Happy Reading
Pagi Hari
Semua keluarga berkumpul untuk mematikan Alarm yang berbunyi, meminta Jatah makan pagi Hari. Aku punya kabar baik untuk keluargaku, akan aku beritahu mereka semua tentang hal kemarin bahwa tidak ada apa-apa sebenarnya di perutku. Aku kepalkan kedua tanganku untuk mengumpulkan keberanian dan mengatakan yang sebenarnya.
Mataku memandang ke arah mereka yang tampak sibuk melahap makanan enak yang di buat oleh pembantuku. Aku mencari celah waktu agar bisa menyampaikannya diwaktu yang tepat. Kakiki bergetar saat aku khendak mengatakannya.
"Ayah, Batalkan pernikahan ini. Aku tidak hamil. Test packnya ternyata tertukar, aku benar-benar tidak Hamil yah." Keberanian akhirnya terkumpul dengan mengatakan yang sebenarnya.
Semua orang dihadapanku terdiam dan menatapku dengan tatapan aneh. Jun yang ada disampingku menoleh kearahku, dia mengembangkan senyumannya menandakan dia bahagia kakaknya tidak jadi hamil. Ipar sialan didepanku meneguk segelas Air karena makannya tersangkut.
"Kau tidak hamil Rose? Bukankah kau konyol?" Sinis Ipar sialan itu kepadaku.
"Iya aku tidak hamil, Bisakah kau tidak ikut campur dalam urusanku? Tegasku kepadanya.
Ayah dan Ibu terdiam cukup lama tidak mengeluarkan sepatah katapun setelah mendengar aku tidak hamil. Dalam situasi yang begitu mengguncang seperti ini, biasanya Ipar sialan itu akan mengambil kesempatan untuk menjatuhkanku.
"Kata kau mau membatalkan pernikahan. Rose apa kau waras? Kita bahkan sudah memberitahu dunia kalau kau akan menikah, kita sudah memesan hotel dan yang lainnya. Mau batal menikah? anak yang merepotkan." Ucap ipar sialan itu menyudutkanku.
Jujur saja aku tidak sudi menikah dengan orang yang tidak aku cintai dan aku takut juga dia menikahiku karena terpaksa. Aku terus meyakinkan Ayah dan Ibu untuk membatalkan pernikahan ini, persetan dengan semuanya, yang penting aku bahagia dengan keputusan yang aku ambil.
"Aku tidak mencintainya bu! Aku tidak mau menikahinya bu." Aku memelas kepada ibuku.
Ayah berdiri dari duduknya, ia membantingkan sendok dengan keras ke permukaan piring sehingga membuatnya pecah. Semua orang termasuk aku kaget dengan suara pecahan kaca itu, aku berteriak kencang dan menutup kelopak mataku repleks.
"Apa kau gila Rose? Mau membatalkan pernikahan? Apa kau mau mempermalukan keluarga kita? Undangan sudah kita sebar, dan seluruh dunia tahu Kau akan segera menikah, berani-beraninya kau bilang mau pernikahannya batal," Ucapnya yang di d******i oleh emosi yang memuncak
Aku tidak menyangka ayah akan memarahiku seperti itu, dia lebih mementingkan Citra nya sendiri ketimbang kebahagiaan anaknya. Ayah yang sangat tega berperilaku seperti itu. Ibuku juga nampak kesal kepadaku, ia memandangku dengan penuh amarah.
"Ipar kau benar Rose, ayahmu juga benar. Jika kau membatalkan pernikahan ini kau akan buat malu kita sekeluarga." Ucapan Ibuku tak kalah tajam dari ucapam mereka berdua.
Bagaimana bisa mereka berbuat setega itu kepada anaknya sendiri? Apa perusahaan sangat berarti ketimbang anaknya. Kenapa mereka tidak tanya terlebih dahulu kepadaku tentang kenapa Dua Garis Biru itu bisa tertukar. Kenapa mereka menutup mulutnya scara rapat untuk menayangkan perasaab anaknya sendiri?.
"Tidak, aku tidak bisa menikahi pria itu, Aku tidak mencintanya ayah ibu." Jawabku tegas kepada mereka.
Mendengar pembelaanku, Ayah tiba-tiba berubah menjadi monster yang sangat mengerikan, ia acak-acak meja makan dan membanting Gelas, Piring,mangkuk dan yang lainnya menghantam Lantai. Pecahan-pecahan Kaca itu berserakan di lantai.
Air mataku tiba-tiba membendung dan lama kelamaan terjun bebas mendarat di lantai. Air mataku tidak bisa berhenti keluar dalam kondisi menyedihkan seperti ini. Ipar sialan itu tersenyum puas melihat kondisiku.
Ibuku menggeser kursinya dan berjalan ke arahku. Tanganya ia daratkan di pipiku membuat kesakitanku bertambah. Tanganku memegangi pipiku yang memerah, aku tahan kesakitanku sambil bercucuran air mata. Ibu menarik rambutku kasar membuat pandangaku melihat ke atas, lalu ibu membenturkan kepalaku ke meja makan.
"Kau anak tak tahu diuntung, apa ini balasanmu kepada orang tuamu?"
Kepalaku terbentur cukup keras membuat bercak-bercak darah keluar dari Dahiku. Rasa perih di dahi tidak begitu sakit, akan tetapi perilaku keluargaku sendiri yang membuat Batin ini perih berkali-kali lipat. Dari dulu mereka memang tidak peduli sama anak-anaknya, untuk apa aku dilahirkan di dunia ini, bukannya lebih baik kalau aku mati saja?
Sekarang hanya aku sendirian yang berada diruang makan. Air mata ini tidak dapat berhenti mengalir membasahi seluruh wajahku. Aku meremas kain yang menutupi pahaku sambil meratapi nasib ini. Dunia ini sangat kejam, aku lahir ke dunia ini bagaikan Kertas putih yang sangat bersih, tidak ada papan peringatan yang menyuruhku untuk berhati-hati di dunia ini.
*
*
*
*
Tangan Adrian membuat tanganku terasa hangat, tangannya dari tadi terus mengelus-ngelus punggung tanganku. Aku tarik perlahan tanganku dari genggamannya, matanya menatapku dengan kecewa. Jujur saja ini sangat mengganggu karena kami sudah tidak ada hubungan apa-apa.
"Rose! Ayo kita mulai dari awal lagi," Lirihnya kepadaku seperti putus asa.
"Besok aku akan menikah Adrian!"
Aku keluarkan Undangan Pernikahan dari Tas kecilku dan aku perlihatkan kepada Adrian. Raut wajahnya berantakan saat mengetahui ternyata selama ini ia hanya menjaga jodoh orang, ia mengambil Undangan itu dengan kasar.
"Apa maksud ini semua hemm?" Tanyanya dengam sedih.
Setetes air mata membasahi wajahnya, Adrian tidak bisa menahan lagi rasa sakit saat wanita tercinta meninggalkan dirinya. Terlihat sekali dari raut wajahnya ia tampak putus asa, berkali-kali ia mengambil tissue untuk mengeringkan wajahnya yang di basah.
Ia kembali memegang tanganku di atas meja, ia mendekatkan wajahnya kepadaku dengan tatapan sedih. Berulang kali ia memintaku untuk kembali lagi seperti dulu, dengan halus aku menolak permintaannya.
"Tolong beri aku kesempatan Rose, tolonglah!" Wajahnya memelas, aku yang melihatmu merasa kasihan
"Hentikan Adrian! Kau jangan mengharapkan aku lagi untuk berada disisimu!"
"Jika memutar ke waktu itu, aku tidak akan bersikap seperti itu, bahkan jika kau hamil bukan dariku, aku siap jadi ayahnya."
"Adrian cukup! Kau sudah kelewatan."
Bagaimana bisa Adrian mengatakan hal jijik seperti itu kepadaku? Bahkan jika memilih akan bertanggung jawab atas kehamilanku, semuanya tidak akan ada yang berubah. Aku akan tetap menjalani takdir buruk yang sudah di tulisakan oleh semesta.
"Rose kenapa kau tega, bahkan ini belum seminggu, bagaimana bisa kau langsung menikah dengan orang lain." Tanya Adrian dengan kondisi hatinya yang sudah hancur.
Adrian mengambil Undangan Pernikahanku, ia tersenyum seperti orang gila saat melihat Tulisan Undangan itu. Undangan itu ia robek-robek menjadi beberapa Bagian sambil mengamuk, ia mengacak-acak rambutnya yang sudah ia tata rapi, rambutnya kini acak-acakan seperti orang gila.
Adrian mengepalkan tanganya membantingkan tangannya ke meja, memukul meja dengan keras sekali membuat aku dan Adrian jadi Pusat Perhatian. Suaranya menggema cukup keras di dalam Ruangan, orang-orang menatap ke arahku dengan aneh.
"Arghhhhhhhhhhhhhh." Adrian berteriak histeris
"Adrian kau tidak waras, aku tidak ingin bersama orang tidak waras, sadarlah Adrian malu di lihatin orang-orang" Ucapku menyadarkan Adrian.
Aku menaruh uang untuk membayar Minuman yang aku pesan tadi, ku rapihkan barang-barangku di masukannya ke dalam tas. Aku berdiri dari duduku, rasanya menjengkelkan bertemu terus dengan mantan Pacar ku ini.
"Kau wanita Jahat! Kejahatan kau udah melewati batas. Teganya kau mau menikah setelah meninggalkan aku."
Ucapan yang di Lontarkan Adrian seperti pedang tajam yang menancap. Aku hentikan langkah kakiku dan menoleh ke Arah Adrian yang masih terduduk.
"Kau pikir aku mau menikah dengan pria itu hemm? jika aku bisa, aku juga tak sudi menikah dengannya. Kau jangan tambah beban untuku, tolonglahhh. Apa kau pikir aku melewati ini dengan mudah? Setiap harinya aku kesakitan karena harus menyelusuri Jalan gelap yang tidak ada ujungnya ini, ini juga sulit untuku, apa aku harus menjelaskanya seperti apa remuknya hatiku kepadamu biar kau mengerti? Adrian carilah wanita lain dan lupakan aku." Bentaku kepada Adrian yang sudah kutahan dari tadi.
Akupun melangkahkan kakiku dengan cepat agar bisa meninggalkan Pria sialan itu, sketika aku jadi Pusat perhatian orang-orang. Langkahku terhenti saat seorang pria melemparkan senyumannya ke Arahku, pria itu perlahan mendekat dan menarik tanganku memasuki mobilnyq.
"Kenapa Jonathan datang disaat tidak tepat sih?" Batinku bertanya-tanya.
Jonathan menghidupkan mesin mobil, ia melajukan mobil bewarna Hitam itu dengan kecepatan sedang. Ia menoleh kesampingku bertanya apa aku baik-baik saja. Sungguh rasanyaa mengharukan saat dia melempari pertanyaan itu.
"Kau kenapa Rose? Seperti ada masalah." Tanyanya penasaran
"Tidak apa-apa." Jawabku
"Pria itu siapa Rose?"
Aku membuang nafasku dengan kasar, mencoba untuk menenangkan diriku gegara kejadian tadi. Aku tertegun saat Jonathan bertanya siapa pria tadi. Jujur saja aku tidak mau melukai Perasaanya, aku memilih berbohong untuk mencegah hal buruk terjadi. Lagian tidak mungkin juga aku bilang Adrian adalah mantan Pacarku, aku tidak mau Suasana hatinya Suram di pernikahan besok.
"Dia hanya sekedar teman, aku ada janji tadi." Jawabku memastikan tidak ada apa-apa antara aku dan Adrian.
Tumpukan ke penasarananku memaksa lidahku untuk bertanya satu Hal kepada Jonathan.
"Jonathan, kenapa kau menerima perjodohan ini?" Tanyanyaki gugup
Jonathan dengan kasar membanting Stirr ke kiri membuatku sangat kaget, apa dia marah dengan pertanyaanku?
....Bersambung.....
Akhirnya bisa up nih setelah ada gangguan, terimakasih sudaj ada yang baca saat ini, jujur saja aku sedih karena yg baca ini sedikit.
sampai bertemu di episode berikutnya, jangan bosen yahh???