Chapter 02

1202 Kata
Alex begitu terkejut ketika membuka pintu dan menemukan Ibunya sudah berada di dalam apartemennya. Ibunya, Ibu yang sejak tadi menganggu harinya dengan mengirimkan banyak pesan tidak penting padanya itu sudah duduk dengan begitu nyamannya di salah satu sofa di ruang tengah apartemennya. Ketika menyadari keberadaannya, Ibunya dengan cepat menghampirinya, kemudian mengambil alih tas kerja miliknya, lalu meletakkannya secara sembarangan di meja terdekat yang berada di sampingnya. Selanjutnya, dengan terburu-buru, Ibunya itu menarik lengannya, menuntunnya untuk duduk pada sofa yang sebelumnya sudah diduduki oleh Ibunya itu. "Jadi, bagaimana pertemuanmu dengan Jennifer tadi siang? Apa berjalan dengan baik? Bagaimana dia? Apa kau menyukainya?" Mungkin besok Alex harus segera mengganti kode apartemennya supaya Ibunya itu tidak dapat seenaknya datang ke tempat pribadinya seperti ini. Walaupun orang itu adalah Ibunya, tetapi tetap saja, Ibunya itu tidak bisa dengan seenaknya keluar masuk ke apartemennya seperti ini. Alex adalah pria dewasa sekarang, ia perlu privasi untuk kehidupannya sendiri. "Ibu, aku harus membersihkan diri terlebih dahulu dan segera setelah itu, aku harus mengerjakan beberapa proposal kerja sama untuk pertemuanku lusa nanti," tidak menunggu jawaban dari Ibunya, Alex bersiap untuk beranjak dari duduknya, ketika Ibunya kembali menariknya, kali ini dengan paksa, untuk kemudian duduk di sampingnya, membuatnya mau tidak mau harus menuruti perintah tidak langsung dari Ibunya itu. "Jawab pertanyaan Ibu terlebih dahulu, Alex!” Ketika tidak menemukan adanya keinginan menjawab di raut wajah putranya itu, Ibu Alex menyerah, kemudian melanjutkan perkataannya dengan mengganti pembicaraan mereka, “hmm... apa kau tahu? Sebelumnya Ibu sudah menelpon Jennifer, ia mengatakan jika kau sangat menyenangkan, jadi ibu ingin tahu darimu, apa Jennifer juga menyenangkan? Wanita itu sepertinya begitu tertarik padamu," jika memutar mata dianggap sopan sebagai salah satu pernyataan kesal, Alex tentu akan melakukannya di depan ibunya, bahkan berulang-ulang kali, tetapi sayangnya ia tidak bisa melakukannya. "Aku tidak menyukainya Bu, aku juga tidak tertarik padanya," balas Alex, membuat Ibunya dengan refleks memijit pelipisnya, merasa pusing sekaligus heran dengan putra satu-satunya itu. "Ada apa denganmu? Jennifer sangatlah cantik, ia juga cerdas, dan ia sangat tertarik padamu. Lalu, apa yang membuatmu merasa tidak tertarik padanya?” Ibu Alex sejenak memandanginya, lalu menggeleng ketika sebuah pemikiran aneh terlintas di kepalanya, “Oh, tidak... jangan katakan jika kau tidak tertarik pada wanita?" Pertanyaan blak-blakan dari Ibunya itu membuat Alex tertawa terbahak. Sembari berusaha menahan tawanya untuk tidak lebih meledak-ledak lagi, Alex berujar ringan, "tentu saja aku tertarik pada wanita, Bu," Ibunya hanya tidak tahu bagaimana Alex sering mengakhiri harinya di hotel bersama wanita-wanita asing dengan melakukan beberapa hal menyenangkan dalam satu malam. Ya, dan hal itulah yang menjadi kegiatannya sekarang, bukan dengan mengenalkan seorang wanita sebagai kekasihnya, yang kemudian akan dibawanya untuk menemui Ibunya. Jangan berharap banyak darinya, ia tentu tidak akan pernah tertarik pada wanita jika berhubungan dengan sebuah komitmen. "Lalu, mengapa tidak pernah sekalipun kau mencoba memperkenalkan seseorang pada Ibu?" Tanya Ibunya keheranan. Jika putranya itu adalah pria normal, lantas mengapa selama ini putranya itu tidak pernah sekalipun membawa seorang wanita untuk dikenalkan padanya? "Aku hanya tidak punya banyak waktu untuk hal-hal seperti itu, Bu. Sudahlah, lebih baik sekarang Ibu pulang dan beristirahat, Ibu pasti lelah ‘kan sudah berkegiatan seharian ini?" Ibunya itu menggeleng tak percaya. Anaknya itu tidak pernah serius ketika berbicara dengannya, terutama menyangkut hal-hal seperti ini. "Kau tahu Alex? Ibu hanya menginginkan hal yang terbaik untukmu, jadi Ibu akan melakukan apapun untuk mendapatkan wanita yang sesuai untukmu. Ibu tidak akan berhenti mencarikanmu wanita-wanita baik di luaran sana, Ibu tidak akan menyerah walaupun Ibu harus mengirimkan jutaan foto wanita tiap harinya padamu," kali ini Alex yang menggeleng tidak percaya mendengar perkataan Ibunya. Ia juga merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan sikap ibunya yang terlalu menghawatirkannya, mengatakan jika ia butuh seseorang yang merawatnya atau butuh seseorang untuk menyayangi dan peduli padanya. Ia masih punya Ibunya, jadi Ibunya tidak perlu melakukan hal-hal seperti itu. Toh, selama ini ia dapat hidup dengan baik tanpa adanya seseorang yang merawatnya, tidak seperti apa yang dikatakan Ibunya itu. "Ibu benar-benar akan melakukan hal itu padaku? Bu, aku sangat lelah... sangat-sangat lelah, Bu. Hal apa yang bisa ku lakukan untuk menghentikan kecemasan Ibu yang tidak berdasar ini?" Seperti ucapannya, Alex sangat lelah, sungguh lelah, terutama di tiga bulan terakhir ini, di mana Ibunya itu memulai semua kekhawatiran ini. "Ibu ingin kau menikah, kau membutuhkan seseorang untuk merawatmu, Sayang" lagi-lagi pembicaraan mereka bermuara pada hal itu. Ibu Alex menghampiri Alex kemudian mengusap pundak anaknya itu dengan lembut, mencoba melunakkan hati Alex dengan cara lain. Kali ini, ia ingin Alex mendengarkannya. "Ibu tidak selamanya akan hidup dan mendampingimu, Sayang, Ibu ingin kau memiliki seseorang yang dapat menjaga dan merawatmu di kemudian hari. Lagi pula... Ibu juga sangat ingin menimang cucu darimu," sekali lagi, Ibunya itu mengatakan hal serupa yang sudah pernah dikatakannya. “Aku masih terlalu muda untuk menikah dan memiliki seorang anak, Bu!” Senyuman yang ditampilkan Ibunya itu sedikit menganggu Alex, tetapi ia tetap pada keputusannya. “Alex, Sayang...” Ibunya mencoba untuk membujuknya. “Ibu.” Alex sudah benar-benar lelah. “Kematian tidak bisa menunggu, Sayang,” perkataan Ibunya itu benar-benar membuatnya kebingungan. “Ibu tidak sedang sakit bukan?” Tanya Alex khawatir. “Tidak... tidak Sayang... Tetapi tidak ada yang tahu kapan kita akan mati,” pembicaraan Ibunya ini sedikit menganggunya. "Apa dengan aku menikah, Ibu akan menghentikan semua hal konyol yang Ibu lakukan ini?" Pertanyaan bodoh itu tiba-tiba saja keluar dari mulutnya, hal ini tentu saja membuat semangat Ibunya melonjak, ini begitu terlihat dari anggukan mantap yang ditunjukkan Ibunya itu padanya. Alex tidak pernah berpikiran untuk menyetujui keinginan Ibunya itu, ia bahkan sudah mengatakan jika ia tidak tertarik dengan hubungan apapun yang memiliki sangkut paut dengan komitmen. Namun rasa bosan, kesal dan lelah yang dirasakannya akhir-akhir ini karena tindakan Ibunya itu benar-benar membuat pikirannya kacau. Apa lagi ketika Ibunya sudah membicarakan tentang kematian, hal itu sangat-sangat mengganggunya. Mungkin... mungkin jika ia mengiyakan keinginan Ibunya kali ini, pada keesokan harinya Ibunya itu akan melupakannya. Dan mungkin saja, ini semua hanyalah sebuah lelucon yang dibuat Ibunya agar ia segera mencari seorang wanita untuk dinikahinya, "baiklah jika itu keinginan Ibu, Ibu bisa melakukan apapun yang Ibu inginkan mengenai hal itu," senyuman manis terpampang lebar di wajah Ibunya, membuatnya tanpa sadar ikut tersenyum. "Tetapi bukan Jennifer," tambah Alex cepat, memperjelas syarat persetujuannya pada permintaan Ibunya itu. "Bukan, bukan Jennifer, Ibu berjanji," Ibunya dengan segera meraih tubuh kekar putranya itu, kemudian memeluknya dengan kuat, menampakkan kegembiraan yang tidak dapat ditutupinya lagi. "Oh Tuhan, anakku akan segera menikah," sesekali Ibunya itu membisikkan kalimat-kalimat yang menunjukkan rasa syukurnya pada Tuhan akan rahmat yang membuat putranya itu menyetujui keinginannya. "Baiklah, ini sudah sangat larut. Sekarang Ibu perlu beristirahat, apa perlu ku antarkan pulang?" Ibunya menggeleng dengan cepat. “Tidak, tidak perlu.” Setelah mengecup kedua sisi wajah putranya, ia kemudian bergegas pergi sembari bersenandung riang. "Aku tidak percaya... aku baru saja menetujui keinginan Ibu untuk menikah," bisik Alex, walaupun ia yakin jika Ibunya itu tidak serius akan hal ini, tetapi ia merasa sedikit menyesal karena telah mengindahkan keinginan Ibunya itu. "Semoga apa yang dikatakan Ibu tidaklah sungguh-sungguh," bisiknya sekali lagi mencoba menenangkan diri dari kekecemasan yang tidak pernah dirasakan seseorang seperti Alex sebelumnya. Selain itu ia juga berharap jika Ibunya benar-benar tidak akan melakukan apa pun seperti apa yang dikatakannya.***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN