Sederhana

1182 Kata
Aisyah masih setia memilih baju mana yang cocok untuknya pergi melihat pertandingan itu, sudah banyak baju yang dia keluarkan, kebingungan datang menghampirinya karena semua terlihat bagus. Asih menghampiri Aisyah yang sedang kebingungan itu. Bisa dilihat bagaimana adik iparnya ini sangat antusias sekali. "Na kenapa semua baju dikeluarkan" Tanya Asih keheranan. "Eh mbak, iya ni lagi bingung mau pakai baju yang mana" jawab Aisyah masih sibuk mencoba-coba satu persatu bajunya. "Masya Allah Na, kamu hanya menonton pertandingan. Kalau mbak boleh usul pakai saja gamis yang coklat gelap ini" Usul Asih sambil mengambil gamis warna coklat gelap. "Iya Una tau mbak, tapi ntah kenapa Una ingin tampil lebih bagus" jawab Aisyah tanpa sadar. "Astagfirullah na, jangan seperti itu. Mbak tau kamu masih muda pasti banyak godaannya. Sini duduk dulu" suruh Asih sambil memegang tangan Aisyah agar duduk disampingnya. Asih memandang wajah adik iparnya yang sangat dia sayangi karena memang dia anak tunggal. Ketika dia dilamar oleh Ibam yang notabenenya kakak Laki-laki pertama Aisyah, tentu Asih sangat bersyukur karena sebelumnya tidak pernah terpikir dibenaknya akan mempunyai seorang suami yang sangat terlihat sempurna dimatanya. Memang tidak ada manusia yang sempurna didunia ini tapi Ibam adalah sosok suami yang luar biasa. "Mbak boleh ngomong sesuatu sama Una" Tanya lembut Asih. Aisyah yang sedikit kebingungan hanya mengangguk. "Begini, Una tau kalau seorang perempuan harus menjaga kehormatannya" tanya Asih Aisyah lagi-lagi hanya mengangguk "Mbak mau cerita, Dulu waktu pertama kali bertemu Una mbak sangat mengagumi Una " jedah Asih. "Kenapa mbak" tanya Aisyah penasaran. "Karena dari sekian banyak remaja yang mbak temui, mereka tidak menjaga kehormatan mereka sebagai perempuan, tapi Una dengan luar biasanya mampu menjaga kehormatan dan menjalankan syariat islam dengan menutup aurat sangat sempurna ditambah Una yang memakai niqab" tutur Asih dengan lembut. Memang benar banyak remaja labil diluaran sana mengumbar-ngumbar aurat tanpa mereka tau apa dampak dari itu semua. Padahal Allah menyuruh menutup aurat kerena dalam islam seorang perempuan itu bagaikan seorang ratu yang tidak bisa dilihat ataupun disentuh sembarang orang. Allah memerintahkan menutup aurat agar perempuan itu lebih dihormati oleh yang bukan mahromnya. Perintah itu terdapat dalam surah Al-ahzab ayat 59 يَٰٓـأَيـُّهَا ٱلنَّبِيُّ قـُل لـِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنـَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡـمُؤۡمِنِينَ يُدْنِينَ عَلـَيۡهـِنَّ مِن جَلَٰبـِيبـِهـِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنـَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فـَلـَا يُؤذيۡنَ ۗ وَكـَانَ اللهُ غـَفـُورًا رَّحِيمًا (الأحزاب : ٥٩ Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita (keluarga) orang-orang mukmin, agar mereka mengulurkan atas diri mereka (ke seluruh tubuh mereka) jilbab mereka. Hal itu menjadikan mereka lebih mudah dikenal (sebagai para wanita muslimah yang terhormat dan merdeka) sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Penyayang QS. al-Ahzab ayat: 59 Aisyah terdiam dengan penunturan kakak iparnya itu. Memang dia sudah berniqab dari sejak sekolah menengah pertama. "Mbak rasa Una lebih paham agama dari pada mbak, seorang perempuan keluar rumah seharusnya jangan berlebih-lebihan dan jangan menjadi pusat perhatian. Pakailah pakaian yang sederhana" Aisyah paham dengan maksud dari kakak iparnya itu, berulang kali dia mengucap istigfar didalam hatinya karena sudah melampui batas dalam bertindak. "Makasih mbak atas nasehatnya. Una memang salah seharusnya tidak seperti ini. Una pakai pakaian ini saja kalau begitu" ucap Aisyah dengan tersenyum. "Satu lagi yang menjadi keganjalan dihati mbak na" resah Asih. Asih tidak tau salah atau benar mengizinkan Aisyah pergi melihat pertandingan itu. Yang pasti akan banyak mudharatnya karena disana akan berikhtilat. (ikhtilat adalah berkumpulnya beberapa laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya di satu tempat, yang memungkinkan terjadinya hubungan diantara mereka apakah melaui pandangan mata, isyarat ataupun dengan bercakap-cakap) Asih tidak ingin Aisyah sampai nekat pergi tanpa pamit dan tanpa ridho dari suaminya yang pasti akan banyak keburukan yang datang. Asih sangat tau bagaimana Aisyah sangat menyukai olahraga bola bundar itu. Disaat pertandingan tim kesayangannya pasti tidak terlewat, kalau tidak ada halangan yang mendesak maka dia akan menontonnya. Biasanya pertandingan tim luar negeri kesayangannya bertanding dini hari. Tapi satu hal juga membuat Asih tabjuk karena Aisyah istiqomah dalam shalat tahajudnya. Adik iparnya memang perempuan yang unik dan jarang sekali ditemui. "Apa itu mbak" tanya Aisyah bingung. "Mbak kepikiran kalau kamu melihat pertandingan itu dengan menggunakan niqab apa tidak ada masalah. Karena mbak pikir enggak akan ada orang yang menggunakan niqab melihat pertandingan bola" tutur Asih dengan wajah risaunya. "Mbak tenang aja. insya Allah Una bisa jaga diri baik-baik dan akan menghindari apapun yang tidak Allah sukai" Jawab Aisyah meyakini kakak iparnya agar tak perlu mengkhawatirkannya. "Iya mbak percaya sama Una, tapi menurut mbak Una tidak usah memakai niqab" ucap Asih "Aduh mbak, ngomong apaan si?" Tutur Aisyah sedikit kesal tak habis pikir dengan jalan pikiran kakak iparnya itu. "Jangan pikir macam-macam dulu. Gini Na maksud mbak karena disana gak ada yang pakai niqab dan juga mbak rasa orang yang pakai niqab gak pantes kesana, yang jelas Una tau lebih banyak mudhoratnya kan. Nah mbak rasa Una sebaiknya pakek masker aja kalau udah sampai disana" jelas Asih memberikan pengertian agar Aisyah mengerti. Aisyah berpikir sejenak. Apa yang mbaknya bilang ada benarnya. Jangan hanya karena satu orang yang lain mendapat pandangan buruk juga. Memang tidak salah menyukai bola tapi yang salah apabila kita terlalu berlebihan dan melanggar perintah Allah dan sebaiknya segala sesuatu yang banyak mudhoratnya ditinggalkan. "Iya Una paham maksud mbak, memang betul apa yang mbak bilang. Jangan karena kesalahan Una yang lain mendapat pandangan buruk. Makasih ya mbak atas nasehatanya" jawab Aisyah mengerti. "Iya sama sama sayang. Liat jam Na gak mau siap-siap nanti telat ke sana malah nangis" ledek Asih sambil ketawa. "Ya Allah. Iya mbak. Keasikan cerita sama mbak sih" jawab Aisyah. Asih keluar dari kamar Aisyah karena dia yakin pasti adik iparnya ingin beres-beres dan bersiap untuk pergi melihat pertandingan bola itu. Aisyah dengan terburu-buru memasukan semua gamisnya kedalam lemari denga rapi tak lupa membereskan tempat tidurnya yang berantakan. ... Aisyah melihat pertandingan bola dengan menggunakan gamis dan hijab berwarna Coklat gelap yang dipilihkan oleh kakak iparnya. Pancaran bahagia terlihat dari matanya yang sangat sulit diartikan. Aisyah menggunakan motor untuk pergi ketempat kos temannya. Sesampainya di kos tersebut. "Assalamu'alaikum..."salam Aisyah didepan kos Tya. "Wa'alaikumsalam Na, yuk masuk dulu didalam udah ada yang lain" jawab Tya. Didalam kos Tya sudah ada teman teman yang lain yaitu Alis, Nisa sedangkan Andre masih setia di luar karena memang tidak diperbolehkan untuk masuk. Mereka berteman sejak pertama kali memasuki perkuliahan. Mereka kuliah di Institut Teknologi Bandung dengan jurusan Teknik Informatika. Hanya Andre satu-satunya teman laki-laki Aisyah. Tapi Aisyah tidak terlalu dekat dengannya karena dalam islam laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom dibatasi. Rasulullah Shallallahu"alaihiWasallam bersabda "Tidaklah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan kecuali setan yang menjadi ketiga (HR at-Tirmizi dan ahmad). Dengan jurusan teknik informatika yang lebih diminati banyak kaum adam membuat Aisyah mau tidak mau harus terlibat dengan laki-laki. Tapi Alhamdulillah selama dari semester 1 sampai sekarang semester 5 tidak ada sesuatu yang berlebihan dalam bertingkah laku dan berkomunikasi. Kaum adam seangkatannya bahkan seniornya menghormati Aisyah. Aisyah termasuk aktifis sosial yang sangat aktif dikampusnya. Karena kedua orang tua Aisyah selalu menyuruh anaknya agar menjadi bermanfaat untuk orang lain. Memakai niqab bukan halangan untuk membantu orang lain. "Karena sekarang kita udah ngumpul, Ayo berangkat nanti kita gak dapat tempat" kata Tya sambil beres-beres. "let's Go "jawab mereka bersamaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN