Gero tertunduk menahan diri saat lidah Caren melumatnya dengan lihai. "Aku suka ujung lidah yang lancip seperti kamu, lihatlah kamu pandai sekali sayang," Racau Gero sambil memejamkan mata. “Kau seksi dan pandai sekali membuat aku terengah-engah! Aku suka!”
Wanita itu menggigit ujung pisang Gero dengan cepat! Dia melumat hingga tandas segalanya. Bahkan biji-bijian Gero pun sudah ingin pecah karena terlalu tegang.
"Kamu gila! ini nikmat sekali," Rintih Gero yang mulai bertolak pinggang dengan tangannya, sedangkan tangan satunya mengendalikan kepala Caren agar mengemut pisang dengan kehendak dirinya. “Akh, nikmat!”
Sejujurnya, Caren melakukan ini bukan karena nafsu, tapi terlebih karena dirinya ingin Lily tidak menggoyang posisi di hati Gero. Dia sendiri tidak tahu kenapa dirinya merasa cemburu dan tersaingi. Lily menganggap Caren sahabatnya, tapi tidak sebaliknya.
"Hm," wanita itu lagi-lagi mendesah! Dia mengeluarkan gunung kembarnya dengan cepat dan mengarahkan tangan Gero pada miliknya.
Pria itu memutar kecil puncak gunung kembarnya yang besar itu, menjepit dengan kuat hingga dia menjerit dan mendesah "seksi sekali!" Racau Gero sambil menahan gairah cairan yang akan keluar menyembur saat ini juga. "Aku mau keluar!" teriaknya meremat rambut Caren hingga dia berteriak. "Aku mau keluar," Gero mengerang, suaranya sudah serak.
Dia mempercepat gerakannya dan 'Crot' cairan itu keluar, dengan tiga kali hentakkan di dalam mulut Caren. "Telan!" pinta Gero.
Wanita itu mengangguk dan menelan dengan cepat cairan panas yang di berikan sang pria, wajahnya pun tak luput dari semprotan s****a.
Gero menyenderkan tubuhnya dengan napas yang masih tidak teratur. "Ini untuk kamu," Dia mengeluarkan kartu ATM tanpa limit. "Kamu seksi sekali, aku tak bisa berkata apa-apa!" Gero mengelap wajah wanitanya dengan tisu. Lain kali kamu harus lebih membuat aku melayang." Dia menatap wajah Caren sambil tersenyum nakal.
"Kamu yakin tidak ingin seks?" wanita itu berdiri dari duduknya. Meraba d**a Gero dengan lembut. “Aku masih bisa melakukannya, dan waktu kita tidak akan lama.”
Dia menggeleng “Ada Lily di luar," Jawab Gero sambil meremat kuat gunung kembar Caren. Dia berteriak, Dan membalas, dia pun menggigit dagu Gero dengan nafsu. “Apa kau takut pada Lily?!”
"Cih ada-ada saja! Kamu seksi, apalagi ini!" pria itu menggoyangkan gunung Caren.
Mereka sudah selesai, dan akhirnya kembali ke meja di mana Lily menunggu. Wanita itu tampak biasa saja, dan prianya merasa sial karena tidak melakukan seks karena mengkhawatirkan Lily yang mencari mereka berdua.
"Kalian sudah datang, aku ingin mengajak kamu, Gero. Malam ini aku mau ikut ke club yang sering kamu katakan. Aku tidak akan menolak lagi, lagi pula aku percaya padamu, sayang," ucap Lily manja.
Gero tersenyum bahagia, dan Caren yang melihat itu sungguh muak, karena baru beberapa saat yang lalu dia bercinta dengan pria yang sok suci di hadapannya itu. Caren dalam hati pun memiliki sebuah ide, dia akan membuat Gero jijik melihat Lily.
Ayo kita lihat apa yang akan kau banggakan besok! Kau tak lebih baik dariku Lily. Kau bahkan lebih mengerikan dari seorang p*****r. Wanita sok suci, hah, kita akan menonton pertunjukkan yang luar biasa besok.
Sampailah pada malam itu, Lily yang datang lebih dulu bersama Caren, terpaksa duduk di tepi bar menunggu Gero. Pria itu belum juga datang, entah kemana dia, karena nomor ponselnya tidak di angkat. Lily yang tidak menaruh curiga pada Caren pun biasa saja, sampai dia meminum orange jus yang di pesan oleh sahabatnya itu. Lily yang tidak menyadarinya pun terlihat biasa saja. Padahal Caren memasukkan obat tidur dan obat perangsang dalam minuman Lily.
Lily terus memijat kepalanya, "Kepalaku, pusing sekali, apa kita pulang saja? Rasanya sangat tidak nyaman dan panas sekali! Aku ingin pulang, katakan saja pada Gero kalau aku akan pulang lebih dulu. Aku yakin dia bisa mengerti.”
Caren bahagia sekali, dia berhasil melakukannya pada Lily, wanita sok suci ini, sebentar lagi akan kotor seperti dirinya. Dan itu akan di saksikan secara langsung oleh Gero.
"Ayo kita pulang saja," ucap Caren yang berdiri dari duduknya, dia membantu mengangkat Lily. “Kamu itu pasti sedang tidak enak badan.”
Tapi jangan kalian pikir, Lily akan benar-benar di antar Caren pulang. Karena wanita itu sudah berpikir untuk menghancurkan sahabatnya. Dia sudah menjual Lily dan membuat suatu pertunjukkan yang akan begitu menyakitkan dirinya. Caren benar-benar tidak sabar.
"Ini uang untuk kamu," Seorang pria gemulai memberikan segepok uang untuk Caren. “Kamu itu sahabat yang sangat kejam! Tega sekali menjual sahabatmu sendiri.”
Wanita itu tersenyum, "kamu tidak akan kecewa, Mami, Dia perawan dan tubuhnya belum pernah di sentuh pria lain. Kamu tidak akan menyesal."
"Baguslah, aku suka sikap kamu! Tapi, menjebak teman sendiri bukanlah perilaku yang baik." ucap Mami sambil memainkan rambut panjang Caren. “Kamu jangan menyesal karena dia terlihat seperti teman yang baik. Sulit sekali mendapatkan kepercayaan seseorang saat ini ya! Wah, kau luar biasa Caren!” bisiknya
Wanita itu tersenyum kikuk, terserah orang lain mau berkata apa. Tapi dirinya tidak peduli sama sekali.
"Aku pergi, Mami,"
Caren meninggalkan Lily yang sudah telanjang bulat di ranjang. Dia sudah mulai terangsang, tangan kanan Lily memainkan goanya, dan tangan kiri Lily memainkan puncak gunung miliknya.
Dia menikmati permainannya sendiri, dia mendesah sesekali berteriak saat cairan demi cairan keluar dari goa surga miliknya.
Mami tersenyum, lalu dia memberi kode pada anak buahnya untuk melapor pada Tuan yang akan menikmati malam ini bersama Lily.
"Katakan, hadiah kita sudah siap, aku yakin Tuan tidak akan kecewa. Kita sangat butuh penjagaan dari mereka di klub ini. Setidaknya dia bisa puas dengan apa yang kita berikan."
"Baik, Mami,"
Siapa yang tidak kenal dengan Mami, dia adalah salah satu pemilik klub malam dengan prostitusi terbesar di kota ini. Banyak musuh yang bertopeng teman! menarik keuntungan dan menyelinap bagaikan anjing gila. Tidak mudah menjadi wanita tua yang ditakuti di dunia seperti ini.
Oleh sebab itu, memiliki orang-orang yang menjaganya merupakan hal yang paling baik untuk wanita tersebut. "Apa uangnya sudah kalian berikan?"
"Sudah Mami!"
"Aku lihat gadis itu bukan dari keluarga sembarangan! bersih dan terawat! aku yakin Tuan Naga akan puas dengan hadiah kita kali ini. Dia selalu melakukan hal yang baik bagi kita, tentu saja kita juga melakukan hal yang terbaik untuk Tuan Naga.