Silvia melangkah melenggok dan dengan gerakan pelan Silvia melepas kiminonya hingga memperlihatkan tubuh telanjangnya yang melangkah ke arah kamar mandi.
"Jangan menatapku seperti itu Adam. Pergilah dan segera pulang. Aku menunggumu di atas tempat tidur kita." ujar Silvia sebelum ia menutup pintu kamar mandi.
Adam meremas rambutnya frustrasi. Rasa bimbang sedikit banyak menghantuinya. Malam ini adalah malam perayaan pernikahannya dan Alana yang ke lima tahun. Dan jika dia datang ke sini bisa di pastikan Alana akan marah kepadanya.
Jadi dia harus memilih siapa. Selingkuhan atau istri sahnya?
***
Silvia menatap pantulan dirinya pada kaca. Dress sepuluh senti di atas lutut tanpa lengan terlihat sangat pas ia kenakan. Rambut sebahu berwarna coklat cerah, hidung mancung, pipi tirus dengan bibir bawah sedikit tebal serta mata bulat berbinar membuat Silvia semakin tampak menawan.
Kaki jenjangnya terbalut high heels 10 cm, semakin membuat penampilan Silvia sempurna.
Silvia tersenyum puas menatap penampilannya pada pantulan kaca dan dengan begitu anggun dia meraih ponselnya, membuka aplikasi kamera dan mengarahkannya pada wajahnya. Tersenyum manis pada kamera dan sedikit menggigit bibir bawahnya dengan pandangan menggoda lalu setalahnya mengirimkan hasil potonya pada Adam dengan pesan 'Tubuhku merindukan sentuhan tanganmu, sayang...'
Setelah mengirim poto itu kepada Adam, Silvia langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas. Siang ini dia akan menghabiskan waktu berbelanja dan mungkin sedikit menjaili Adam dengan datang berkunjung di kantor pria itu.
Dengan perlahan dan cara halus Silvia akan berhasil menjerat Adam masuk ke dalam pelukannya untuk melupakan Alana. Dia akan merebut apa yang seharusnya menjadi milikna walaupun itu artinya dia akan merusak kebahagiaan Alana.
Sudah cukup baginya untuk mengalah kepada Alana selama ini dan sudah cukup baginya untuk bertahan dalam kehidupan miskin. Hei!! Dia lebih cantik dari Alana. Seharusnya Adam sudah menjadi miliknya sedari dulu.
Silvia melangkah keluar dari Apartemen nya dan langsung masuk ke dalam mobil yang sudah di persiapkan khusus oleh Adam kepadanya plus satu sopir pribadi yang siap mengantarnya kemanapun.
"Aku ingin kau mengantarku kepusat perbelanjaan, Jims." perintah Silvia dengan nada arogant. Wanita itu tampak memainkan kuku cantiknya, duduk dengan begitu anggun dan kepala cantiknya yang selalu mendongak sombong.
Hanya dalam beberapa puluh menit Silvia akhirnya tiba di pusat pembelanjaan sosialita langganannya. Dia akan berbelanja dengan menggunakan uang yang di berikan Adam kepadanya, beberapa ribu dollar tidak lah masalah bagi pria itu. Karena kenyataannya adalah Adam sang CEO muda yang memegang penghargaan sebagai CEO termuda yang menduduki peringkat keempat orang terkaya di dunia tidak akan bangkrut hanya dengan memberikannya dia uang bulanan sejuta dollar setiap bulannya.
Silvia melangkah anggun, penampilannnya yang elegant dan begitu kentara dengan pakaian ber merk membuat beberapa pasang mata sering menatapnya kagum. Kepercayaan diri Silvia semakin meningkat ketika ia melihat pada sosok wanita yang menurutnya sangat biasa saja yang sedang sibuk memilih-milih gaun.
Dengan senyum piciknya Silvia melangkah ke arah wanita itu, tersenyum sangat manis dan tanpa rasa bersalah Silvia mendorong wanita itu dengan bahunya.
"awww..." wanita itu meringis berlebihan menyentuh pundaknya.
Dan Silvia hanya menatap penuh ilfil ke arah wanita itu. Dia bahkan tidak memperdulika wanita itu karena yang ada dia mengambil ahli pakaian yang tadi hendak di beli wanita itu kamu.
"Maaf. Apa Anda tidak memiliki mata untuk meminta maaf kepada saya, miss?" tanya wanita itu ramah namun tidak menutupi rasa kesalnya kepada Silvia.
"Opsss. Saya tidak tahu kalau istri dari seorang Adam itu gila maaf." ujar Silvia menyindir. Ya wanita itu adalah Alina istri Adam kekasih gelapnya.
Alana mengernyitkan dahinya. "Maaf?"
"Anda istri Adamkan? Perkenalkan saya teman dekat suami anda. Dan soal tadi anggap saja kalau itu sebagai perkenalan kita. Selamat siang." ujar Silvia yang langsung berlalu pergi. melangkah gontai tanpa beban dan menghiraukan tatapan Alana yang meminta penjelasan lebih.
Silvia merasa bahwa hari ini dia akan menunda untuk belanja dan akan mengerjai Adam di kantor pria itu.
Silvia tidak sabaran melihat ekspresi Adam ketika menemukannya di kantor pria itu. Dan sepertinya meminta Adam menjadikannya asisten pribadi bukan hal yang buruk.
***
Dalam perjalanan menuju kantor Adam, Silvia memoles lipstik merah menyalah, menyemprotkan parfum di leher serta lengannya. Merapikan rambutnya dan terakhir Silvia dengan iseng membuka uderwarenya Cepat menghindari sopir pribadinya melihat tingkah anehnya.
Setelah tiba di kantor Silvia tidak langsung keluar dari mobil, dia meraih ponselnya untuk menghubungi Adam. Dia tidak akan mau membuat drama alay di kantor Adam karena di usir satpam.
"Aku di kantormu saat ini. Turun dan jemput aku karena aku sudah meyiapkan hidangan untukmu." ujar Silvia cepat dan langsung mematikan panggilan sebelum Adam berhasil bersuara..
Aku akan merebut suamimu, Alana....
***
Bersambung