Bab 11. Apa Salahku, Bella

1211 Kata
Sang penelepon segera memberikan jawaban kepada Cassandra dan Cassandra menganggukkan kepala mendengar jawaban dari sang penelepon. "Baiklah, aku akan ke sana," jawab Cassandra yang mengakhiri panggilan telepon. Helaan napas panjang terdengar keluar dari mulutnya. Cassandra begitu lelah dengan kehidupannya yang tidak ada ujungnya. Cukup lama merenung, Cassandra memilih membersihkan diri dari sisa-sisa percintaannya dengan Zayn. Dibawah pancoran air, Cassandra menitikkan air mata sembari mengusap tubuhnya dengan cukup kuat. Dirinya tidak menyangka kalau tubuhnya ini banyak dicicipi oleh pria yang haus belaian. Kadang Cassandra bingung apakah nanti jika dia sudah menemukan pasangan yang tepat, pasangannya itu akan menerima masa lalunya. Dan apakah masa lalunya akan mengikutinya terus sampai dia memiliki anak atau malah berhenti saat dia mengucapkan janji suci pernikahan dengan pasangannya. Cassandra terus memikirkan hal-hal itu, dia ingin menemukan pasangan hidup yang baik, pasangan yang bisa membimbingnya, jika pun pasangannya tidak kaya yang penting pasangannya bisa sayang dan bertanggung jawab dengannu. Karena, menurutnua pria kaya akan mencari wanita lain untuk memuaskan hasratnya. Seperti yang saat ini dialami oleh Zayn dan pria lain. Memiliki kekayaan berlimpah dan pada akhirnya dia mencari wanita simpanan dan wanita pemuas pria kaya adalah dia. Cassandra terus menangisi, hatinya benar-benar sedih. Akan tetapi, Cassandra tidak mempunyai kekuatan untuk memberontak, semuanya demi balas dendam terhadap ayah tirinya yang sampai saat ini belum dia temukan. Sedangkan di kamar lain, Zayn yang baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi tidak menemukan sama sekali keberadaan Cassandra. Zayn menaikkan alisnya saat melihat sprei yang tadi berserakkan kini sudah rapi. Zayn duduk dengan kepala menunduk. Zayn tidak menyangka disaat dirinya bersama dengan Cassandra, Mauren muncul diingatnya. "Kenapa dia muncul di saat yang tidak tepat. Kenapa! Dan kenapa dia berbohong kepadaku selama ini. Apa kurangnya aku. Aku mencintai dia lebih dari diriku sendiri tapi, dia berkhianat dibelakangku. Aku terlalu bodoh untuk percaya dengannya dan kenapa aku terlalu mencintai dia. Sedangkan dia sudah berkhianat kepadaku." Tubuh Zayn bergetar, tanpa sadar Zayn meneteskan air mata. "tidak bisakah dia sadar dengan semua kesalahannya? Tidak bisakah dia mengakui kesalahannya kepadaku. Ketika dia mengakuinya, aku akan tinggalkan wanita itu dan aku akan setia dengannya. Tapi, dia malah memilih untuk bersama dengan sahabatku. Kenapa, Bella? Kenapa? Kenapa kamu mengkhianatiku, Bella? Apa salahku padamu selama ini." "A-aku sudah memberikan semuanya padamu, Bella, aku bantu perusahaanmu jangan hampir bangkrut. Dan, aku tidak pernah melarangmu sama sekali. Aku membebaskanmu, tapi ini balasanmu kepadaku, Bella. Balasanmu kejam. Kamu kejam, Bella. Keterlaluan, kamu. Jangan pernah muncul lagi diingatkanku selamanya, Bella!" teriak Zayn dengan cukup kencang. Zayn teriak kencang melampiaskan semua kekesalannya, sakit hatinya ke Mauren. Zayn, menarik rambutnya dengan kasar, dia benar-benar membenci wanita itu sangat membencinya sehingga dia tidak tahu harus melakukan apa. Dan sekarang, tekadnya sudah bulat akan membalas apa yang Mauren lakukan. Zayn berdiri dan dia melangkahkan kaki menuju pintu dan saat di luar dia tidak melihat sama sekali keberadaan Cassandra. Mata Zayn tertuju kepada satu pintu, dia yakin kalau Cassandra berada di sana dengan cepat Zayn melangkahkan kaki dan membuka pintu kamar tersebut, namun terkunci. "Cassandra, buka pintunya. Cassandra, buka. Cassandra ... Cassandra, kamu dengar tidak." Zayn teriak dari luar memanggil Cassandra. Namun, tidak ada reaksi sama sekali dari Cassandra. Cassandra yang saat ini masih berada di kamar mandi tidak mendengar panggilan Cassandra. Karena tidak ada respon, Zayn segera keluar dari apartemen dan dia melangkahkan kaki menuju ke apartemen milik Oskar. Zayn menekan pin apartemen Oscar, setelah terbuka Zayn segera masuk. Zayn mendengar suara musik yang cukup kencang dari unit apartemen Oscar dan terdengar juga suara nyanyian dari Oscar. Saat tiba di ruang tamu terlihat Oscar melenggak lenggokkan pinggulnya dan saat Oscar berbalik, dia terkejut melihat kedatangan dari Zayn yang menatapnya dengan datar dan juga tajam. Oscar yang terkejut segera melompat ke sofa namun kakinya tergelincir dan dirinya terbalik ke belakang. Tubuhnya terjepit di sela sofa dan dinding, terdengar suara umpat dari Oscar untuk Zayn. Akan tetapi, Zayn tidak peduli mendengar umpatan dari Oscar. "Sial kamu Zayn. Kenapa kamu tidak mengetuk pintu atau menekan bel. Kenapa kamu main masuk saja. Ini bukan apartemenmu! Dasar teman tidak punya akhlak, masuk ke rumah orang tanpa permisi. Kenapa kamu ke sini, apa kamu tidak bercinta dengan wanita itu, harusnya kamu bercinta dengan dia. Bukannya menggangguku. Aku mau istirahat, sana pergilah dari apartemenku!" teriak Oscar yang kesal karena Zayn masuk tanpa permisi dan membuatnya terkejut hingga dia terjepit. Dan saat ini, Oscar berusaha bangun, namun tidak bisa. Dan sialnya, Zayn tidak membantunya. Sahabatnya itu hanya diam dan melihat televisi yang sudah berganti dengan berita. Oscar benar-benar tidak menyangka mempunyai teman seperti gunung es dan tidak peduli sama sekali dengan dirinya. Oscar yang sudah bisa keluar melihat Zayn yang menyandarkan punggungnya ke sofa dan kakinya berada di meja. "Sedang apa kamu menari-nari seperti itu. Apa kamu ingin bertukar profesi dari asistenku menjadi penari striptis?" tanya Zayn tanpa dosa. Oscar yang wajahnya sudah merah padam karena menahan amarahnya kini semakin marah karena mendengar perkataan Zayn. "Apa katamu, aku ingin bertukar posisi dari asistenmu menjadi penari striptis begitu? Jawabannya, benar. Aku ingin bertukar pekerjaan, aku sudah muak bekerja denganmu yang masuk ke rumah orang tanpa tata krama dan sekarang lihatlah, begitu sombongnya kakimu naik ke mejaku. Apa kamu tidak lihat itu ada makananku. Jangan karena kamu itu majikanku, kamu si enaknya saja bertindak seperti itu. Ayo, turunkan kakimu." "Dan, kenapa kamu di sini, apa kamu tidak tahu kalau aku ingin menenangkan diriku darimu!" teriak Oscar dengan cukup kencang. Oscar segera duduk sambil memegang pinggulnya yang sedikit sakit karena terjepit di antara sofa dan dinding. "Baguslah, kalau begitu besok aku akan cari asisten baru menggantikan darimu. Aku ingin tidur jangan menggangguku," ucap Zayn yang segera berdiri dan melangkahkan kaki menuju ke kamar Oscar. Oscar terpaku melihat Zayn melangkahkan kaki ke arah kamarnya. Oscar hanya bisa menghela nafas, dia tidak tahu apa yang saat ini terjadi dengan sahabatnya itu. "Oh,ya Tuhan. Aku bisa gila memiliki sahabat sepertinya ini, kenapa dia seperti ini. Apakah wanita itu tidak bisa melayaninya. Dia wanita yang sangat terkenal, tapi kenapa temanku seperti ini. Apa jangan-jangan, temanku itu sudah tidak punya hasrat. Oh, tidak ... tidak, aku tidak boleh membiarkan itu tidak terjadi. Berbahaya. Apa jangan-jangan dia b*******h denganku?" tanya Oscar yang menutup mulutnya. Zayn yang mendengarnya hanya tersenyum, dia tidak menyangka kalau temannya itu pikirannya bisa serandom itu. "Aku masih menginginkan wanita dan aku tidak menginginkan pria sepertimu. Walaupun aku menginginkan pria sepertimu, maka pria itu bukan kamu, mengerti," teriak Zayn dari dalam kamar membuat Oscar melotot dan dia segera mematikan tv dan melangkahkan kaki menuju ke kamar. Terlihat Zayn sudah melepas pakaian dan celana panjangnya dan langsung naik ke keranjang. "tunggu dulu, apa-apaan ini. Kenapa tidur di ranjangku. Kamar tamu di sana. Walaupun kamu majikanku tapi kamu tidak boleh menguasai ranjangku dan aku tidak ingin berbagi ranjang denganmu. Ayo sana pergi," usir Oscar dengan suara teriakkan yang melengking. Zayn tidak peduli, dia tetap memenjamkan mata. Oscar hanya pasrah dan dia mendekati Zayn. Matanya tertuju kepada leher dan juga dadanya ada tanda merah. Oscar tersenyum kecil, dia yakin kalau Zayn pasti sudah adu mekanik dengan wanita itu. Oscar langsung naik ke atas ranjang membuat gerakan ranjang bergerak cukup kencang. Zayn membuka matanya dan menoleh ke arah samping terlihat Oscar menaikkan alisnya, dia menggoda Zayn sambil tersenyum. "Bro, berapa ronde ?" tanya Oscar dengan wajah yang menyebalkan di mata Zayn. "Menurutmu?" tanya Zayn kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN