PERMAINAN BERBAHAYA

447 Kata
BAB 35 – PERMAINAN BERBAHAYA Langit malam di atas kapal pesiar itu semakin pekat, hanya diterangi gemerlap bintang dan cahaya lampu temaram yang memantul di atas permukaan laut. Angin berembus lembut, membawa aroma asin bercampur dengan wangi eksklusif yang melekat di tubuh mereka. Lovania berjalan pelan, tumitnya beradu lembut dengan lantai dek kayu yang mahal. Dia bisa merasakan tatapan Marco yang masih tertuju padanya, tajam dan penuh intensitas. Tanpa menoleh, dia berbicara dengan nada tenang. Lovania: (Lembut, tetapi menusuk.) "Aku penasaran, Marco. Apa kau selalu seperti ini?" Marco mendekat dengan langkah terukur, kehadirannya begitu kuat seakan memenuhi seluruh ruang. Marco: (Dengan suara rendah dan dalam.) "Seperti apa?" Lovania berhenti, lalu berbalik menghadapnya. Lovania: (Dengan tatapan penuh arti.) "Seseorang yang mengira bisa memiliki segalanya hanya karena kau terbiasa menang?" Marco tersenyum kecil, bukan senyum biasa, tetapi senyum yang menunjukkan betapa menariknya dia menemukan seseorang yang cukup berani untuk menantangnya. Marco: (Dengan nada santai, tetapi berbahaya.) "Aku tidak mengira, sayang. Aku tahu." Lovania menghela napas pelan, mendekat beberapa langkah hingga jarak mereka hanya beberapa inci. Lovania: (Berbisik, menggoda.) "Sombong sekali." Marco menatapnya dalam, matanya berkilat dengan sesuatu yang sulit diartikan—perpaduan antara daya tarik, d******i, dan rasa ingin memiliki. Marco: (Dengan suara dalam, penuh kendali.) "Keyakinan, bukan kesombongan. Dan aku tidak pernah menginginkan sesuatu yang tidak bisa aku miliki." Lovania tersenyum samar, matanya bersinar penuh tantangan. Lovania: (Lembut, tetapi tajam.) "Lalu bagaimana jika kali ini kau salah? Jika ada sesuatu yang tidak bisa kau miliki, Marco?" Marco mendekat lebih jauh, tangannya terangkat perlahan dan menyentuh dagu Lovania, mengangkatnya sedikit hingga mata mereka sejajar. Marco: (Berbisik di dekatnya.) "Sayang… Setiap orang punya harga. Kau hanya belum memberitahuku berapa harga dirimu." Lovania tidak terkejut. Dia tahu Marco selalu bermain dengan cara seperti ini—mengendalikan, mendominasi, dan memastikan bahwa dialah yang memegang kendali. Tapi dia bukan wanita yang bisa ditaklukkan begitu saja. Dia menyentuh jemari Marco yang masih berada di dagunya, lalu dengan lembut menyingkirkannya tanpa kehilangan keanggunannya. Lovania: (Dengan suara lembut, tetapi tajam.) "Kau salah, Marco. Tidak semua orang punya harga. Beberapa hal memang tidak bisa dibeli." Dia melangkah mundur perlahan, membiarkan kata-katanya menggantung di udara. Marco hanya menatapnya, ekspresinya sulit ditebak, tetapi matanya berbicara lebih banyak daripada bibirnya. Lovania tahu—dia baru saja membuat permainan ini semakin menarik. Marco tersenyum kecil, lalu menyentuh pinggir gelas anggurnya sebelum berkata dengan suara rendah, hampir seperti janji yang tak terucap. Marco: (Dengan nada dalam dan tenang.) "Kita lihat saja, Miss Valley. Aku tidak pernah kalah dalam permainan sepertimu." Dan dengan itu, permainan yang mereka mulai semakin berbahaya. Tidak ada yang tahu siapa yang akan menyerah lebih dulu. Tetapi satu hal pasti—tidak ada yang akan keluar tanpa kehilangan sesuatu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN