2 - Tujuan Yang Sama

1034 Kata
"Syukurlah," ucap keluarga Felix kala itu. Semuanya berwajah ceria, mungkin hanya Felix satu-satunya yang terlihat sangat dongkol. Percayalah, Kayla juga sedang menahan rasa kesal, sedih, marahnya. Menutupinya dengan sebuah senyuman, yang penuh dengan kepalsuan. "Syukurlah kalau Kayla menerima lamaran Felix." Deri tersenyum puas, terlihat jelas raut kebahagiaan di wajah senjanya. Bukan hanya Deri, tapi Rudi juga. Lelaki itu terlihat sangat senang, bahkan Kayla pertama kali melihat Rudi tersenyum dengan sangat lebar begitu. "Nah, kalau gitu. Felix, ajak Kayla menghirup udara segar sana. Kalian bisa ngobrol, mengakrabkan diri," titah Deri pada anaknya. Felix hanya mengangguk, dia bangkit lalu berjalan keluar duluan. Saat itu Kayla masih duduk di sofa, di samping Rudi dan Yeti. Kayla terlalu malas bahkan untuk bangkit. Rasanya waktu yang terbuang sia-sia ini akan sangat bermanfaat, kalau Kayla duduk di meja belajarnya sambil menghadap ke waqam cintiq. "Kay, susul Felix sana," bisik Yeti sambil tersenyum. Boleh nolak nggak, sih? Pikiran konyolnya buru-buru ia tepis. Menolak pun percuma, yang ada dia akan kena siraman rohani nanti malam, dan beberapa hari ke depan. Kayla bangkit lalu menyusul Felix yang Kayla yakini ada di samping rumahnya. Bukan ingin berduaan dengan Felix, Kayla hanya cari aman saja dari semprotan omongan yang pedasnya bukan main dari kedua orang tuanya. Dugaannya benar, Felix sedang duduk di bangku besi dengan ponsel di tangannya. Ingin duduk di samping Felix, tapi takut disangka demen. Akhirnya Kayla pun memilih untuk duduk di ayunan, dan duduk di sana sambil bersenandung. Felix yang merasa terganggu, ingin memarahi Kayla. Niatnya ia urungkan, saat melihat ekspresi Kayla yang terlihat sangat bahagia. Satu pertanyaan muncul di benaknya, apakah Kayla senang dengan perjodohan ini? Entah keberanian dari mana, akhirnya Felix pun menanyakannya secara langsung. Jawaban yang diberikan oleh Kayla membuat hatinya tercubit, dan membuatnya malu. "Kamu seneng karena dijodohin sama aku?" tanya Felix tanpa tau malu, dan penuh dengan kepercayaan diri. "Nggak, aku nggak terlalu seneng. Aku juga sama kok kayak kamu, korban perjodohan. Tapi percayalah, aku juga sempat ingin menolak. Tapi kedua orang tuaku tak mendengarnya, dan memilih untuk melanjutkan perjodohan ini secara sepihak. Tak memikirkan perasaanku bagaimana, apakah suka atau tidak, apakah bahagia atau tidak." Kayla menghentikan sesi ceritanya, tanpa sadar dia hampir menceritakan semuanya. Kayla tak naif, dia ingin punya teman yang menjadi tempatnya saat berkeluh kesah, memberikan semangat saat dia sedang berada di titik terendah. Kayla ingin punya teman, dan dia berharap kalau suatu hari nanti dia akan mempunyai teman. "Aku juga sama, korban perjodohan." Akhirnya Felix pun memberi tau, kalau dia juga korban perjodohan. "Nggak kamu kasih tau juga, aku udah tau. Keliatan banget dari raut wajahnya." Felix pun terkekeh mendengar jawaban Kayla. Apakah dia terlalu kentara? Bodoo amat, karena sedari awal dia memang ga suka yang namanya jodoh-jodohan. Sampai ponsel dalam saku kemeja batiknya berdering, dan nama mine dengan emot love muncul di sana. Felix pun bangkit, menjauh dari Kayla dan mengangkat ponselnya. Tanpa memberi tau Kayla sekali pun, gadis itu sudah tau siapa yang menelpon Felix. Siapa lagi kalau bukan pacarnya? "Aku udah bilang, kan? Kalau ini semua perjodohan! Kamu harus percaya sama aku, dong. Jangan malah nyalahin aku terus, rubah juga kebiasaan kamu dan buat keluarga aku yakin kalau kamu emang pantes buat aku." "Bukan gitu! Aku ga masalah sama apa yang kamu lakukan, tapi kalau emang kamu serius sama aku setidaknya buat kedua orang tua aku yakin." Felix bahkan sampai berkacak pinggang, demi meladeni kekasihnya yang sedang merajuk. Padahal sedari awal juga Felix sudah bilang, kalau dia juga sudah menolak perjodohan ini. Tapi kekasihnya malah tak percaya, dan menuduh dirinya kalau dia sendiri yang menginginkan perjodohan ini. Akhirnya sambungan telepon pun terputus, Felix kembali menuju bangku besi dan duduk di sana. Kayla masih duduk ayunan, sambil bersenandung dan mengayunkan ayunannya. "Aku juga udah berusaha nolak, tapi papa sama mama nggak denger." Felix tersenyum kecut, meratapi nasibnya yang kena perjodohan di jaman modern ini. Kayla hanya tersenyum, menertawakan nasibnya dan nasib Felix yang kena perjodohan. Ingin menangis, tapi itu adalah hal yang sia-sia, karena sampai kapan pun kedua orang tuanya tak akan pernah mendengarnya. "Aku sama dia ketemu di sebuah mall, dia jadi SPG di showroom mobil. Aku lagi nganter temen beli mobil, di sana kita ketemu. Aku nolongin dia dari gangguan om-om yang godain dia. Setelah itu, kita sering ketemu secara kebetulan. Ini takdir, kan? Dia adalah jodoh aku, kan?" tanya Felix sambil menatap Kayla, meminta pendapat. Bingung, Kayla harus ngomong apa, harus memberikan jawaban seperti apa atas pertanyaan Felix. Dia juga tidak tau ciri-ciri seseorang yang sudah ditakdirkan untuknya. Seumur hidup Kayla dia tak pernah dekat dengan laki-laki. Hidup menyendiri, sebagai siswi yang dikucilkan. Kayla memang ahli dalam membuat webtoon dengan genre romantis, sayangnya kisah cintanya tak seromantis apa yang ia buat. Itulah Kayla, gadis lugu yang tak pernah mengenal apa itu cinta. "Kenapa nggak dijawab?" tanya Felix dingin. "Maaf, aku sendiri juga nggak tau," cicit Kayla takut kena semprot. Felix adalah laki-laki pertama yang bertandang ke rumahnya, laki-laki yang belum pernah Kayla temui sebelumnya. Felix adalah laki-laki asing yang mampir di kehidupannya, atas perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. "Kenapa minta maaf?" "Nggak apa-apa, aku merasa bersalah. Padahal kamu udah nanya, tapi aku malah ga bisa jawab." Kayla menatap ke arah Felix, ungu bertanya mengenai hubungan mereka ke depannya bagaimana. Karena jujur saja perjodohan ini adalah sesuatu yang tidak mereka inginkan. "Nanti ... bagaimana dengan hubungan kita? Apakah akan lanjut, atau diakhiri?" Kayla akhirnya menanyakan apa yang ingin ia tanyakan. Felix terkekeh merasa lucu. Pemuda itu pun bangkit, menghampiri Kayla yang masih duduk di atas ayunan. Tangannya terulur, hendak menjabat tangan Kayla. "Perkenalkan, aku Felix Liondra. Mohon bantuannya untuk beberapa bulan ke depannya. Kita memiliki tujuan yang sama, yaitu membatalkan pernikahan kita." Kayla menatap tangan Felix yang ada di hadapannya. Apakah pilihan ini benar? Bisa membuatnya bahagia? Tidak tertekan lagi? Bagaimana jika pilihannya salah? Yang ada orang tuanya akan semakin membenci dirinya. Kayla dibuat dilema setengah mati, antara menerima ajakan Felix atau tidak. Tapi pada akhirnya gadis itu menerima ajakan Felix, untuk menggagalkan pernikahan mereka. "Aku Kayla Fauziah, mohon bantuannya juga, ya." Felix tersenyum tipis, lalu keduanya menikmati angin yang berhembus lembut, menerpa wajah mereka. Senja sore itu terlihat sangat indah, langit biru kini sudah berganti jingga. "Cantik, ya?" tanya Kayla sambil terus menatap langit. "Iya, cantik."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN