!” Satu pukulan melayang di d**a Bagas, membuat pria itu tertawa semakin keras, “Ayolah kita sudah lama saling kenal, mau malu seperti apa lagi kamu, hah?” “Cukup Sialan!” kesal Bella dengan melemparkan serbet miliknya ke wajah Bagas dan Kriss yang berada diantara mereka hanya bisa diam sambil menghabiskan makan siangnya sendiri. Pada akhirnya makan siang usai, Bella dan Bagas menunggu kriss yang sedang mengambil mobil sedannya. “Senang bertemu denganmu. Kuharap ini adalah pertemuan yang menyambung ke pertemuan kita yang selanjutnya.” “Tidak ada pertemuan kedua lagi, Bagas!” “Jahat sekali!” decak bagas dengan nada sakit hati. Tak lama kemudian mobil berhenti di depan mereka, dengan sigap Kriss keluar dan membukakan pintu bagi sang Nyonya. “Silahkan, Nyonya!” “Terima kasih.” “Sampai jumpa lagi, Tuan Bagas.” “Yah!” Bagas tersenyum pada Kriss,“Sampai jumpa lagi, Bella!” tangan Bagas melambai pada mobil yang kini melaju bersama dengan ratusan kendaraan yang lain. “Sama sekali tidak berubah.” gerutu Bella dengan manic menatap spion, menatap Bagas yang tengah melambaikan tangannya sedangkan kriss, wanita itu melirik singkat sang Nyonya dengan pandangan datarnya. Bagas (teman lama Nyonya- suspect). Makan siang bersama di restaurant Cina, terlihat sangat akrab. Pesan itulah yang Kriss kirimkan sesaat setelah wanita itu sampai di parkiran.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN