Keesokan harinya, Yana mendapatkan kunjungan dari dokter untuk memeriksa kondisi tubuhnya. Tony Raharja yang menemani dokter datang ke sana, hanya bisa memasang wajah dengan ekspresi menggelap muram, menatap tidak berdaya wanita di kursi roda. Walaupun kemarin mereka sudah membicarakan mengenai kontrak sekretaris, Yana Jazada tetap menolak untuk menandatanganinya sebelum berbicara dengan mantan suaminya. “Ya, ampun. Kenapa rasanya aku seperti dihimpit oleh dua batu besar?” batin Tony dengan perasaan tidak berdaya. Kalau seperti ini terus, ke mana saja dia pergi, bukankah sama saja dengan mengorbankan nyawanya sendiri? Kenapa kedua orang itu membuatnya sangat tertekan? Tony menghela napas pasrah. "Luka Anda sudah lebih baik daripada sebelumnya. Minggu depan mungkin sudah bisa berja

