BAB 37 – PERMAINAN YANG TAK TERDUGA
Suasana di atas kapal semakin sunyi, hanya terdengar suara ombak yang menghantam lambung yacht mewah mereka. Di balik keheningan itu, ada sesuatu yang lebih besar—sebuah tarik-menarik kekuatan antara dua pribadi yang sama-sama tak ingin kalah.
Lovania mengangkat gelas anggurnya, memutar cairan merah rubi itu dengan gerakan elegan sebelum menyesapnya perlahan. Matanya masih terpaku pada sosok Marco yang berdiri di dekat pagar kapal, menghadap laut dengan ekspresi penuh misteri.
Tanpa terburu-buru, dia berjalan mendekat, membiarkan suara langkahnya terdengar di dek kayu yang mahal.
Lovania: (Dengan nada santai, tetapi menusuk.)
"Kau terlihat seperti pria yang sedang berpikir keras, Marco. Sesuatu yang mengganggumu?"
Marco tidak langsung menoleh, tetapi sudut bibirnya terangkat. Dia menikmati permainan ini—setiap kata yang keluar dari bibir Lovania selalu menjadi tantangan tersendiri.
Marco: (Dengan suara tenang, tetapi berbahaya.)
"Tidak ada yang bisa menggangguku, Miss Valley. Aku hanya sedang menikmati pemandangan."
Lovania berdiri di sampingnya, ikut menatap hamparan laut yang gelap, diterangi hanya oleh pantulan cahaya bulan. Namun, dia tahu Marco tidak hanya berbicara tentang laut.
Lovania: (Dengan senyuman menggoda.)
"Ah, begitu. Aku penasaran… apakah yang kau lihat benar-benar laut, atau sesuatu yang lain?"
Marco akhirnya menoleh, menatapnya dalam. Tatapan itu begitu mengintimidasi, tetapi Lovania sama sekali tidak terpengaruh.
Marco: (Dengan suara rendah yang menghanyutkan.)
"Kau suka bermain kata, sayang. Tapi kau tahu betul bahwa aku tidak mudah teralihkan."
Lovania tertawa pelan, lalu menyandarkan punggungnya ke pagar kapal, membiarkan angin laut memainkan helai-helai rambut panjangnya. Dia terlihat seperti dewi dalam balutan gaun hitam berkelas, penuh pesona dan bahaya di saat yang bersamaan.
Lovania: (Dengan nada menantang.)
"Aku hanya bertanya. Bukankah seorang pria dengan kekuatan sebesar dirimu seharusnya tidak ragu untuk mengakui sesuatu?"
Marco mencondongkan tubuhnya sedikit ke arahnya, tangannya terangkat, dengan lembut menyelipkan rambut di belakang telinga Lovania. Sentuhan itu sekilas, tetapi cukup untuk mengirimkan getaran halus di udara di antara mereka.
Marco: (Dengan suara rendah, hampir berbisik.)
"Aku tidak pernah ragu, Lovania. Aku hanya menunggu saat yang tepat."
Lovania menahan napas sejenak. Ada sesuatu dalam tatapan Marco yang membuatnya terperangkap—bukan dalam ketakutan, tetapi dalam daya tarik yang sulit dijelaskan.
Namun, dia bukan wanita yang mudah menyerah. Jika Marco ingin bermain, maka dia juga bisa bermain.
Lovania: (Dengan nada provokatif.)
"Dan kau pikir, saat yang tepat itu akan datang dengan sendirinya?"
Marco tersenyum kecil, tetapi matanya tetap tajam. Dia menyukai keberanian Lovania, tetapi dia juga tahu kapan harus menunjukkan siapa yang memegang kendali.
Marco: (Dengan nada dingin tetapi menggoda.)
"Tidak, Miss Valley. Aku tidak menunggu. Aku menciptakan momen itu."
Lalu, tanpa peringatan, Marco meraih pinggangnya, menariknya lebih dekat hingga jarak mereka hampir tidak ada. Jantung Lovania berdetak lebih cepat, tetapi dia tidak menunjukkan kelemahan.
Lovania: (Berbisik dengan tatapan tajam.)
"Kau suka mengambil apa yang kau inginkan, bukan?"
Marco menatap bibirnya sejenak, lalu kembali menatap matanya dengan intens.
Marco: (Dengan suara dalam.)
"Aku tidak hanya mengambil. Aku memastikan apa yang aku miliki tetap menjadi milikku."
Ketegangan di antara mereka begitu nyata, seolah udara di sekitar terasa lebih panas meskipun angin laut terus bertiup. Tidak ada yang mundur. Tidak ada yang menyerah.
Lovania tersenyum kecil, matanya berbinar penuh intrik.
Lovania: (Dengan suara lembut tetapi tajam.)
"Kita akan lihat, Marco. Kita akan lihat siapa yang benar-benar mengendalikan permainan ini."
Marco membalas senyumannya, tetapi dalam tatapannya ada sesuatu yang berbahaya—sebuah peringatan bahwa dialah yang akan menang pada akhirnya.
Namun Lovania tidak gentar.
Karena permainan baru saja dimulai.