Aysha mulai mengerti, mengapa pria itu bisa seenaknya bahkan jadi sombong. Karena pria itu ternyata sangatlah kaya, siapa yang tak kenal keluarga Himawan. Keluarga yang sangat kaya di Indonesia. Namun, sekaya apapun pria itu. Harusnya dia tidak boleh bersikap sombong.
Mereka bertiga mencari meja kosong, tetapi tidak ada. Hanya ada satu, pelayan menyarankan agar Raffa bergabung bersama Aysha dan Alila. Daripada mencari restoran lagi, akhirnya mau tidak mau mereka berdua setuju. Suasana di meja restauran jadi sangat canggung, Aysha dan Alila kurang bebas mengobrol saat ada Raffa.
Tak lama kemudian pelayan datang, membawa pesanan mereka. Raffa menyantap makanan itu duluan, sementara Aysha dan Alila hanya memperhatikan Raffa makan. Raffa yang diperhatikan oleh dua gadis itu sejak makan, mendadak kikuk dan berhenti makan.
"Ayo kalian makan," ajak Raffa dengan datar.
"Ah, iya Pak," jawab Alila sambil menyendokkan makanan ke dalam mulutnya, sedangkan Aysha hanya diam saja.
"Kamu kenapa diam? Kamu terpesona sama saya heh? Memang kalau ngeliatin saya terus kamu bakalan kenyang," canda Raffa, walau bercandaan Raffa sangatlah garing sekali. Aysha malah sangat kesal, karena ucapan Raffa yang mengatakan dia sudah terpesona padahal tidak.
"Nggak!" ketus Aysha.
Aysha yang memang sudah lapar, dia langsung memakan dengan lahap. Tanpa peduli, Raffa yang malah balik memperhatikan Aysha. Aysha makan seperti biasanya, seperti apa adanya dirinya sendiri. Tidak menjaga image di depan Raffa, berbeda dengan Alila yang harus makan pelan-pelan di depan Raffa. Padahal biasanya tidak seperti itu, Aysha tidak suka begitu, karena pasti akan sangat menyiksanya. Toh di depannya hanya Raffa, siapa juga Raffa itu sama sekali tidak penting baginya.
Makan malam selesai, Aysha dan Alila pamit pulang duluan. Mereka pulang berjalan kaki awalnya, sampai Raffa menawarkan tumpangan untuk kedua gadis cantik itu. Kebetulan kan mereka menginap di hotel yang sama, hotel milik Raffa. Aysha menolak dengan tegas, sementara Alila dengan senang hati menerima. Sehingga mau tidak mau, Aysha harus naik mobil pria sombong itu.
***
Di kamar hotelnya, Raffa terus berbayang-bayang wajah Aysha yang cantik nan menggemaskan. Apa dia sedang merasakan jatuh cinta? Namun, itu tidak boleh terjadi. Bagaimanapun, sekarang dia adalah seorang suami dan ayah bagi Dira.
Kalau jatuh cinta kenapa tidak pada Dita saja, wanita yang sudah halal untuknya. Bukan orang lain, tetapi cinta datang secara tiba-tiba. Tanpa bisa diarahkan, karena jatuh cinta kepada siapa memang sudah takdirnya seperti itu.
"Aduhh, kok aku jadi kepikiran Aysha terus."
Karena penasaran dengan Aysha, Raffa langsung browsing tentang siapa Aysha. Aysha bilang dia seorang, aktris pasti di google ada biodata dan semua tentangnya. Setelah menemukan, Raffa lantas membaca semuanya dari awal hingga akhir.
Dia begitu takjub dengan perjuangan Aysha, sebelum menjadi artis terkenal.
Suara ponsel Raffa berbunyi, Raffa langsung mengangkatnya. Yang menelfon Raffa adalah Daffa ---adik Raffa sendiri---, dia menelfon ingin dibukakan kamar hotel kakaknya. Karena dia sudah berada di depan pintu. Tanpa menunggu lama, Raffa langsung membukakan pintunya.
"Daffa kangen banget sama Abang," ujar Daffa langsung berhamburan dipelukan Raffa. Bertahun-tahun Daffa tidak pernah bertemu dengan Raffa, tepatnya setelah Raffa dan Dita bertemu pertama kali. Entah kenapa adik Raffa itu memutuskan untuk kerja di luar negri, padahal sejak dulu Papa mereka sudah sangat berharap Daffa mau pergi ke keluar negri. Dan sekarang, Daffa malah sudah berada di Bandung.
Setahun lalu tepat saat pemakaman Tuan Aman Himawan, ayah mereka berdua. Daffa hanya datang sebentar, setelah pemakaman Daffa langsung kembali keluar negri. Waktu itu, Raffa juga tak bisa bertemu dengan adiknya. Karena kesibukannya bekerja, Raffa yang ingin mengunjungi adiknya sampai sekarang belum juga tealisasikan.
"Sama Abang juga."
"Gimana keadaan Mama, Mbak Dita sama Princess Dira?" tanya Daffa menanyakan keadaan keluarganya.
Princess Dira yang Daffa maksud adalah putri kecil Raffa, Daffa menyebutnya seperti itu. Karena Dira memang adalah princess keluarga Himawan, cucu pertama serta kesayangan keluarga Himawan.
"Alhamdulilah baik, kamu kok bisa ada di Bandung sih?"
"Hehehe udah beberapa bulan Daffa di Bandung, tadi nggak sengaja Daffa liat abang meeting. Daffa tau, kalau Abang pasti bakal nginep di hotel punya keluarga kita. Eh ralat, hotel milik abang. Kan udah Papa berikan buat Abang hotelnya," jelas Daffa sambil cengar-cengir.
"Dasar kamu ya, nama pemilik hotel memang sudah diganti nama Abang. Tapi sampai kapan pun, ini hotel milik keluarga kita termasuk kamu. Cerita dong kenapa kamu bisa di Bandung? Bukannya kamu kerja di luar negri?"
"Daffa tuh capek kerja di luar negri selama lima tahun, jadinya Daffa pulang aja ke Indonesia deh."
"Terus kenapa kamu nggak ke Jakarta malah ke Bandung? Kamu nggak pulang ke rumah? Buat nemuin Mama atau Abang, kita semua itu kangen kamu termasuk Mama," kesal Raffa. Sungguh Raffa sangat kesal sekali pada adiknya itu, yang selalu buat semuanya sendiri. Pulang ke Indonesia malah ke Bandung, bukanya pulang ke Jakarta. Raffa sama sekali tidak habis fikir dengan pola pikir adiknya itu, sudah 23 tahun masih saja memikirkan dirinya sendiri tidak memikirkan keluarganya.
Daffa tau abangnya pasti nanti akan marah, karena dia pulang ke Indonesi. Namun, tidak pulang ke Jakarta.
"Maafin Daffa Bang, saat itu Daffa sama sekali belum sanggup pulang ke rumah," lirih Daffa yang tidak terdengar oleh abangnya.
Daffa belum pulang ke rumahnya, karena dia belum bisa menerima meninggalnya ayah mereka. Daffa sangat menyayangi beliau, tetapi dia juga mempunyai rasa benci pada beliau. Karena Aman sejak dulu selalu membanggakan Raffa, selalu Raffa. Daffa hanya membenci ayahnya, tidak dengan abangnya. Karena Raffa sangat menyayanginya, selalu membelanya saat harus disalahkan oleh sang Ayah.
"Pokoknya kalau urusan Abang sudah selesai di Bandung, kamu harus ikut Abang ke Jakarta. Abang nggak terima penolakan."
"Iya, Bang." Kalau Raffa sudah berbicara, mana berani Daffa menolak. Jika mereka berdua adalah perempuan, pastinya mereka akan bercerita panjang lebar. Sayangnya mereka laki-laki, jadi mereka berdua langsung merebahkan tubuh mereka di kasur. Dan terlelap sampai esok hari.