Kemeja merah

1476 Kata
Happy Reading Sudah sebulan lamanya aku menyandang status sebagai Istri dari Jonathan. Setiap harinya tetap sama bagiku, aku seperti berjalan diatas arang yang bisa membuat kakiku melepuh. Ibu mertua selalu membuat mentalku jatuh dengan kata-katanya yang berduri dan Jonathan hanya memihak Ibuku. Setiap harinya aku dimarahi oleh ibu mertua, diikuti oleh Jonathan yang tidak pernah mempedulikan istrinya sendiri. Seperti jalur lingkaran, tidak peduli seberapa kamu kencang berlari kamu akan tetap berada di jalur itu. Setiap harinya aku di siksa dan tidak lama kemudian Jonathan meminta maaf kepadaku. Aku lingkarkan sebuah dasi bermotif garis-garis ke kerah kemeja yang di gunakan oleh Jonathan. Jonathan mendongakan lehernya, agar aku bisa lebih leluasa memasang dasi itu. Tiba-tiba Jonathan memeluku dengan erat membuatku terdorong ke arah tubuhnya. "Hentikan mas, kau harus segera kerja." Perintahku kepada Jonathan. Mata hangat itu kembali menatap ke arahku, membuat ku tersipu malu saat Jonathan memandangku. Sebuah kecupan mendarat di dahiku, ini adalah rutinitas yang tidak boleh terlewatkan oleh Jonathan. Tidak peduli seberapa dia marah padaku, dia akan bersikap manja dan mesra sebelum berangkat ke kantor. Ibu mertua memecat salah seorang pembantu disini, tak lain dan tak bukan niatnya karena ingin aku membersihkan rumah yang sebesar ini. Bagaikan batu yang tidak bisa bergerak, aku hanya menuruti perkataan ibu mertua tanpa melawan. Aku membersihkan lantai yang sudah banyak debu dan kotoran menempel, aku ambil sapu di taman dan mulai membersihkan setiap sudut ruangan. Ibu mertua menghampiriku, seperti biasa dia hanya akan mengacaukan hari-hariku yang indah dengan perkataan menyakitkan. "Kau, kalau kerja yang becus, lihat ini! Lantai masih banyak yang kotor." Aku mengambil nafas mencoba memedam amarah kepada ibu mertua. Aku tidak menghiraukan perkataan ibu dan terus melanjutkan kegiatan bersih-bersih. Ibu mertua menjatuhkan ember yang berisi air kotor hingga mengotori rumah ini. Rupanya ibu tidak akan puas sebelum membuatku marah dan geram. Aku membalikan tubuhku ke arah belakang, mendapati lantai yang sudah aku bersihkan kotor kembali akibat ulah ibu mertuaku. Apa maksud ini semuanya?, kenapa dia selalu ingin puas kepadaku. Aku memecak pinggang dan melemparkan Alat pel dengan kasar. Aku menghampiri ibu mertua yang tak jauh dariku. "Maksud ini semua apa bu? Kenapa ibu mengotorinya?" Tanyaku kepada ibu mertua "Saya bilang lantai ini masih kotor, kau dari tadi tidak mendengarkan aku, makanya saya buat lantai ini jauh lebih kotor untuk di bersihkan ulang." "Ahhhhhh ini sudah bersih bu, tolong hentikanlah bu." "Apa kau lupa? Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri agar membuatmu tidak bahagia di rumah ini." "Apa ibu tidak sadar apa yang di ucapkan, apa ibu seorang kriminal? Kenapa mau membuatku sengsara." "KARENA KAU TIDAK PANTAS UNTUK ANAKU, GARA-GARA KAU PERHATIAN ANAKU KEPADKU BERKURANG, DASAR WANITA NAJISS," Bentak Ibu membuatku ketakutan. Ibu mertua menyiram wajahku dengan teh hangat yang sedang diminumnya sambil membentak aku, dia hampir membuat wajahku kepanasan. Aku berteriak karena kaget saat air yang lumayan panas itu menyentuh kulit mulusku, aku berlari ke Wastafel untuk membasuhi wajahku. Aku rapatkan kedua tanganku dan mulai membasahi wajahku. Dari kejauhan Ibu mertua tersenyum puas melihatku. Aku memandangi wajah ibu mertuaku, rasanya aku ingin mendorong sekencang-kencangnya Kursi roda sehingga membuatnya kesakitan. Karena sudah muak sekali dengan tingkah ibu, akupun menyuruh pembantu untuk meneruskan pekerjaan ini. Aku berlari kencang bergegas menuju kamarku, ocehan-ocehan ibu mertua yang mengumpat dan menghardiku aku hiraukan. Pandanganku tetap fokus ke depan tanpa mempedulikan apapun. Bukanya sadar akan perilakunya tadi, ibu mertua marahnya malah semakin menjadi-jadi seperti dajjal yang datang bulan. Ibu mertua melemparkan gelas yang di pakainya tadi ke arahku. "Trangg" Suara Gelas itu pecah ketika menghantam lantai dan hancur menjadi beberapa bagian. Untungnya aku langsung menghindar dan memasuki kamar. Aku banting pintu kamar sekeras-kerasnya karena kesal. "MENANTU TIDAK TAHU DIRI, DIBILANGIN MALAH NGEYEL, MAU KEMANA KAU MENANRU TIDAK TAHU DIRI." Marah ibu mertua, berteriak pake toa mesjid. Aku memandangi bayangan diriku yang terpantul di cermin dengan mataku yang hampir sayu. Mata ini mulai mengeluarkan air untuk meratapi dan menemani kesedihanku. Aku tarik pakaianku ke atas untuk membuat diriku setengah telanjang. Kini aku melucutu diriku sendiri, hanya Kutan* dan Cangcu* saja yang menutupi tuhuh indahku. Aku sangat kasihan kepada diriku sendiri, ketikan bola mataku berhenti berputar saat melihat luka memar di sekujur tubuhku. Luka lebam keungu-unguan di area dadaku karena di siksa oleh Jonathan. Tanganku mengering dan mengerut akibat Bekas air panas yang di perbuatan oleh ibu mertuaku. Dan masih banyak luka lainnya yang tidak bisa kuberi tahu. Kejadian tadi belum seberapa di banding hari sebelumnya Aku menangis sekeras-kerasnya hingga suaranya memenuhi ruangan ini. Aku pukul-pukulkan tangan ke mejaku, aku meremas rambutku sendiri karena frustasi betapa kejamnya kehidupan ini. Kalau aku mengadu kepada Jonathan itu percuma, dia akan selalu membela ibunya. Aku ingin sekali keluar dari dunia pernikahan yang tidak sehat ini, setiap hari aku menderita. Namun aku tidak bisa pergi karena Aku MENCINTAI Jonathan, dia memang sering menyiksaku tapi ketika dia meminta maaf rasanya Jonathan adalah hal yang paling berharga di hidupku. Jonathan hanya terobsesi akan keserakahan ibunya, itulah sebabnya dia berperilaku kasar kepadaku. aku akan berusaha untuk merubah sikapnya menjadi lebih baik. * * * * Keesokan Harinya Kondisi kesehatan ibu semakin parah saja hari ini, Jonathanpun mengambil cuti kerja sehari untuk mengantarkan Ibu ke Rumah sakit. Bisikan iblis datang menyuruhku tersenyum bahagia melihat kondisi ibu mertua yang memburuk, namun aku bukan wanita jahat yang bisa tersenyum diatas penderitaan orang lain. Bisikan Iblispun melebur dengan kebaikan hatiku. Jonathan pergi ke rumah sakit mengenakan Kemeja Merah. Aku mengejar Jonathan yang sudah berada diluar Rumah, aku mau ikut karena khawatir kondisi ibu mertua yang memburuk. Terlepas dari perilakunya kepadaku, dia tetaplah ibu dari suami yang aku cintai. Aku ingin mengetahui kondisinya. "Kau mau kemana rose?" Tanya Jonathan kepadaku. "Aku mau ikut mas, khawatir sama kondisi ibu." "Kau tetaplah dirumah sayang, aku tidak mau kau kelelahan." Jonathan memblokir tubuhku sehingga aku tidak bisa melangkah lagi, dia tidak mau aku ikut ke Rumah Sakit khawatir aku kelelahan. Kedua tangan Jonathan memegang kepalaku dengan hangat, Sebuah kecupan mesra mendarat di dahiku membuat hati ini serasa mau meledak. "Kau tetap disini sayang, aku khawatir kalau kau ikut kau sakit, aku akan cepat-cepat pulang setelah semuanya beres dan akan bawa makanan kesukaanmu nanti." Khawatir kepadaku. Satu hari tanpa ibu mertua rasanya benar-benar aku sedang berada di tempat sejuk, tidak ada suara-suara yang mengumpat dan menghinaku. Rasanya rumah ini damai sekali * * * * Setelah pulang dari Rumah Sakit kondisi kesehatan Ibu benar-benar menurun sekali, bahkan dia hanya bisa rebahan saja di Kasur, untuk duduk di kursi Roda saja ibu mertua tidak mampu. Namun aku berpikir, setidaknya itu bisa mengurangi beban pikiranku akibat u*****n ibu. Dengan ibu hanya rebahan, dia pasti akan sedikit berbicara dan aku tidak akan sering berurusan dengannya seperti kemarin-kemarin. Jonathan melihat Arloji yang melingkar di tangan Kanannya. Jam tangan tepat menunjukan jam Setengah Tujuh. Jonathan yang sudah berpakaian rapih khas orang Kantoran, Aku memasukan berkas-berkas penting untuk keperluan Rapat Jonathan nanti. Jonathan melihat dirinya dicermin sambil memakai dasi. Saat aku sedang sibuk memasukan berkas-berkas penting ke dalam tas, dua pasang tangan melingkar ditubuhku membuatku bergidik kes. Dagunya Jonathan ia rapatkan dibahuku membuatku kesulitan bergerak, tatapan matanya menembus penglihatanku saat wajah kami sangat dekat jaraknya. Jonathan dengan mesranya membuaiku di pagi hari ini, dia tidak bosannya memeluku dan mengoyang-goyangkan pelukannya. Sebuah kecupan manis mendarat dipipiku membuat wajahku tersipu malu. Aku tatap pria berambut kecoklatan ini, aku membalikan tubuhku dan membalasnya dengan pelukan yang semakin erat. "Aku sangat beruntung punya istri seperti kau, kau bisa tahan dengan berbagai sikapku, jujur itu membuat terharu. Selama tidak ada aku di sini, kau jaga ibu yahh di rumah. Penuhi semua keinginannya di rumah." Kata Jonathan membuatku tertegun. Perkataan Jonathan membuat Pupil mataku membesar, aku lepaskan tanganku yang memeluknya erat tadi. Aku sudah merasa bebas tadinya karena tidak harus berurusan dengan Ibu, kenapa Jonathan malah menyuruhku harus mengurus Ibu?. "Aku ingin ibu kesayanganku diurus oleh istri kesayanganku, bukan oleh orang lain." Lanjut Jonathan kepadaku Wajah lesuku mendongak memandang wajah Jonathan, Jonathan hanya tersenyum kepadaku. Aku mendorong tubuh dia berusaha melepaskan pelukan hangat ini, aku kembali memasukan berkas-berkas ke dalam tas. Aku antar Jonathan sampai depan pintu. Rasanya sangat berat menerima tugas sulit dari Jonathan, bukannya aku tidak mau merawat ibu, tapi Kata-kata yang dia lontarkan selalu membuatku sakit hati. Akupun menyuruh pembantuku untuk membuatkan bubur untuk ibu mertua. Aku masuk kedalam kamar Ibu mertua untuk mengantarkan bubur untuk sarapanya. Saat aku sedang berada di mulut pintu kamar. Ibu mertua melemparkan gelas yang di sampingnya ke arahku, gelas itu melayang dan mendarat tepat di depanku. Gelas itu hancur ketika menghantam lantai, pecahan gelas itu menancap di kakiku. Aku duduk terkulai lemas saat pecahan gelas itu menancap di kakiku dan mengeluarkan banyak darah yang segar dari kakiku. .....Bersambung...... Untuk kelanjutanya terus ikuti yahh, jangan lupa lanjutin bacanya hingga tamat, yang baca sehat selalu dan jangan sakit jika suka share cerita ini, jikat tidak suka pokoknya harus suka oke oke oke
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN