BAB 24 – BUKAN SEKEDAR PERMAINAN
Malam semakin larut, tetapi ketegangan di antara mereka masih terasa seperti nyala api yang belum padam. Di luar, gelombang laut menghantam lambung yacht dengan ritme tenang, seolah menjadi saksi bisu dari permainan yang sedang berlangsung di dalam.
Lovania tetap menggenggam dasi Marco, jemari lentiknya masih membiarkan kain sutra itu berada dalam genggamannya. Dia tidak menariknya lebih dekat, tetapi juga tidak melepaskannya.
Lovania: (Dengan nada lembut, tetapi penuh kendali.)
"Kemenangan bukan hanya tentang siapa yang mengendalikan permainan, Marco… tetapi siapa yang bisa tetap berdiri saat semuanya berakhir."
Marco mengangkat alisnya sedikit, sebuah senyum samar menghiasi bibirnya yang tampak begitu percaya diri.
Marco: (Dengan nada rendah, dalam, dan menantang.)
"Lalu, apakah Anda ingin menguji siapa yang akan tetap berdiri di akhir, sayang?"
Dia bergerak, perlahan tetapi pasti. Tangannya yang besar dan kokoh melingkari pergelangan tangan Lovania, membuatnya merasakan hangatnya kulit pria itu.
Namun, Lovania tidak mundur. Dia hanya menatapnya, bola matanya yang berkilau seolah mengundang, tetapi tetap menyimpan sesuatu yang tidak bisa dengan mudah ditebak.
Lovania: (Suaranya nyaris berbisik, tetapi tetap menusuk.)
"Mengapa terburu-buru, Marco? Bukankah permainan yang paling memuaskan adalah yang tidak bisa ditebak akhirnya?"
Marco terkekeh pelan. Matanya semakin tajam, semakin gelap.
Marco: (Dengan nada dalam dan penuh ketertarikan.)
"Anda menikmati membuat saya menunggu, bukan?"
Lovania akhirnya melepaskan genggamannya dari dasi Marco, tetapi bukan sebagai bentuk penyerahan. Sebaliknya, dia melangkah mundur dengan anggun, mengambil gelas anggurnya, lalu menyesapnya perlahan.
Lovania: (Dengan senyum kecil yang menggoda.)
"Saya hanya ingin memastikan bahwa Anda benar-benar menginginkannya… dan bukan hanya sekadar menikmati tantangan."
Marco menyaksikannya dengan mata yang masih penuh intensitas. Dia tahu Lovania bukan wanita yang mudah ditaklukkan, tetapi justru itulah yang membuatnya semakin menginginkan lebih.
Dia melangkah mendekat lagi, mengambil gelas anggur dari tangan Lovania, menyesapnya dari tempat yang sama, sebelum meletakkannya kembali di meja.
Marco: (Dengan suara rendah yang bergetar di antara mereka.)
"Saya tidak pernah menginginkan sesuatu setengah-setengah, Miss Valley. Jika saya menginginkan sesuatu… saya pastikan itu menjadi milik saya."
Lovania menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Dia tahu Marco Maxdev bukan pria yang hanya bermain-main.
Tetapi dia juga tahu, jika Marco berpikir dia bisa menaklukkannya begitu saja, dia harus berpikir ulang.
Permainan ini baru saja dimulai… dan keduanya masih berdiri di tengah badai yang belum mereka sadari akan segera datang.