“Jadi, lo mau keluar dari rumah cuma nunggu setelah lo dapet gaji?” Miura mengangguk. “Dan selama sebulan ini lo bakal bertahan di rumah dengan situasi di mana Bokap lo bisa marah kapan aja dan main pukul gitu?” Kedua bahu Miura terangkat, seolah mengatakan bahwa ia tidak punya pilihan lain untuk itu. “Seenggaknya gue akan berusaha untuk nggak papasan sama Papa. Dan yah, dia juga punya kesibukan sendiri sama bisnis dan cewek-ceweknya, Na, jadi…” “Ra…” “Lo bakal bilang soal ini sama Vio dan Erni?” “Kalau lo nggak masalah gue cerita sama mereka, gue yang bakal cerita. Tapi…” Miura menunggu kelanjutan kalimat Ayana dengan ekspresi tanya. Menarik napasnya panjang, Aya mengambil keputusan dari apa yang sudah dipikirkannya. “Kalau lo nggak mau mereka tahu, gue cuma bakal bilang soal renc

