Di kisah sebelumnya Marliani berusaha keras untuk menarik perhatianku, dia selalu mencari cara agar kami bisa menjalin pertemanan yang baik
•••
Santai menikmati waktu di sore hari, sambil bermain ponsel, aku membuka salah satu akun sosmed ku dan menonton salah satu video yang dishare oleh salah satu anggota di grup misteri.
Ada yang meng-upload video seorang perempuan yang menceritakan bahwa dirinya bisa melihat Mahluk tak kasat mata, dan sudah terbiasa dengan kehadiran mereka di sekitarnya dan dia berteman dengan baik.
Saat aku tengah asyik serius menonton, Marliani tiba-tiba muncul dengan menyentuh bahu kananku.
"Tuh!! Linn, coba kamu lihat, dia aja mau berteman, kenapa kita nggak?" ucap Marliani pelan seolah mengingatkan aku untuk segera menerima ajakan pertemanan darinya.
Sambil tersenyum kecil, aku hanya mendengarkan saja, setiap ucapannya tidak pernah aku tanggapi dengan serius, aku tahu dia memang selalu mencari celah untuk kami jadi sahabat. Kebetulan waktu itu aku juga lagi asyik berbalas komentar dengan teman satu grup, grup misteri yang lain, dengan adanya dia, kami jadi merasa sedang ngobrol bertiga karena dia juga ikut menulis dan berkomentar di tengah obrolan kami.
Dasar hantu kepo!!
Bisa-bisanya dia ikut nimbrung, padahal aku tahu, dia hanya berusaha dekat denganku juga teman-temanku.
Terdengar aneh memang, tapi seperti itulah ketika Marliani menguasai raga dan pikiranku, dia bisa lebih cepat bereaksi tanpa aku sadari.
Tidak hanya itu. Suatu malam aku sedang asyik ngedit foto teman. Kebetulan aku sangat suka sekali ngedit foto, dan biasanya itu hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Tapi anehnya malam itu, kenapa ada yang berbeda, aku mengalami kesulitan dalam mengedit foto dan gak seperti biasanya, ada saja kendala dan gangguan yang aku temui.
Berulang kali saat ingin memperbesar gambar, aku tersentak kaget. Ya Allah! terlihat ada telapak tangan di foto yang ku edit. Telapak tangan berwarna putih pucat dengan jari-jarinya yang lentik, tertutup sedikit oleh kain putih transparan yang lembut.
Kejadiannya sangat cepat dan aku sempat screenshoot, hanya saja, sayang screen di Ponselku tiba-tiba berwarna abu, eror, dan tidak bisa di gerakan, sempat panik tapi beberapa saat kemudian layarnya kembali normal. Segera aku cek galeri ku, berharap yang ku SS tadi ada. Uh!! Sayang sekali, aku tidak mendapatkan foto itu. Padahal kalau berhasil pasti akan aku save di IG, seperti koleksi fotoku yang lainnya.
Iya, aku memang suka mengoleksi setiap apa yang aku lihat atau menemukan hal yang menurut aku aneh, lalu menyimpannya di akun sosmed ku. Bukan untuk apa-apa sebenarnya, hanya sebagai arsip saja.
Aku memang sengaja membiarkan Marliani ada dalam kehidupanku, tapi aku tidak mau terikat dengannya terlalu dekat. Dia yang suka muncul tiba-tiba memang tidak menakutkan, tapi lebih mengagetkan, dan aku harus terbiasa melalui semua itu. Harus terbiasa dengan caranya.
Penampilannya memang tidak menakutkan, karena sebenarnya Marliani tidak menunjukkan penampilan yang buruk, satu-satunya penampilan dia yang menyeramkan ya saat aku pertama kali melihatnya di ruang Asoka.
Kadang di tengah malam, saat Marliani di kamarku, dia suka sekali duduk di atas lemari, asyik menjuntai kan kedua kakinya, kadang juga duduk di samping ku, saat aku lagi tengah asyik menjalankan ibadah, tepatnya aku mengetahui dia ada di sampingku saat aku usai berdoa.
Mengenalnya sebagai sosok yang usil, membuat aku gak menyangka ternyata Marliani juga pandai mengambil hati, salah satunya dia udah beberapa kali membangunkan aku untuk melaksanakan shalat malam. Cara dia membangunkan aku pun sangat lembut dan tidak menakutkan. Suaranya sangat jelas terdengar di pendengaran ku.
"Linn ... Linn!!"
Dua kali panggilan saja aku sudah terbangun, dan memang suara marliani sangat merdu dan lembut sekali.
Ada satu kejadian yang menurutku tidak masuk diakal tapi memang terjadi. Hari itu aku berencana ke warung depan, di antar suami, dengan membawa uang pecahan 100 Ribu Rupiah (satu lembar).
Sampai di warung, karena aku tak melihat si pemilik warung, aku pun berteriak. "Beli ... Beli!!"
Beberapa kali aku berteriak pelan dan ternyata pemilik warung nya sedang asyik menimang anaknya, yang mencoba tidur, sambil membalas teriakan ku.
“Iyaa, mau beli apa?” tanyanya.
Aku sempat memandang ke depan. Banyak toples sosis berjejer di hadapan ku. Ibu penjualnya berdiri tepat di sudut lemari, dan mengulang pertanyaan tadi.
"Beli apa?" ucapnya pelan.
Lalu aku bergegas mengambil apa yang akan aku beli, uang 100 Ribu yang kubawa tadi masih aku pegang dan ku kepal. Begitu aku mau memberikan uangnya, aku tiba-tiba merasa tidak bisa gerak, badanku kaku, aku hanya bengong dan menatap uang 100 Ribu yang tergelatak di atas toples sosis yang jelas jelas tadi aku liat tidak ada apa-apa di atasnya.
Aku semakin bingung. Uang itu terlihat berbeda. Padahal sebelumnya pencahayaan warung itu agak sedikit gelap, kenapa tiba tiba terang, tapi hanya di sekitaran uang itu saja terlihat terang dan bercahaya.
Ibu penjual kemudian mengambil uang itu, lalu memberikan uang kembaliannya padaku, aku terima kembalian uang 100 ribu itu tanpa berkata apa pun.
Jadi selama kejadian itu aku masih sadar hanya saja tidak bisa berbuat apa pun, hanya menurut saja, hingga saat akan menuju pulang baru aku benar-benar tersadar.
'Lo, kok gini, ini kan bukan uang aku' gumamku dalam hati
Akhirnya kejadian itu aku ceritakan ke suami, dan kami sempat berdebat perihal kejadian tadi, dari jumlah uang dan semua yang aku lihat. Aku yakin ada yang aneh. Akhirnya aku minta suami buat di antar lagi ke warung tadi. Sesampainya di sana aku menjelaskan ke Ibu si pemilik warung dengan mengembalikan uang kembalian tadi. Anehnya meski sudah dijelaskan Ibu itu malah memberi aku uang kembalian lagi.
Benar-benar aneh! Seolah-olah ibu itu gak paham dengan yang aku maksud, padahal aku sudah berusaha menjelaskannya dengan baik.
Akhirnya aku menaikkan nada bicaraku dan mencoba menjelaskan lagi dengan rinci kejadian tadi. Ibu itu masih terlihat kebingungan, Aku pun demikian, serasa kami terhipnotis satu sama lain, sampai akhirnya aku menyadari jika itu ulah Marliani.
Aku berusaha kembali mencerna kejadian yang baru saja aku alami. Tapi tetap saja aneh menurutku.
Kok! Bisa yaa.. bagaimana mungkin Marliani bisa melakukan itu, apa karena dia hantu?
Melihat semua yang dilakukan Marliani, sempat membuat aku bersimpati padanya, tapi tetap aku tidak bisa mengiyakan keinginannya, bahkan sempat terlintas disisi pikiran yang lain bahwa ini bisa menguntungkan aku tapi, segera aku tepis. Aku takut akan terbiasa dengan bantuannya, dan berharap lebih hingga nanti membuat aku melupakan yang menciptakan kami.
'Ah!! Nauzubillah min dzalik, jangan sampai aku menyekutukan Tuhan, hanya karena berteman dengannya.' ucapku dalam hati.
Lambat laun sebagian isi kepalaku mulai diisi dengan semua tentang Marliani alias si M. Aku mulai berpikir kalau Marliani ini memiliki keunikan tersendiri dan dia gak layak jadi hantu, itu menurutku. Dia sengaja menyamarkan look-nya seperti Kunti, biar terlihat seram tapi aslinya nggak seseram itu. Dan aku juga mulai memahami beberapa sifat dan sikapnya, selain mudah menangis, dia itu hantu baper an.
Dia punya alasan sendiri kenapa dia harus merubah penampilannya. Saat dia ada di kamar yang sama denganku, aku sempat bertanya, karena rasa penasaranku tentang kenapa dia tidak mau di sebut Kunti.
"Em mm ... (itu sebutan aku ke dia) kenapa kamu nyamar begitu, kan itu bukan kamu?"
"Kalo gak nyamar, mereka akan mudah menangkap kami, trus kami dijadikan b***k buat meneror dan menyakiti manusia."
"Kami, kami siapa?"
"Ya kami hantu polos,"
"Maksudnya hantu polos siapa?"
"Kami memang punya dendam dan meski kami usil ya kami cuma mencari ketenangan tanpa mengganggu."
"Kenapa gak kabur saja atau melawan mereka." tanyaku lagi.
"Kalo bisa nyamar kenapa harus susah-susah kabur dan melawan." jawabnya nyeleneh sambil sumringah.
Hm ... benar juga ya ….
"Terus kenapa kamu nyamar jadi kuntilanak, kan bisa yang lain, lagian kamu kan gak mau dipanggil Kunti, lalu kenapa mau?”
"Ya gak tahu, mungkin karena Kunti itu ramai alias banyak jadi mereka pasti sulit menangkap kami." jawabnya lagi.
Mendengar semua jawabannya, aku hanya mengerutkan dahi ku , mencoba memahami setiap penjelasannya.
Masa iya kehidupan mereka di alam gaib sama seperti kehidupan manusia di dunia, bukannya setelah mati, ya selesai urusan. Gak habis pikir, susah logikaku mencerna. Rasanya kepalaku mendadak sakit kalo mikirin kehidupan si M.
Usai ngobrol, Si M tiba-tiba hilang begitu saja dari hadapanku. Ya kayak gitu kelakuan dia muncul dan pergi sesuka hatinya tanpa permisi, tanpa ngasih kode … dasar hantu!!
•••
Waktu terus berlalu tak terasa sudah berbulan-bulan si M ikut denganku. Meski aku tak pernah berucap menerimanya sebagai sahabat, pertemanan kami yang sekarang, cukup baik.
Aku juga berusaha menjaga jarak kalo perasaanku sedang dalam keadaan tidak baik. Karena aku gak mau si M memanfaatkan keadaan atau perasaanku jika dalam keadaan itu karena saat-saat itu lah dia mudah mengambil alih diriku.
Si M adalah Jin dan yang aku ketahui, selain usil sebangsa dia juga suka berbohong, jadi tetap saja dia tak bisa ku percaya, sepenuhnya, sekalipun kami dekat.
Sebangsa M mudah mempengaruhi seseorang jika diri orang tersebut dalam keadaan yang gak baik dalam arti galau, ragu, bimbang, dan lain-lain. Yang seperti ini mudah dihasut, dipengaruhi dan aku selalu berusaha menjaga itu agar dia tak berbuat yang aneh-aneh padaku.
Manusia sangat mudah emosi, aku pun juga demikian, apalagi sejak ada si M aku harus ekstra hati-hati karena ada keluarga kecilku yang juga harus aku pertimbangkan.
Untungnya sebelum si M muncul aku sudah terlebih dahulu memperkenalkan sosok si M pada mereka, jadi ketika salah satu dari mereka melihat penampakan si M mereka tidak kaget atau ketakutan lagi. Kecuali si kecil Fath, meski aku sudah mengatakan berkali-kali dia tetap saja takut mau itu, pagi, siang ataupun malam, si Fath selalu merengek minta di temani jika ingin buang air kecil, minum atau sekedar mengambil mainannya yang tertinggal atau ketika dia ada kamar, dia selalu berteriak histeris saat pintu kamar tertutup dengan sendirinya.
"Ibu uuu u .... !!" teriak Fath sambil berlari masuk dari arah luar sambil membawa mainan mobil di tangannya.
"Ada apa dek!! kenapa lari-lari entar jatuh loh!" ucapku pelan.
"Ada hantu! “ucapnya polos, sambil menutup pintu kamar lalu memainkan mobil mainannya.
"Adek salah lihat kali, tadi Ibu dari belakang gak ada apa-apa kok!" ucapku berusaha menghiburnya, karena terlihat meski dia sedang bermain raut wajahnya terlihat pucat.
"Bukan teman Ibu ya, kuntilanak?" tanyanya seolah-olah mengerti kuntilanak itu apa.
"Adek tahu dari mana Kuntilanak, Ibu kan gak pernah bilang kalau teman ibu itu Kuntilanak." tanyaku penasaran.
"Dari YouTube." celetuknya spontan.
"Tuh, kan!! kayaknya gara-gara lihat di Youtube ya bikin Adek jadi penakut, udah jangan nonton yang seram lagi ya." ucapku tegas.
"Gak seram Bu, kan hantu kartun yang lucu-lucu an, ada kuntilanak yang mirip teman Ibu, rambut dan bajunya sama seperti yang ibu gambar." jawabnya sembari masih sibuk memainkan mobil-mobil an nya.
"Adek ada aja ngejawabnya ih! Teman ibu itu namanya Marliani, dia bukan Kunti sayang, bukan Kuntilanak jadi Adek gak perlu takut ya, kalau nanti Adek lihat dia lagi, pura-pura aja gak lihat, okey!"
"Okey." jawabnya sambil fokus masih di mainan yang sedari tadi dimainkan.
Sebenarnya aku tidak ingin menceritakan soal sosok atau apa pun ke keluarga kecil ku ,terutama pada anak-anakku, tapi aku gak bisa menyembunyikan hal itu karena sejak di kandungan pun mereka sudah mengalami hal-hal itu. Jadi aku tidak bisa menutupi apa pun dari mereka karena sebenarnya apa yang mereka lihat itu memang ada.